20

1.1K 130 7
                                    

•••

Sakura terus menerus tersenyum lebar hari ini. Ia tidak menyangka hubungannya dengan Kakashi akan semulus ini setelah rasa sedih yang Sakura alami karena Gaara saat tiba di Suna.

Ini bagai akhir yang baik dan Sakura hanya tinggal menanti reaksi teman-temannya seperti apa, setelah Daimyo mendukung penuh hubungan mereka.

Hari ini sepulang dari Suna ia tak bertemu dengan semua temannya, mungkin besok ia baru akan sempat menemui mereka karena malam ini ada reuni tim tujuh yang sangat penting.

Baiklah, Sakura sudah selesai merapikan bahan masakan yang ia beli, ia juga merapikan beberapa pakaiannya ke dalam sebuah tas berukuran sedang, karena Kakashi memaksanya.

Sakura sudah mengeluh pada Kakashi beberapa kali, tentang mengapa ia harus repot-repot berbekal pakaian jika hanya untuk ke apartemen Kakashi, dan pria itu langsung menepuk dahinya sendiri. Apa sebegitu polosnya Sakura? Rasanya tidak.

Kakashi sempat berpikir gadis itu pura-pura polos.

"Kenapa aku harus menginap?" Sakura memegang pinggangnya sebelah, dan tangan satunya ia gunakan untuk menopang tubuhnya, bertumpu pada meja makan di apartemennya.

Kakashi duduk di sofa milik Sakura, ia sudah memegang erat tas Sakura.

"Aku ingin kau menemaniku selepas mereka pulang, apa itu salah?" Kakashi balik bertanya.

Wajah Sakura memerah. "Kita akan membuat mereka canggung, lagi pula kita sudah sekamar di Suna, apa kau belum puas?"

"Sakura.." Kakashi mendesah pelan. "Kita sudah memakai lima hari dalam jatah dua minggu liburanmu, aku tidak ingin itu sia-sia meski sehari saja, kau akan sibuk bekerja nantinya begitupun aku."

Sakura memutar matanya kemudian mengambil tas belanjaan yang berisi bahan masakan. Hari semakin larut jika mereka terus berdebat, Sakura harus memasak untuk acara reuni itu.

Ia memberikan belanjaan itu pada Kakashi dan mereka keluar dari apartemen Sakura. Mereka diam di depan pintu apartemen Sakura, gadis itu memperhatikan Kakashi yang dengan enteng membawa banyak barang tanpa mengeluh.

"Kau yakin bawa semua itu sendiri?" Sakura bertanya pelan.

Kakashi tersenyum di balik maskernya. "Hn, kau berpikir aku keberatan? Hal ini tidak ada bandingannya dengan nenek-nenek yang selalu membuatku terlambat di pagi hari, Sakura."

Kini Sakura malah tertawa, ia ingat masa-masa di mana Kakashi selalu terlambat dengan alasan tersesat di jalan kehidupan, ada kucing naik ke tiang listrik, atau membantu seorang nenek yang membawa banyak barang yang posisi rumahnya di puncak tebing.

Padahal beberapa dari itu adalah ulah Naruto dan Sakura yang menjahilinya karena Kakashi selalu terlambat.

Sakura tiba-tiba mendekati Kakashi, menarik masker pria itu turun dan menyerang bibir tipis Kakashi pelan. Namun tidak lama mereka berdua terhenyak bersamaan dan langsung menoleh ke arah pepohonan.

Sakura dan Kakashi yang sudah menjauh satu sama lain kini saling bertatapan.

"Apa ada yang memperhatikan kita?" Sakura bertanya dengan nada yang takut.

Kakashi juga merasakan yang sama, mereka mendengar suara lompatan dari dahan pohon, suara hentakan kaki sekilas namun cukup keras.

"Entahlah, kurasa kita harus segera pergi jika memang ada yang tengah mengikuti kita."

Sakura mengembalikan posisi masker Kakashi dan mereka segera pergi dari sana. Tujuan mereka hanya satu malam ini, dan waktu berjalan terus, mereka harus cepat tiba untuk segera memasak.

Jarak yang dekat mempermudah mereka untuk tiba lebih cepat, ini pertama kalinya dalam seumur hidupnya masuk ke apartemen Kakashi.

Ia tidak pernah berpikir untuk berkunjung, ia sama sekali tidak memiliki alasan kuat untuk datang ke apartemen Kakashi sebelumnya, jadi ya, tidak pernah. Sakura mengagumi kerapihan Kakashi.

"Ini kamar kita." Kakashi membuka sebuah ruangan yang lebih luas dari ruang tamunya.

Lemari, kasur, meja, mini sofa, kamar mandi, lengkap dalam kamar tidur besar itu. Bersih, rapi dan nyaman. Kakashi menyimpan tas Sakura di dekat kasur dan mereka segera menuju dapur.

Hanya saja kasurnya ukuran single bed, apa mereka muat tidur berdua disana? Ah, Sakura bisa menyuruh Kakashi untuk tidur di sofa.

"Wow, kau sangat rapi untuk ukuran seorang bujang. Bahkan dapurmu nyaman sekali." Sakura memujinya.

Gadis itu mulai mengolah bahan makanan dan Kakashi membantunya sedikit, karena konsentrasinya buyar.

Konsentrasi Kakashi buyar karena melihat leher jenjang Sakura yang begitu menggoda birahinya. Itu baru leher, belum yang lain.

Berulang kali Kakashi mencoba menyentuh leher Sakura, tapi gadis itu selalu menepisnya.

"Hentikan, aku sedang memegang pisau." Sakura mengancam Kakashi.

"Sebentar saja..." Kakashi merengek dan itu membuat Sakura tambah kesal.

Sakura tidak mempersilahkan Kakashi untuk terus menciumi lehernya. Wajar, rambut Sakura kan kini sudah agak panjang, ia mengikatnya ponytail, Kakashi malah tak mau diam melihatnya.

"Pokoknya, setelah selesai memasak kau harus menggerai rambutmu." Kakashi nampak frustasi, pria itu sudah dewasa dan kesulitan untuk menekan gairahnya.

"Argh, aku frustasi." Ia mengerang kemudian.

Sakura menghela napasnya. "Pergi sana, siapkan saja meja dan yang lainnya, jangan dekati aku dulu atau ini tidak akan pernah selesai!"

Kakashi mundur secara mendadak setelah melihat Sakura memegang pisau dengan tangan yang terkepal sempurna. Ia tidak ingin nyawanya melayang malam ini sehingga pria itu memutuskan untuk menuruti apa kata kekasihnya.

Walau dengan berat hati, Kakashi masih tidak sabar ingin bercumbu dengan Sakura. Rasanya, semakin hari Kakashi semakin haus akan cinta Sakura.

To Be Continued...

Summer Love (KakaSaku) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang