Chapter 4 : Di Malam yang Dingin, Saat Bintang Merindukan Sang Rembulan

2.9K 126 14
                                    

*Beby POV*

"Perhatian kepada seluruh pengunjung perpustakaan..Perpustakaan akan ditutup 15 menit lagi."

Suara yang berasal dari speaker itu menggema di perpustakaan. Hah?! 15 menit lagi. Aku segera melihat jam tanganku. Jam 10 kurang 15 menit. Waduh, kok dah jam segini aja. Mana tugas belum selesai. Kulihat tumpukan 5 buah buku di hadapanku. Yah, terpaksa harus aku balikin lagi ke rak nya. Maunya sih minjem buat di pakai dirumah. Tapi ga bisa soalnya kan aku sekarang masih minjem 3 buku dan belum aku balikin. Itu jumlah maksimal buku yang boleh dipinjem dalam satu waktu. Deadline ngumpulin tugasnya masih minggu depan sih. Tapi aku ingin segera menyelesaikan tugas ini. SEGERA. Klo bisa besok dah selesai. Tapi besok aku ada jadwal teather. Alamat besok ga tidur ampe pagi nih buat ngerjain.

Dengan tergesa-gesa aku balikin bukunya ke tempatnya. Dosenku yang ngasih tugas ini emang ada-ada aja. Jaman udah modern gini, masih aja nyuruh mahasiswanya nyari referensi dari buku. Mana bukunya langka. Tebel. Bahasa Inggris pula. Komplit deh susahnya. Pusing pala Beby. Coba boleh pake refenrensi internet, kan bisa tinggal copy paste.

Oh, iya aku belum SMS kakakku. Minta dijemput sekarang. Selesai mengirim pesan singkat, aku segera menuju ke loker perpustakaan dan mengambil tasku. Aku segera keluar dari perpustakaan setelah mengembalikan kunci loker ke petugasnya.

Aku menunggu di depan perpustakaan. Ga enak deh klo nunggu gini. Pengen rasanya bawa kendaraan sendiri, entah mobil atau sepeda motor. Tapi ga dibolehin ma Ibu aku. Katanya takut aku nabrak lah, kena tilang lah, dan alasan paling baru : kena begal. Alasan yang megada-ada karena kakak-kakakku boleh bawa kendaraan sendiri, sedangkan aku tidak. Semakin lama, semakin aku merasakan dinginnya udara malam menusuk tulangku. Padahal aku udah make jaket tebel lho. Apa ini pertanda timbunan lemak dalam tubuhku makin menipis ya? Padahal kan aku dah kuyus >,<

Aku menaruh kedua telapak tanganku di depan bibirku dan menghembuskan nafas dari mulutku. Berharap dapat menghangatkan tanganku. Caraku berhasil tapi cuma sementara. Angin malam memang tidak mau bersahabat denganku. Akhirnya aku taruh saja kedua telapak tanganku ke dalan saku jaketku. Setelah sekitar sepuluh menit menunggu, akhirnya kakakku datang juga. Segera aku membuka pintu mobil dan duduk di kursi sebelah kakakku.

"Kok malem banget sih, Beb? Kakak kira kamu ketiduran di perpus" kata Kakakku

"Maunya sih gitu, tapi keburu diusir yang jaga perpus" jawabku asal.

Mobil pun melaju menembus jalanan malam jari. Mataku sudah terasa berat. Hari ini sungguh melelahkan. Aku harap tidur malamku nanti cukup untuk memulihkan staminaku agar tetap fit beraktifitas esok pagi. Aku merebahkan badanku ke kursi. Aku sandarkan kepalaku ke jendela mobil yang tepat berada di sampingku. Dari sudut mataku, dapat kulihat keramaian kota. Lampu-lampu kendaraan membuat kota ini masih terang benderang. Kualihkan pandanganku ke atas. Wah, indah sekali. Hamparan bintang berkelap-kelip di langit gelap yang menyelimuti malam. Cukup lama aku mengagumi pemandangan langit malam sampai aku menyadari bahwa bulan tak menampakkan diri. Kasihan kan bintangnya, ga punya temen.

Emang sih bintangnya banyak, ga cuma satu. Tapi klo ga ada bulan, pemandangan langit malam jadi ga sempurna. Aku menghembuskan nafasku ke kaca mobil. Nafasku yang hangat membuat kaca mobil yang dingin menjadi agak berkabut. Kuhembuskan lagi sehingga daerah berkabut di kaca menjadi lebih luas. Kuletakan satu jari telunjukku di jendela. Secara perlahan kugerakkan jari telunjukku. Kugambar dua buah lengkungan yang menyatu. Aku tersenyum melihat bentuk bulan sabit di jendela yang baru saja aku gambar. Sekarang, jika aku melihat langit malam dari jendela ini, bintang ga kesepian lagi karena ada bulan yang menemaninya. Walaupun bulan itu tak ada di langit sana.

*End of Beby POV*

FLASHBACK

Karena Aku Ga Mau Kehilangan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang