Noa datang disambut senyum seringai si pengacau base-nya. "Akhirnya dateng juga," sapa Kayama, musuh yang dulunya sahabat Noa.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Noa tenang. Tapi justru ketenangan itu yang bikin Kayama makin panas. Ia benci melihat Noa tenang begitu.
"Gue? Jelas nyari ribut sama lo lah!" jawabnya, pertanda pertarungan akan segera dimulai.
"Urusan kita udah selesai, Kayama." Nada Noa tegas, tapi masih menahan emosi. Ia nggak mau Ayaka sampai ikut kena bahaya.
"Selesai?" Kayama tertawa sinis.
"Masalah kita nggak bakal selesai, Nishimura terhormat!"
"KALO AJA LO GAK EGOIS SAAT ITU!!"
"Dia yang mutusin itu, bukan gue!" Noa tetap bertahan.
"Semua ini karena lo! Dia nyuruh lo keluar duluan, sialan!"
"Emang dasar orang kaya, nggak pernah ngerti diri!"
"HAJAR SEMUA!!"
Pasukan Kayama langsung menyerbu pasukan Noa yang sudah bersiap di belakang pemimpinnya. Suara langkah kaki menghentak lantai, disusul dentingan senjata dan teriakan peringatan.
Seperti adegan film laga yang pecah, kedua pihak saling menerjang. Teriakan, suara benda tumpul menghantam tubuh, dan gesekan senjata tajam memenuhi udara.
Namun di tengah kekacauan itu, Noa dan Kayama berdiri diam. Wajah mereka keras, saling menatap dengan bara dendam yang lama tersimpan. Dunia seolah membisu di antara mereka.
Kayama menggeram, lalu melesat. Tangannya yang sudah diisi tenaga sejak tadi melayang lurus ke arah Noa. Noa reflek mundur, menghindar dengan cepat.
Kayama tertawa dingin.
"Lo ngindar? Lo beneran ngindar? Sekarang Noa jadi pengecut, hah?!"
Tanpa aba-aba, Kayama melayangkan tendangan ke perut Noa. Kali ini Noa tak sempat menghindar.
BUGH!
Tubuh Noa terlempar dan menghantam lantai keras. Ia tersungkur, menahan sakit dengan kedua tangannya.
“Sialan…” umpat Noa, wajahnya mengerut menahan nyeri.
Kayama tak menunggu. Ia melangkah cepat, siap menghantam lagi. Namun Noa berguling ke kiri dan segera berdiri, membalas dengan tendangan keras ke samping tubuh Kayama.
DUAGH!
Kayama terpental dan jatuh ke lantai. Sebelum sempat bangkit, Noa menindihnya, menginjak dadanya kuat-kuat. Nafas Kayama tersengal, matanya melebar.
“Dengerin,” ucap Noa dengan suara berat. “Gue gak mau nyakitin lo lebih dari ini. Mending lo sama pasukan lo pulang.”
Tapi Kayama justru tertawa miris, penuh luka.
“Belas kasihan? Lo pikir gue butuh itu? Mending gue mati, asal gue udah bikin lo sekarat lebih dulu.”
“Yama, lo gak tau semua!”
“APA YANG GUE GAK TAU?! DAN KENAPA LO SEMBUNYIIN?!”
Noa menghela napas panjang, menatap wajah yang dulu pernah ia sebut sahabat. Lalu ia mengangkat kakinya dari dada Kayama dan berdiri.
"Yaudah... pukul gue. Tapi suruh pasukan lo berhenti, terus pergi dari sini."
Kayama mendelik. Ini kesempatan yang tak akan ia buang.
"SEMUA, BERHENTI!!"
Keributan langsung berhenti. Suara baku hantam digantikan hening mencekam. Semua mata tertuju pada mereka.
Kayama menatap Noa penuh benci, senyuman sadis tersungging di wajahnya.
"LIAT NIH, GUE MUKUL SI GAK TAU DIRI INI!"
Pengikut Noa mulai kebingungan. Mereka bersahutan memanggil nama Noa, memintanya melawan. Tapi Noa hanya diam. Wajahnya datar, dingin seperti batu.
Kayama mulai menghajar Noa—pukulan bertubi-tubi mendarat di wajah, dada, perut, hingga tulang keringnya. Noa menahan semua itu, hanya bisa berteriak pelan di tiap hantaman. Tubuhnya tergeletak lemas di lantai.
