Ada tiga hal yang paling berharga dalam Hidup Haechan.Harga, Kepercayaan dan Kesempatan.
Harga, bukannya Haechan gila uang atau apa. Harga yang ia maksud itu beragam, bukan hanya tentang uang saja. Ia cukup mengakui kalau ia gila uang dan sangat mengejar-ngejar uang. Namun untuk Harga, dia akan sangat berhati-hati dalam berbuat. Karena untuk mengganti atau memperbaiki, Harganya akan sangat mahal. Terutama nyawa.
Kepercayaan, Haechan sangat berhati-hati dalam menilai dan meneliti seseorang yang dekat dengannya. Kepercayaannya sangat mahal. Bahkan lebih mahal dari pendapatan kerja nya. Bukannya Haechan sombong, sok, atau apa, dirinya hanya tak ingin salah dan terjerumus ke lubang lain. Dia akan memilih dengan tepat dan teliti, siapa yang berhak mendapat kepercayaannya.
Terakhir, Kesempatan. Haechan sangat tak suka dengan orang yang menyia-nyiakan kesempatan nya, kalau mengikuti nafsu Haechan bisa saja menghabisi orang itu karena kesal. Kesempatan yang datang dua kali itu, ibaratkan berlian, sangat langka dan terhormat. Untuk orang yang menyia-nyiakan kesempatan, pantas disebut pecundang. Mereka sangat tak berguna, Pecundang. Sama seperti dirinya... Pecundang.
Iya, Haechan juga sangat kesal dengan dirinya.
Berkali-kali ia menolak kesempatan itu. Padahal ia sudah mempertimbangkan jika saja ia menerima kesempatan itu, tujuannya akan langsung tercapai sekarang juga. Namun bagaimana? Ia tak mau terjerumus seperti ayahnya, dan berakhir mati karena pengkhianatan. Sudah cukup Haechan melihat kedua orang tuanya yang mati tepat dihadapannya. Bagaimana pistol itu menembus tubuh orang tuanya. Dan dirinya...
Ahh, Haechan selalu menyeringai ketika mengingatnya.
Malam itu hujan deras menambah sensasi, perasaan mencekam itu mendominasi di rumah besarnya. Dirinya harus memilih, lari atau mati. Didepannya sudah ada mayat orangtuanya yang tergeletak bersimbah darah, bau anyir menguap menguasai ruangan ber AC itu. Sepatu putihnya telat ternoda, wajah dan bajunya terciprat darah yang juga mendominasi di dalam tubuhnya.
Seseorang dengan baju hitam dan pedang yang berkilauan ditimpa cahaya bulan itu berdiri diantaranya dan jasad kaku orangtuanya. Disekelilingnya masih banyak orang-orang berbaju hitam dengan belati di masing-masing tangan.
"Hei anak kecil, aku memberikan pilihan padamu. Kau ingin lari, atau mati disini?" Begitu katanya. Dirinya terlalu kecil saat itu, tapi ia memahami apa yang terjadi. Otak kecilnya mulai berfikir keras. Ia tak beranjak dari sana, wajahnya tetap datar.
"Baiklah sepertinya aku juga harus membunuhmu-
Dor!!!
Dor!!!
Dorr!!!
Malam itu, dialah pembunuhnya.
Dialah yang membantai puluhan orang yang telah membunuh kedua orang tuanya. Tanpa diketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Blood and Direction || Lee Haechan
Gizem / GerilimYang ada dipikiranku hanyalah kemana aku melangkah, aku tak punya pertanyaan lain selain itu. Jadi jangan membuatku berfikir dengan menanyakan akan jadi apa aku kedepannya nanti, itu tak akan ada gunanya. Pulang untuk Pergi, dan Pergi untuk Pulang. ...