Chapter 12 : Para Penghuni Kosan Absurd

5.4K 833 255
                                    

Hai-hai halo guys?

Seperti biasa ya, jangan lupa vote dan komen di setiap paragrafnya.

Saran dan kritik kalian juga sangat membantu untuk menyempurnakan cerita AK yang banyak kurangnya ini.

Happy reading guys!

_____

Bian meregangkan ototnya setelah menyelesaikan sekitar 65% dari salah satu tugas kuliahnya. Sisanya akan ia kerjakan nanti. Saat selesai membereskan barang-barangnya, ia melihat Alika keluar dari kamarnya dengan mata yang sedikit sembab dan wajah bangun tidurnya.

Bian tersenyum. Duduk di sofa panjang, dan sedikit merebahkan tubuhnya. Kakinya ia buka sedikit lebar, lalu merentangkan tangannya agar Alika masuk ke dalam dekapannya.

Setelah Alika masuk ke dalam dekapannya, Bian langsung menghirup dan mencium leher Alika. Kedua tangannya mengusap surai dan punggung Alika.

Tidak dapat dipungkiri, sebenarnya Bian masih sangat malu atas ke-frontalan Alika yang menyebutkan... Ah sudahlah. Memikirkannya membuat Bian semakin malu.

"Tumben, biasanya bobonya sampai jam tiga." ujar Bian saat melihat jam digital yang terletak di sebelah televisi, menunjukkan pukul setengah tiga lebih.

"Mmm?" Alika menggeliat diatas tubuh Bian. "Bang Azka bobonya bunyi."

"Oh... Kalo Azka bobonya sampai mendengkur, pasti lagi kecapean." ujar Bian memberitahu membuat Alika mengangguk.

"Bangun dulu, Dek, Abang mau ambil minum."

Alika beranjak dari tubuh Bian. Matanya yang sudah sedikit segar, menangkap hal yang menarik. Segera ia turun dari sofa dan mendekat pada pada meja yang ada ditengah ruangan.

Mata Alika berbinar takjub. "Woahhh."

Bian yang baru kembali dari dapur, tersenyum geli melihat reaksi Alika. "Minum dulu, Dek." ucap Bian menghampiri dan meletakkan gelas berisi air didekat Alika.

Alika menoleh. "Ini gambar buatan Abang?" melihat Bian yang mengangguk, Alika kembali takjub. "Woahh keren!"

"Bagus gak?"

"Bagus banget rancangannya." Alika menunjuk gambar halaman belakang. "Nanti disini buat kolam ya? Biar kayak yang dirumah."

Bian duduk disebelah Alika, mengusap surai sang adik dengan lembut. "Nanti ya, kalau nilainya bagus, terus Abang punya uang, kita bangun rumah yang kayak digambar."

"Nilainya pasti bagus! Alika kasih nilai buat gambar ini, seribuuu!"

Pujian Alika yang begitu tulus, membuat hati Bian menghangat. Walaupun tugas rancangan bangunan yang Bian buat belum selesai, Alika begitu tulus memujinya.

Bian jadi teringat, saat baru masuk dunia perkuliahan dan mendapat tugas menggambar, nilainya jauh dari kata sempurna. Alika datang untuk memuji gambarnya.

"Gambarnya bagus kok. Bagus banget-banget malah. Gak apa-apa Dosen Abang kasih nilai tiga puluh lima, tapi Alika kasih nilai buat gambarnya, seribuuu!"

Perkataan Alika yang begitu ceria membuat semangat dan kepercayaan diri Bian kembali. Alika begitu, bukan hanya pada keluarganya saja, tapi kepada semua orang yang dikiranya butuh penyemangat. Alika selalu mempunyai caranya sendiri untuk menghibur orang-orang yang kehilangan kepercayaan dirinya.

Walaupun begitu... Alika kadang mendapat timbal balik yang buruk dari orang-orang. Saat Alika melakukan kesalahan dan kehilangan kepercayaan dirinya, bukannya menghibur, sebagian orang malah menjatuhkannya.

Anak KosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang