© Ενας {Enas} ©

845 82 48
                                    

Yoo kawan-kawan,
Saya bawa cerita baru hehehe...
Padahal ya, saya banyak banget book yang harus di selesaikan... Tapi...
Otak saya gak bisa diajak kerja sama...

Yah sekali lagi sorry yaa hehe....

Nah, jangan lupa Vote and Comment,
Jadi saya semangat ngetiknyaaaaa!!!

See you~




























~JanganLupaFolowAkunSaya~
~HappyReading~
































"DIMANA PANGERAN NAKAL ITU?! CEPAT CARI DIA, PENGAWAL!" teriakan seorang wanita membahana sampai ke penjuru Istana, mengakibatkan para pengawal berlalu lalang panik.

Rutinitas pagi di Hari Minggu adalah hilangnya sang Pangeran Mahkota, entah sudah berapa kali sang Ratu memberi putranya ceramah gratis berjam-jam, tetapi seakan angin lalu sang Pangeran tidak pernah jera.

Kenakalan penerus Kerajaan itu bukanlah hal aneh, dari dia masih bayi semua orang di Istana sudah sangat dia repotkan. Dia begitu senang bermain dengan bencana.

Membuat pusaran air yang berpotensi menjadi pusaran besar peluluh lantak kediaman para rakyat juga mengakibatkan Laut tidak tenang. Air pasang surut dengan tidak menentu, bahkan terjadi tsunami kecil menimpa daerah darat.

Sang Ibunda juga Ayahanda hanya bisa mengelus dada sabar menghadapi segala tingkah laku Pangeran kecil mereka. Sebisa mungkin mereka menasehatinya agar tidak bermain terlalu jauh dan memainkan kekuatannya sembarangan.

Jika dunia bawah tengah panik mencari sang Pangeran yang lagi-lagi menghilang, di daratan ada satu bocah berjalan santai seraya nyengir kuda, di belakangnya satu bocah lain menunduk ke bawah dan jari tangannya saling bertaut menandakan betapa gelisahnya ia.

"Pa-pangeran... Bagaimana jika Yang Mulia Ratu kembali murka?" bocah itu menggigit bibirnya resah, bocah yang berjalan paling depan membalik badan tanpa menghentikan langkah. "Palingan Bunda hanya ceramah nanti," jawabnya enteng.

"Sudah! Hari ini ada festival, sebaiknya kita bersenang-senang!" anak itu memekik senang berbanding terbalik dengan bocah di belakang, "lagipula, Ayahanda sedang pergi rapat hehehe," lanjutnya sambil cengengesan.

"Baiklah Pangeran..." lesu bocah di belakang, sang Pangeran lantas kembali berbalik untuk memandang ke depan, sekarang di hadapannya tersaji berbagai stand. Dia datang di waktu yang tepat.

"Inilah kenapa aku sangat suka dunia manusia, hahahahaha..." dia tertawa terbahak di akhir sampai di pandangi oleh para pengunjung yang lewat, di belakang bocah yang terus mengikutinya menutup wajah malu. Kenapa dia harus melayani Pangeran gila ini?

"Pa-pangeran tolong berhenti tertawa..." merasa tidak dapat menahan tatapan aneh yang melayang dia segera menghentikan sang tuan, dan berhasil, bocah yang sangat terkenal akan kenakalannya itu berhenti. "Glory, berhenti memanggilku dengan Pangeran di sini!"

"Ba-baik!" bocah laki-laki di bawah satu tahun sang Pangeran Kerajaan menjawab cepat ketika tatapan tajam itu menghujam dirinya. "Bagus, ayo kita cari teman-teman terlebih dahulu, apa mereka terlambat ya?" gumamnya sambil celingak-celinguk mencoba mencari keberadaan beberapa bocah lain.

Saat mereka berjalan santai di tengah keramaian mata awas sang Pangeran terhenti pada layar lebar yang memang sengaja di pasang di sana setiap festival, bukan, bukan karena bocah itu asing pada benda kotak berlayar tersebut tetapi lebih pada sesuatu yang di tayangkan.

Prince of the Ocean | Πρίγκιπας του Ωκεανού |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang