Gerimis semakin menderas, sesekali terdengar gemuruh petir, menyambar, membuat langit terang sesaat. Angin berembus kencang menerpa jendela Menara Naga Hitam, membuat sebuah kisual yang cukup menyeramkan.
Anak tangan hitam menyeret kasar tubuhku, melintasi lorong yang cukup gelap. Aku berusaha meronta-ronta, tetapi tenagaku tak kuat lagi. Serangan dari penjaga gerbang kota Naga Laut, membuatku tubuhku terasa remuk.
"Qyu. Dimana Bola Cristalku? Akkun?!" tiba-tiba aku teringat dengan bola biru yang menjadi alat komunikasiku dengan Partner manusiaku. Bola itu pasti terjatuh saat pertarungan tadi dan aku pun tak sempat mengambil hingga si Tangan Hitam, menculikku saat diriku pingsan.
Ya. Jujur saja aku tidak seperti kebanyakan naga yang bisa bertemu dengan Partner manusianya. Mereka biasanya disebut Prajurit Naga. Aku berteman baik beberapa dari mereka, terutama pada naga tempurnya. Mereka terlihat begitu akrab, bisa bertarung bersama, saling membantu dan yang paling penting persahabatan mereka begitu indah. Aku jadi iri, andai saja aku bisa seperti itu, namun Partner manusiaku tidak bisa ke sini? Entah kenapa alasannya? Aku biasanya memanggil nya Akkun dan kami berkomunikasi dengan bola Cristal--walau agak jarang sih.
"Ayaya, Qyupi dimana partner manusia mu? Mengapa aku tidak pernah melihatnya?" tanya Mulato pada suatu saat ketika berada di kota Naga laut. Naga hijau itu terlihat penasaran.
Aku menggeleng cepat, "Qyu, aku tidak pernah tahu bagaimana partner manusia yang selalu bersamaku, bahkan saat aku menetas di dunia ini, aku tak pernah tahu Siapa Partner manusia yang mendampingiku?"
Mulato nampak terkejut, juga Siota yang menjadi pasangannya.
"Jadi kamu tak pernah tahu partner mu selama ini, Qyupi?" tanya Siota.
Aku mengangguk, mengeluarkan bola Cristal dari lingkaran evolusi. Bola itu bersinar terang, dengan rasi bintang terlihat menghiasi bagian dalamnya.
"Hanya bola Cristal ini yang selalu menemaniku selama ini, juga alat komunikasi dengan partnerku."
Mulato dan Siota menatap simpati. "Ayaya kasih sekali nasip mu Qyupi. Untung saja saat aku terlahir sudah ada Siota yang selalu bersamaku. Bukan begitu Siota?"
Siota mengangkat bahu, "Benar, asalkan kamu jangan cerewet, sering merengek minta permen."
"Ah Siota mengapa kau ceritakan hal itu pada Qyupi, aku kan jadi malu." Muka Mulato memerah.
Siota tertawa. Aku tersenyum melihat tingkah laku mereka, terlintas di hati perasaan ini begitu hangat dan menyenangkan. Akkun andai saja kau ada di sini aku ingin bisa bergurau seperti mereka.
Waktu terus berjalan, tak terasa semakin lama, aku banyak mengenal para prajurit naga. Tercatat sudah empat prajurit naga dan salah satunya Siota dan Mulato. Kekuatanku juga semakin kuat, bahkan sudah membangkitkan evolusi naga tempur. Hingga ketika aku mendapat kan tugas, membantu Siota dan teman-temannya mengalahkan penjaga gerbang menara hitam. Aku pun terluka dan pingsan di pertempuran itu. Dan kini sekarang aku berada.
Anak tangan hitam melempar ku dengan keras, membuatku tubuh mungil ku terhempas ke lantai. Rasa sakit semakin menjalar, terutama di perut dan kaki ku.
"Qyupi. Seorang naga kecil element emas." Terdengar seseorang berbicara.
Aku menatap ke depan, sebuah sinar pilar keluar, menjulang ke atas. Tepat di dalam sinar itu nampak bayangan naga hitam, lengkap dengan empat bola yang tiganya sudah berwarna hitam. Bola penyegel dirinya.
"Sayang sekali di situasi seperti ini tuanmu tidak ikut bersama mu. Benar-benar tidak bisa di andalkan," ejeknya diiringi tawa.
"Qyu. Jangan seenaknya kau menghina Akkun. Walaupun dia tidak ada di sini, dia tetap ada di hatiku," teriakku tidak terima.
Tiba-tiba sekelebat tangan hitam muncul, dan menampar keras tubuhku, membuatku terlempar, menghantam dinding.
"Dasar naga kecil tak biadab. Baiklah aku jadi ingin menguji mu seberapa hebat kesetiaan mu pada tuanmu itu."
Sebuah lingkaran hitam muncul di sekeliling tubuhku, lantas mengeluarkan petir hitam yang menyambar ke sekeliling tubuhku. Aku berteriak kesakitan dan perlahan-lahan kesadaran ku mulai menghilang.
Aku tahu apa yang dilakukan Naga Hitam, dia ingin menanamkan segel di lingkaran evolusi ku. Dia ingin membudak ku.
Sengatan listrik itu semakin sakit, perlahan aura hitam muncul di tubuhku. Aku menggeleng keras, berusaha melawan, tapi dia kuat sekali. Sekali aku pingsan semua kesadaran ku diambil olehnya.
"Qyupi jadilah budakku. Dengan itu kamu bisa mendapatkan apapun yang kau mau." Bisikan naga hitam terdengar, membuat kesadaran ku kian menipis.
Pandangan sekitar mulai gelap, deru nafasku melemah.
Akkun maaf aku tidak bisa melawannya. Naga hitam mulai mengambil kesadaran ku. Sebentar lagi aku akan menjadi budaknya.
Akkun maaf jika selama ini aku sering mengeluh, mengapa kau tidak ada di sisiku setiap saat, bercerita banyak hal.
Akkun andai saja kesadaran telah kembali, aku ingin bertemu denganmu, melihat wajahnya dan bertanya mengapa kau tidak bisa ada di sini.
Akkun terimakasih untuk semuanya.
Dan seketika semua pun gelap dan tak tahu apa yang terjadi setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen Dragon Warrior
Krótkie OpowiadaniaSebuah kisah yang terinspirasi dari kartu Dragon Warrior yang sempat populer di zaman. Tentang persahabatan, pengorbanan, harapan dan keinginan.