Part 3

3.5K 81 0
                                    

Jia menatap Zee dengan senyum miring di wajahnya, dia tahu kalau Zee menderita tapi itu hukuman yang pantas untuk Zee karena menahan desahan di saat Zee menikmati hal itu.

"Katakan kalau kamu menginginkan hal ini, Ze," perintah Jia dibalas gelengan.

Jia tidak marah, dia memasukkan satu harinya dan memainkan di sana dengan tempo lambat membuat Zee menderita dan pasrah dibuat main Jia.

"Kamu mohon sama kakak maka kakak puaskan kamu," kata Jia.

Jia memainkan jarinya dengan sangat cepat saat tahu Zee akan orgasme, dia kembali menghentikan hal itu dan menatap Zee.

"Kak, jangan buat Ze tersiksa," kata Zee.

"Memohonlah ke kakak dan katakan kalau kamu menginginkan hal ini juga," balas Jia santai.

"Kak, aku mohon puaskan aku," gumam Zee pasrah.

"Apa Ze? Kakak tidak dengar," balas Jia jahil.

"Puaskan aku, kak. Aku mohon," kata Zee lebih keras.

"As you wish, baby," balas Jia.

Zee kalah, kalah dengan keinginan dia sendiri. Dia menangis merutuki kebodohannya, dia akui kalau perbuatan Jia sangat lembut dan membuat dia merasakan sensasi luar biasa nikmatnya.

Jia mulai menjilati vagina Zee dengan sangat cepat hingga Zee akhirnya orgame, Jia melepaskan celananya dan mengarahkan juniornya ke vagina Zee.

Jia tidak membiarkan Zee meringis kesakitan jadi dia langsung mencium bibir Zee sambil memasukkan juniornya ke vagina Zee.

Hal itu Jia lakukan hingga 3 ronde, Zee yang selalu orgasme membuat dirinya kelelahan. Setelah puas, Jia ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dari orgasme mereka.

Habis mandi, Jia kembali memakai celana dan dia baru saja ingin membersihkan tubuh Zee tiba-tiba ponsel dia berbunyi. Jia tidak melihat siapa yang menelepon karena dia sudah tahu orang itu.

Bagaimana Jia bisa tahu? Jadi Jia punya 2 ponsel, satu ponsel untuk keluarga dan satu ponsel lagi untuk urusan bisnis sama anak buahnya.

"Halo, Ji,"

"Halo, pa. Ada apa?"

Zee kaget saat Jia mengatakan kata pa yang artinya Jia sedang menelepon papa mereka, dia ingin sekali berteriak dan mengatakan kalau dia ada di sini.

Sayangnya dia sangat lelah, bicara saja tidak mungkin apalagi berteriak. Jia yang melihat itu tersenyum miring, dia tahu adiknya kelelahan makanya dia biarkan saja tanpa takut ketahuan.

"Adik kamu hilang, papa sudah menyuruh anak buah papa tapi mereka tidak menemukannya,"

"Serius Ze menghilang? Gimana ceritanya, pa?"

Jia pura-pura tidak tahu, dia pandai sekali berakting dan hal itu baru Zee ketahui. Zee masih memikirkan apa alasan Jia melakukan semua ini, walaupun dirinya tidak menutupi kemungkinan kalau dia menyukai sentuhan Jia.

"Iya, Ji. Papa juga tidak tahu gimana, saat papa mau ke apartemen Ze di sana Ze tidak ada padahal dia seharusnya sudah pulang sekolah. Papa juga sudah tanya ke satpam dan satpam bilang Ze sudah pulang dari tadi bahkan teman-temannya tidak ada yang tahu,"

"Baiklah, Ji akan membantu cari Ze. Papa tenang saja paling cepat Ze akan pulang lusa, Ji akan menyuruh anak buah Ji untuk bantu cari Ze juga,"

Tentu saja hal itu sebuah kebohongan, Zee saja diculik sama Jia mana mungkin dia menyuruh anak buahnya untuk mencari Zee. Zee tahu itu hanya alibi Jia saja bahkan dia tidak percaya jika papa mereka bisa begitu percaya dengan perkataan Jia.