Kayama mencengkram bajunya, menarik Noa ke atas.
"Lo selalu aja lemah… dari awal kita ketemu."
Ia menerima sebuah balok kayu panjang dari anak buahnya. "Gue lebih suka ini dari pada pisau. Lebih seru liat lo mati pelan-pelan."
Dua orang menarik tubuh Noa, menyandarkannya dalam posisi duduk. Kayama bersiap. Ia mengangkat tongkatnya tinggi, seperti pemain baseball siap mengayun home run.
Namun...
TCH!
Jerit kesakitan meledak dari mulut Kayama.
"ARGH!! LEHER GUE!!"
Ia tumbang, tangan memegangi lehernya. Darah mengalir deras. Noa mendongak cepat ke atas, lalu kembali memandang Kayama yang meringkuk di lantai.
Langkahnya berat, tapi ia tetap menghampiri mantan sahabatnya yang menggeliat di tanah.
"Sakit…" erang Kayama.
Noa mencabut peluru kecil dari tangan Kayama dan menggenggamnya erat.
"Lo, siapin mobil. Cepet!" perintah Noa pada salah satu anak buah Kayama.
"Hack! Ambil CPI3 sekarang!"
Hack, walau bingung, mengangguk dan lari secepat mungkin.
Kayama memaksa bicara di sela-sela rasa sakitnya. "Lo ngerencanain ini... tapi malah nolong gue?!"
Noa hanya menjawab pelan, "Gue bahkan gak tau ada orang amatir bisa nembak dari jarak 50 meter lebih dengan target yang gerak."
Hack datang membawa suntikan. Noa tanpa basa-basi membuka lengan Kayama dan menyuntikkannya langsung.
Jeritan Kayama menggema keras. Noa tetap tenang, memompa cairan penyelamat itu masuk ke tubuhnya.
"Bawa bos lo ke rumah sakit. Sekarang."
Noa berdiri di depan Ayaka. Luka di tubuhnya belum diobati. Ayaka menunduk, merasa bersalah. Untung tembakannya bukan senjata mematikan.
"Maaf... aku takut—"
Pelukan hangat Noa memotong ucapannya. Ayaka berusaha mendorong Noa, tapi pelukannya.
"Nice shot. Tepat sasaran. Kayak profesional," ujar Noa curiga tapi pelan.
"Aku gugup... buru-buru... takut..."
"Memang kenapa?" potong Noa.
Ayaka menatap Noa dengan sayu. "Takut kamu mati."
"Kenapa kamu biarin dia mukul kamu gitu?! Aku takut..."
"Jadi sekarang kamu takut kehilangan aku?"
Ayaka terdiam. Apa benar ia mulai mencintai Noa? Atau cuma kasihan? Ia sendiri tak tahu.
"Ayaka, jawab."
"Gak tau... aku bingung," ujarnya pelan. "Hati dan pikiranku bertolak belakang."
Noa memeluknya lagi. Raut wajahnya sedih.
"Gak apa-apa. Aku bakal berusaha lebih keras biar kamu cinta aku. Dan kamu harus buka hati buat aku," ucapnya sebelum menenggelamkan wajah di leher Ayaka.
Ayaka tetap tak menjawab. Haruskah ia memberikan hatinya pada cowok gila ini? Entahlah. Ia hanya berharap... tidak ada paksaan atau rasa kasihan dalam hubungan mereka. Karena Noa pasti tidak menginginkan itu.
Tapi bagaimana dengan dirinya?
Bukankah dia juga dipaksa? Bibirnya sering dicium dengan alasan candu, yang malah membuat perutnya geli sekaligus senang.
Kalau disimpulkan... Noa memang tidak baik untuknya. Tapi bisakah ia menjauh? Atau membuat Noa pergi?
To be continued
🦋 © crxdiaIg : @crxdiaa

KAMU SEDANG MEMBACA
NOA'S OBSESSION [1] REVISI
Fanfiction(sedang di revisi sampai waktu yang belum di tentukan) Nyatanya disukai laki laki populer, tampan, keren itu tidak seperti yang dibayangkan para perempuan di sekolah. Entah bagaimana Ayaka malah terlibat dengan Noa si cowo populer seperti kriteria...