33

3.8K 587 80
                                    

Aku yang kemarin terlanjur janji dengan mama Galuh untuk bersedia diantar beliau ketika ke Semarang, akhirnya kutepati.

Sebelumnya pagi hari aku bertemu dengan teman-teman lamaku, serta Bang Akbar, akan tetapi Bang Akbar masih ada acara sore harinya di Yogjakarta sehingga tak jadi ikut serta dengan ku ke Semarang.

Tetapi bagiku sebuah keberuntungan, karena tanpa kutahu mas Danar juga ikut serta bersamaku, mama Galuh dan Om Panji yang berkunjung kerumah Eci.

"Ca mau makan dimana?"

Kali ini Om Panji yang bertanya padaku, dan menoleh ke kursi penumpang di belakang, yang telah kududuki dengan Mama Galuh, seakan mengulang masa lalu, dimana dengan mas Danar di balik kemudi, Om Panji duduk di sampingnya, sedangkan aku dan mama di bangku belakang.

"Ngikut aja Eca Om"

Lagi-lagi mengulang saat-saat aku masih menjadi menantu keluarga ini, seperti di hari sebelum malam naas itu terjadi, malam dimana mas Danar kecelakaan bersama Mbak Rima dan awal dari kesakitan hati ini.

Mas Danar membelokan mobil pada rumah makan yang menyediakan soto sebagai menunya, makanan ciri khas kota yang kami lewati.

Entah aku saja atau semuanya yang merasa seakan mengulang masa lalu, tetapi tiba-tiba mama diam seribu bahasa setelah kamu berempat duduk pada bangku yang di sediakan rumah makan, dan mas Danar mengambilkan kami bungkusan kerupuk.

Menikmati makanan dengan diam, hingga Om Panji mencairkan suasana dengan menanyakan bagaimana kota Kendari, bagaimana aku tinggal dirumah Om Dion.

"Kerasan kamu di sana?"

"Alhamdulillah Om, disana ada tante Hani yang baik jadi kerasan"

Memang benar aku disana cukup nyaman, meskipun awal-awal aku tak kerasan di tambah dengan masalah yang baru kuhadapi, tetapi berkat perhatian Om Dion dan Tante Hani akhirnya aku mampu melalui semuanya.

"Kalau mama baik nggak?"

"Ya baik dong Ma"

Jujur saja, Mama Galuh selain baik aku juga menyayangi beliau, bagaimanapun sejak kecil aku sudah dekat dengan beliau, seakan seperti ibuku sendiri.

"Kalau gitu dirumah mama sama rumahnya Hani kerasan dimana?"

Mulai sudah aksi mama yang suka terbawa perasaan dan tak mau terkalahkan.

"Kerasan dirumah bunda"

Kujawab serta kuikuti dengan kekehanku, jawaban yang aman untukku. Begitu juga dengan Om Panji dan mas Danar yang ikut terkekeh, sebab kami semua tahu bagaimana mama kala sudah merajuk.

Hubunganku dengan Mama dan Om Panji memang tak berubah, tetapi interaksi ku kepada putra mereka menjadi canggung, bagaimanapun kami berdua adalah mantan pasangan suami isteri, meskipun pernikahan kami seumur jagung tetapi penyebab perpisahan itu begitu menyakitkan bagi kami semua, maka dari itu kenapa kita tak boleh menikah dengan saudara, ya seperti inilah jika gagal pasti hubungan keluarga itu akan merenggang.

Selesai makan dan sholat kami melanjutkan perjalanan menuju Semarang, dimana Eci dan keluarga kecilnya menetap.

Sambutan heboh ala Eci kala bertemu denganku, bagaimanapun kami sejak dalam kandungan selalu berdua.

"Mbak, gue udah nunggu dari pagi loh"

"Tadi masih ada reuni dadakan sama teman-teman, si bocil mana?"

"Bobok dari sore, habis ini pasti bangun terus ngajakin emaknya ini begadang"

"Gaya lu, palingan juga Bang Toni yang nemenin"

Jodoh Dentist (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang