Betapa terkejutnya Suhaa saat baru sampai di sekolah pagi buta, ia langsung dipanggil oleh wali kelasnya untuk menghadap kepala sekolah.
Saat ini, ia telah berada dalam ruangan kepala sekolah yang sudah ditutup rapat sementara Leya menunggu di luar kantor.
"Kemarin ada yang ngadu ke saya kalau kamu kerja dengan izin dari Bu Lastri, itu benar?"
Pak Hardianto atau biasa disapa pak Hardi adalah kepala sekolah di sekolah mereka.
"B-benar pak, saya sudah izin sama Bu Lastri dan dikasih izin..," jawab Suhaa dengan gugup.
Suhaa dipanggil ke ruang kepala sekolah karena pak Hardi yang tak mengetahui itu. Hanya Bu Lastri, Suhaa dan teman-teman Suhaa yang tahu kalau Suhaa bekerja.
Itulah alasannya, lagipula ia tak akan diizinkan oleh pak Hardi jika ia berencana bekerja sementara ia masih SMA. Terlebih lagi sebentar lagi ia akan ujian.
Maka dari itu Suhaa hanya meminta izin kepada Bu Lastri dan meminta wali kelasnya itu untuk merahasiakannya dari orang lain.
"Kamu tau nggak kalau kamu kerja di usia kamu yang masih segini bisa buat nama sekolah tercemar?" Pak Hardi kembali bertanya.
"Maaf pak, saya cuma nyari nafkah-!" Kalimat Suhaa terhenti ketika mendengar decakan kesal keluar dari mulut kepala sekolahnya.
"Kamu mau Bu Lastri kehilangan pekerjaannya gara-gara kamu?"
Suhaa menggeleng tegas. Tentu ia tak mau, wali kelasnya sudah banyak membantu dirinya, kenapa bukan dia saja yang dihukum?
"Bu Lastri sama kamu itu salah karna menyembunyikan ini dari saya. Padahal saya bakal izinin kalau saya diberitau..," ujar pak Hardi dengan melipat kedua tangannya.
Suhaa mengerjapkan mata beberapa kali, apakah ia tak salah dengar?
"Saya pasti izinin kamu kalau kamu bisa ngatur waktu belajar dan kerja kamu. Nggak mungkin saya larang kamu kalau kamu kerja kalau pelajaran kamu nggak terganggu,"
"Kalau saya bilang saya ngizinin kamu buat tetap kerja dengan syarat nggak boleh ada yang tau tentang pekerjaan kamu, kamu bisa nggak?" lanjut Pak Hardi.
"Saya bisa pak, bisa! Tapi udah ada yang tau kalau saya kerja kok pak. Tapi temen saya nggak bakal beberin soal pekerjaan saya," balas Suhaa yakin.
"Kalau kamu yakin, ya nggak ada masalah. Saya cuma peringatin kamu, jangan sampai ada orang yang beberin kalau kamu udah kerja," ujar pak Hardi sambil menegakkan punggungnya.
Suhaa mengangguk mengiyakan.
"Ya udah, balik ke kelas sana.. belajar yang rajin,"
Bukannya menuruti perintah pak Hardi, Suhaa malah memiringkan kepala bingung. Apakah ia tak akan mendapatkan hukuman? Skorsing barangkali?
Pak Hardi berdecak kembali, "Saya nggak bakal hukum kamu, yang penting ingat pesan saya tadi. Udah sana, ke kelas sekarang!"
"I-iya pak. Makasih sekali lagi!"
***
***
Tidak terasa Leya kembali merasa kesepian. Baru beberapa menit berlalu setelah Suhaa mengantar Leya pulang dan langsung pergi ke arah Cafe.Sekarang, mulai saat ini.. Leya harus terbiasa tak melihat Suhaa, ia bisa melihat lelaki itu esoknya, meski ia melihat lelaki itu sebentar saja pun tak masalah.
Leya hanya perlu memastikan jika Suhaa tidak mengalami perubahan sedikitpun, "Suhaa-ku terlalu maksain diri sih, gimana nggak khawatir coba."
Leya menyeret dirinya sendiri agar mau keluar dari kamar. Saat ini sudah lewat jam makan malam, namun ia sama sekali tak berselera untuk mendekati meja makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menggapai Suhaa (END)
RomansaWARNING! (Peringatan!) Please everyone who sees this, please stop and never plagiarize/copy other people's work!!! I beg you so much! whoever it is! (Siapapun yang melihat ini, tolong berhenti dan jangan pernah menjiplak/menyalin karya orang lain...