II - LJY

842 81 15
                                    


The Boyz — Juyeon

The Boyz — Juyeon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pulang dari acara makan Samgyetang itu, keduanya berakhir tak dapat tidur. Hwang Sinb tersenyum bodoh seraya meninju boneka pinguinnya hingga jatuh dari tempat tidur. Untungnya gadis itu memiliki kamar sendiri, jadi tidak perlu takut Umji dan Eunha akan terganggu. Mungkin hanya perlu mengkhawatirkan tetangga lantai atas dan bawahnya.

Lee Juyeon sendiri kurang lebih sama atau mungkin malah lebih parah dari sang gadis. Sejak kedatangannya ke dorm The Boyz, pria itu tiba-tiba melakukan free style. Dimanapun dan kapanpun, mungkin sebagai wujub selebrasi.

Semua member The Boyz berusaha memahami keanehan pria Lee itu malam ini tanpa menanyakan ada apa gerangan sampai membuat si kalem Lee Juyeon berubah menjadi sedikit tidak waras.



Sampai ke kamarnya setelah melakukan free style everywhere hingga berkeringat, Juyeon mandi. Sekarang pukul satu pagi dan Lee Juyeon tahu gadisnya tidak bisa tidur. Terlihat dari instastory nya yang banyak, sampai berupa titik-titik.



Juyeon memilih bangkit dari tempat tidur, berjalan keluar dengan langkah pelan agar tidak membangunkan Younghoon. Sampai diluar, pria itu menyalakan lampu kemudian mengambil sekaleng beer dari dalam kulkas.



Juyeon menghubungi Sinb setelah berhasil mendudukan diri di sofa ruang tengah. Siapa tahu gadis itu butuh di temani pria tampan kesayangannya ini. Nada sambung terdengar, lima detik setelahnya suara Sinb berhasil tertangkap telinga.

"Kau belum tidur?" tanya gadis itu tiba-tiba. Sinb kini mengambil posisi duduk di atas tempat tidur.



Juyeon bergerak sedikit gaduh karena membuka kaleng beer dengan tangan kanan dan memegang ponsel ditangan lainnya. Ia memiliki niat untuk menunggu fajar datang bersama sang kekasih meski hanya lewat panggilan telepon.



"Ya, karena terlalu merindukanmu." Lee Juyeon dan bagaimana lihainya bibir pria itu merayu lawan jenis.

Sudah tampan, bermulut manis pula, bukankah dunia ini sangat tidak adil?

Di seberangan sambungan telpon, Sinb geli sendiri mendengarnya "Mau minum saja harus menjadikanku sebagai alasan."

Keduanya terkekeh, membuat Juyeon melanjutkan aksinya meski ini membuatnya malu juga. "Jika saja bisa kuperlihatkan padamu betapa aku merindukanmu."


Tawa gadis itu berhasil ditangkap rungu. Juyeon ikut tersenyum, senang sekali rasanya mendengar tawa itu.



"Aku juga merindukanmu," balas Sinb akhirnya. Mengakui kelemahannya atas segala rayuan sang kekasih.



Juyeon mengganti posisi ponselnya ke sebelah kiri sambil menahan tawa dengan tangan kanan memukul bantal sofa gemas. Ini kalau bukan tengah malam, sudah dipastikan Juyeon akan berteriak. "Rasanya seperti mau mati karena merindukanmu."



"Kalau aku sih tidak sampai sebegitunya," Jawab Sinb setengah jenaka. Tahu betul cara menaik turunkan mood Juyeon


Dan benar saja, pria itu langsung menjauhkan ponsel dari telinga. Matanya melotot pada benda pintar itu seolah kemarahannya mampu tersampaikan pada sang gadis di seberang sana. Juyeon bersiap melempar rengekan mautnya, namun Sinb lebih dulu bicara.

"Jangan melotot, jelek!"

Mengigit bibir bawahnya menahan senyum, Juyeon berucap, "Senang sekali rasanya, mengetahui hubungan ini sudah sampai ditahap sekalipun tidak saling berhadapan, tapi seolah-olah sedang bertemu."



Hening lama diantara mereka sampai Juyeon mendengar suara gemuruh diikuti suara kaleng beer dibuka dari seberang sana. Pria Lee itu tertawa habis-habisan, sudah sangat siap untuk menggoda Sinb. "Kau tertangkap basah nona Hwang."



Sinb tertawa, tidak menyangka akan ketahuan. Padahal ia sudah berusaha keras untuk membuka kaleng beer jauh dari ponsel. Jadi dengan tawa canggung, Sinb menjawab. "Kekasih hatiku sedang minum beer, jadi sudah pasti aku harus menemaninya minum."

"Kalau kau sedang berada di sisiku, sudah sumbat mulutmu." Terdengar jelas Juyeon tengah mati-matian menahan gemas.

Sang gadis meneguk beer perlahan. Matanya tertutup sesaat, menikmati sensasi bagaimana beer dingin dan membakar kerongkongan masuk ke dalam mulutnya.

"Pakai apa?" tantang Sinb begitu beer berhasil diteguk, meski sudah menduga sang pacar akan menjawab apa.


Juyeon banyak tertawa malam ini, dan entah mengapa tawa pria itu menular cepat padanya. "Pakai apa yang sedang dibayangkan oleh otakmu saat ini."



"Hmm.. kaki?"

"Yyak!!"



Tawa gadis itu lagi-lagi pecah. Meski bibir Sinb sudah di jauhkan dari ponsel, Juyeon masih dapat menangkap tawa khas gadis itu.



Diam-diam Juyeon menyentuh bagian dadanya yang terasa berdesir hebat. Pria itu tersenyum kecil, tidak pernah merasa sepertinya ini sebelumnya. Bagaimana bisa hanya mendengar tawa gadis itu, Juyeon seperti mendapatkan dunia.


"Tidurlah. " Ucap Sinb ketika mendengar Juyeon menguap di seberang sana. Hari sudah berganti dan gadis itu tahu Juyeon pasti lelah.

Pria Lee itu menggeleng meski tahu Sinb tak melihatnya. "Tidak mau."


Sinb terdengar menghela nafas sebelum suaranya kembali terdengar. "Tidurlah Lee Juyeon kesayangan Hwang Eunbi. Tidakkan kau mengantuk?"



Sepasang mata Juyeon yang memang tadinya ingin mengantup kini terbuka lebar setelah mendengar ucapan Sinb. Jantungnya berdebar hebat, pipi dan telinganya mulai memerah. Entah pengaruh beer atau karena kalimat manis sang gadis tadi.



"Barusan... kau memanggil ku... apa?" Tanya Juyeon dengan senyuman lucu di wajah tampannya.

"Bukan apa-apa!" sahut Sinb terdengar datar. Kembali dalam mode es nya.

Juyeon seolah begitu kebal dengan sikap dingin Sinb, malah semakin merengek pada sang kekasih. "Yang tadi itu, bi. Ulangi sekali lagi, lalu akan tidur." Rengek pria Lee itu. Bahasa tubuhnya pun mengikuti irama bicaranya yang di buat semanja mungkin walau saat ini Sinb tidak dapat melihat betapa menggemaskannya Juyeon.



"Ya ampun..," dengus Sinb tak habis pikir. "Good Night, Daddy!!"

TUT TUT TUT








Panggilan tiba-tiba terputus dan Juyeon tahu Sinb sengaja melakukannya. Dengan gerakan sigap, Juyeon langsung menjatuhkan kaleng beer lalu berbaring di sofa secara acak-acakan. Pria Itu tersenyum bodoh seraya menendang semua bantal sofa hingga berserakan di lantai, otaknya terus saja mengulang kalimat terakhir yang Sinb katakan.

"Ah Geli!" teriak Juyeon, tangannya menggaruk asal pada bagian dada yang terasa menggelitik. "Kenapa dia begitu manis!" lanjutnya, menggigit bibir untuk menahan senyum konyolnya.

"Daddy katanya, sial! Gemas sekali."


9️⃣8️⃣9️⃣8️⃣




Next guest = 🐰💪🏻 🥊





Tubthumping : SinB ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang