"Apa? Kenapa harus sekarang?"Terdengar dengusan kasar terkala seseorang disebrang sana mengatakan hal yang paling dibencinya.
"Baiklah"
Justin tidak paham dengan jalan pikiran ayahnya,dia sudah terlanjur nyaman dengan keadaan disini, kenapa harus kembali?.
..
...
.."Welcome home, honey"
Itu suara Jesika,ibunya. Justin hanya menampilkan wajah datar yang terbilang menyebalkan Dimata Jesika,kenapa anak bungsunya ini sangat menduplicate suaminya?
Oh jangan lupakan itu adalah salah satu spermanya, nyonya Ardelon.
"Ada apa dengan wajahmu sayang? Apa kau tidak merindukan ibumu ini?"
Justin hanya menanggapinya dengan gumaman,dia masih terlanjur kesal dengan kepindahannya ke tanah air yang bisa dibilang cukup mendadak .
"Sudahlah honey,biarkan putramu istirahat"
Itu tuan Arthur Ardelon, Generasi ke 5 dari keluarga Ardelon,siapa yang tidak mengenalnya? Semua orang tau, pemilik Kampus sekaligus perusahaan Yang diwarisi dari generasi ke generasi Ardelon, ARV memiliki banyak cabang di Indonesia termasuk di luar negri.
"Baiklah son, segera bersihkan dirimu dan turun untuk makan malam" ucap sang Ayah
Justin hanya menanggapinya dengan anggukan dan berlalu menuju kamarnya, pikirnya sangat menyenangkan bila ia mandi dibawah guyuran shower dengan temperatur dingin.
..
...
..Setelah membersihkan dirinya Justin bergegas ke bawah untuk makan malam,ibunya pasti akan mengamuk jika ia terlambat untuk makan.
Dari atas tangga dia bisa melihat ayah ,ibu serta kakaknya sedang berbincang mengenai perusahaan.
Selalu seperti itu, keluarga Ardelon memang sangat gila kerja, untungnya dia terlahir menjadi anak bungsu, jadi dia tidak perlu memikirkan hal yang bersangkutan dengan perusahaan.
Menyadari kehadiran Justin,mereka lantas langsung menoleh ke arahnya. Justin mendengus saat sang kakak tersenyum mengejek ke arahnya.
Barka Ardelon, Menurutnya memiliki adik keras kepala seperti Justin sangat menyenangkan. Saat masih kecil dia sangat suka menggoda adiknya itu hingga berakhir dia yang di marahi oleh Jesika.
Justin mengambil tempat duduk di sebelah sang kakak, Jadi posisinya Ia menghadap sang ibu dan barka menghadap Arthur.
Beberapa menit berlalu hingga makan malam telah usai dan meja sudah dibersihkan oleh para maid, menyisahkan makanan penutup dan beberapa botol wine.
"Besok kau sudah boleh bersekolah, Barka akan mengantarmu"
Arthur membuka pembicaraan"Ya"
Jesika memutar matanya lelah, ingin rasanya ia memasukan anaknya kedalam oven. Sungguh anak bungsunya itu sangat menyebalkan.
"Sampai jumpa besok Adikku ,Jangan lupakan bahwa Dia mungkin masih menantimu"
Setelah mengatakan itu barka melenggang pergi ke kamarnya, sebenarnya dia sudah memiliki satu unit apartemen tapi karna besok dia harus mengantarkan adiknya ke sekolah dan bisa dibilang jika jarak dari apartemennya ke sekolah sang adik cukup memakan waktu jadilah dia menginap disini.
"Dia?" Justin mengerutkan keningnya tanda bahwa dia tidak memahami kata kata kakaknya barusan.
"Kanaya Aubree, Kau dulu berjanji akan menikahinya jika kembali" Arthur memberi jawaban
"Shit, Kapan aku mengatakannya?"
"Sebelum kau pergi ke Kanada, Coba ingat kembali apa yang kau katakan padanya, sehari setelah kau pergi meninggalkan indonesia dia datang kemari dan menangis histeris" Jesika menambahkan, dia masih ingat jelas kejadian itu.
"Aku tidak merasa mengatakan itu sebelumnya, bukankah ayah tau jika aku tidak tertarik dengan anak sulung keluarga Aubree itu?"
Sialan. Dia hanya ingin hidupnya damai tanpa ada pengganggu, lagipula kapan ia mengatakan akan menikahinya? Bukankah saat itu dia sedang menikmati masa masa menjadi berandal sekolah?
" Yeah ayah tau, awalnya ayah juga tidak percaya tapi mengingat waktu itu kau berbicara sangat serius dengannya di taman membuat ayah percaya begitu saja"
Hembusan kasar Justin keluarkan, sial bahkan di tidak mengingat wajahnya.
"Pikirkan itu besok, sekarang lebih baik kau tidur kebutuhan sekolahmu sudah diurus oleh arsen, Good night honey" Jesika mengecup kening anaknya sekilas dan bangkit mengikuti suaminya
..
...
..Setibanya Di sekolah dia menjadi pusat perhatian, banyak wanita dan beberapa pria yang menatapnya penuh puja.
Tapi Justin adalah Justin,dia tidak perduli dengan sekitar dan sangat acuh dengan orang baru.
Dia berjalan menuju kelasnya dengan angkuh, mata tajamnya hanya beberapa kali melirik sekitar, barka sudah menjelaskan dimana kelasnya berada dan dimana letak ruangan kepala sekolah.
Dia hanya berharap tidak bertemu dengan gadis itu, bagaimanapun dia memang tidak mengingatnya.
Dia mengernyit saat didepannya terdengar suara gaduh, jika dilihat lebih teliti ada 5 orang remaja pria sepertinya sedang menggoda seorang gadis.
Sialan ,harapannya tenang di hari pertama dia sekolah musnah begitu saja. Dia berhenti beberapa meter dari mereka, hanya diam dan menatap datar.
Salah satu dari mereka menyadari ada orang lain di koridor itu dia lantas menoleh dan menaikan satu alisnya.
" Berhenti, sepertinya dia anak baru yang akhir akhir ini dibicarakan."
Mendengar itu mereka lantas berhenti dan kesempatan ini dimanfaatkan oleh gadis itu untuk pergi.
Mereka menatap kearah Justin dengan tatapan meremehkan. Sial rasanya Justin ingin menendang wajah wajah bengis itu.
Salah satu dari mereka maju dan berdiri di hadapan Justin. Dia mengulurkan tangannya dan tersenyum tampan, atau Dimata Justin manis?.
"Kenalin nama gw zalo, kalo lu gamau terlibat mending lu tutup mulut terus cabut dari sini sekarang"
Justin menampilkan smirknya dan menarik kepala pria di depannya atau yang ia tahu bernama zalo.
Mendekatkan wajahnya ke telinga pria di depannya dan berbicara dengan suara rendah.
"Mulut kecilmu tidak pantas mengatakan itu, lebih baik desahkan nama ku" bisiknya diakhiri dengan kecupan basah pada daun telinga pemuda di depannya.
..
...
..Eaaaa jangan lupa vote dan komentnya, saya usahakan sering update jika banyak yang mem vote. So tinggalkan jejak mu okayy, saran dan kritik saya terima.
Ini real pemikiran saya,jika ada persamaan dengan cerita yang lain saya tidak tahu menahu, saya hanya mengutarakan apa yang ada di pikiran saya.
Good byee :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Berandal sekolah
Non-Fictionmengisahkan tentang anak baru sekolah high school Antralang bernama Justin Ardelon. "kenapa harus kembali kesini?" Dengusan kasar Justin keluarkan terkala dia menginjakan kaki ke tanah kelahirannya. dia masih tidak paham kenapa ayahnya memintanya...