Papa mereka bernama Yogi, jadi Yogi percaya dengan perkataan Jia terlebih dia sering membantu Yogi dan paling penting perkataan dia selalu ditepati. Itulah yang membuat Yogi tambah percaya dengan Jia.

"Papa percaya sama kamu, Ji. Makasih sudah bantu papa,"

"Sama-sama, pa. Kalau gitu aku tutup dulu, mau istirahat sudah ngantuk juga,"

"Iya, Ji. Sampai jumpa,"

Jia tidak membalas melainkan dirinya menutup panggilan dan menaruh ponselnya lalu menatap Zee.

"See, papa menelepon kakak untuk minta bantuan karena papa tidak bisa menemukanmu. Kamu tahu kenapa? Karena kakak minta anak buah kakak untuk menutup akses supaya papa tidak bisa menemukan kamu. Sudah larut malam, kamu istirahat gih," balas Jia.

Jia mencium bibir Zee sekilas lalu pergi ke kamar meninggalkan Zee di kamar itu sendiri bahkan dia lupa membersihkan tubuh Zee, Zee yang ditinggal hanya diam saja.

Dirinya tidak nyaman tidur dengan orgasme yang masih menempel di selangkangannya tapi apa boleh buat, Zee juga butuh istirahat.

Keesokan harinya, Jia terbangun lalu mandi dan membuat sarapan. Seperti biasa, dia akan sarapan lebih dulu karena dia akan sarapan bersama Zee jika Zee sudah menjadi istrinya kelak.

Sehabis sarapan, Jia ke kamar Zee dan membawa makanan juga. Di kamar, Zee masih tidur jadi Jia menaruh makanan itu di meja dan mengambil air untuk mengelap tubuh Zee terutama vagina dan selangkangannya.

Zee yang terusik hanya diam dan melihat apa yang Jia perbuat, dia sudah tidak malu lagipula percuma juga dia tidak bisa menutupi tubuhnya bahkan Jia sudah menyicipi tubuhnya berkali-kali.

"Maaf kakak membuatmu terbangun," kata Jia menyesal.

"Tidak masalah kak," balas Zee.

"Apa vagina kamu masih sakit?" tanya Jia ragu.

"Masih kak, apalagi ini hal baru bagiku. Kenapa kakak melakukan ini? Aku tahu kakak punya alasannya," balas Zee.

"Kamu akan tahu nanti, kakak tidak bisa beritahu kamu sekarang," kata Jia tanpa sadar menitikkan air matanya.

Zee kaget melihat Jia menangis karena ini pertama kalinya Jia menangis di depannya, Zee ingin sekali menghapus air mata Jia sayangnya dia tidak bisa.

Jia yang sadar dirinya menangis, buru-buru menghapus air matanya dengan kasar lalu menyuapini Zee untuk makan, Zee makan dengan tenang.

Sehabis makan, Jia membiarkan piring kotor di kamar ini lalu Jia mengambil collar yang sudah terpasang rantai dan memasangkan ke leher Zee. Setelah itu dia melepas borgol di tangan Zee tapi kembali memborgol tangan Zee ke belakang dan melepaskan ikatan di kaki Zee.

Jia menarik pelan rantai itu ke kamar mandi, Zee mau tidak mau harus mengikuti Jia pergi jika lehernya tidak ingin sakit. Di kamar mandi, Jia melepaskan borgol dan collar lalu memandikan Zee.

Setelah mandi, Jia kembali memasangkan collar dan borgol dan menarik pelan Zee keluar kamar. Jujur saja, Zee takut jika orang lain melihatnya dalam keadaan naked seperti ini, apalagi Zee tidak tahu di mana dia berada.

"Kak, kita mau ke mana. Aku malu naked gini," kata Zee yang berada di belakang Jia.

"Tidak perlu malu, Ze. Di sini hanya kita saja," balas Jia tanpa melihat Zee membuat Zee pasrah mengikuti Jia pergi.

TBC...

6. Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang