Chapter 3

600 76 0
                                    

Dengan Prana Burst yang besar, Arthuria menutup jarak sekali lagi dan menyerang dengan tebasan. Kekuatan serangan ini cukup besar untuk menjatuhkan Kusanagi dari tangan Orochimaru, bahkan lebih cepat. Arthuria memotong tubuhnya dengan rapi, memisahkannya menjadi dua bagian.

Yang membuatnya jijik, banyak ular meletus dari kedua bagian tubuh dan terhubung satu sama lain lagi, saat dia melompat mundur.

Arthuria berlari ke tempat Kusanagi jatuh dan berdiri di depannya untuk mencegah musuhnya mengambil kembali senjatanya.

Sementara itu, Orochimaru telah sembuh dan menatapnya dengan senyum aneh. "Luar biasa," pujinya.

Ini menjadi konyol, dia belum pernah bertemu musuh yang bisa beregenerasi sebanyak ini sebelumnya.

"Dibelakang mu!" Masternya memperingatkan.

Arthuria berputar dan menangkis pedang Kusanagi di arahnya saat dia merasakan pedang itu menyayat lengan kirinya. Pedang itu melayang dengan sendirinya.

Sungguh kemampuan yang menjengkelkan. Tampaknya senjata itu sama merepotkannya dengan penggunanya.

Arthuria kemudian memukul pedang itu, hanya untuk segera memotong dua ular yang ditembak Orochimaru dari lengan baju di punggungnya.

Ratusan ular melingkar dan mendesis, maju ke arahnya seperti gelombang.

Prana Burst lainnya digunakan untuk mencoba menutup jarak lagi. Setelah berhasil, dinding ular meletus dari mulut Orochimaru dan sedikit membuatnya terpental, teknik ini membuat Orochimaru terlindungi dan mendorongnya mundur.

Secercah cahaya pedangnya terlihat, Arthuria maju mencari jalan ke jantung Orochimaru lalu menusuknya dengan tusukan yang kuat.

Orochimaru menggerutu, dan mencoba mengangkat tangannya untuk membuat Arthuria terpental , tetapi Arthuria memajukan pedangnya ke atas, memotong ke arah kepalanya dengan sedikit kesulitan, merobeknya menjadi dua.

Untuk kekecewaannya, Arthuria melihat Orochimaru beregenerasi. Di depan matanya, seekor ular putih merayap keluar dari mayat, dengan cepat tumbuh sampai memenuhi sebagian besar ruangan tempat mereka berada. Itu sangat besar, dengan sisik putih besar, tetapi kepalanya lebih mirip wajah Orochimaru. Itu adalah distorsi yang menjijikkan, yang memuakkan.

"Invisible Air!" Arthuria melepaskan angin di sekitar pedangnya.

Arus udara yang meledak mendorongnya ke depan dengan kecepatan tiga kali lebih besar, menutup jaraknya dalam sekejap mata. Saat terkena benturan, Excalibur memotong wajah makhluk itu bersama dengan separuh tubuhnya dalam satu gerakan.

Dorongan dari Invisible Air telah berhenti, Arthuria mulai memotong tubuh Orochimaru di beberapa tempat.

Dia menatap bangkai ular yang berdarah, hanya untuk melihat awan asap kemerahan memenuhi ruangan perlahan.

Arthuria segera melompat di depan Masternya untuk menggunakan Invisible Air agar membentuk penghalang antara mereka dan asap.

Untungnya, dia tidak menghirupnya banyak. Bagaimanapun, tubuh seorang Servant berkali-kali lebih keras dari manusia normal.

Kepala ular itu telah meregenerasi dirinya sendiri, dan sekarang menatap mereka. Sesuatu yang membuatnya lega adalah fakta bahwa sepertinya Orochimaru tidak mampu meregenerasi seluruh tubuhnya, atau mungkin memang tidak perlu.

"Aku akui aku terlalu meremehkanmu," desis Orochimaru, suaranya sama terdistorsi dengan wajahnya.

"Siapa kau? Mengapa kau menghalangi jalanku? Mengapa aku tidak pernah mendengar tentangmu atau senjatamu?" Tanya Orochimaru kepada Arthuria.

Arthuria justru tidak menjawab. Sebaliknya, dia mencoba memikirkan cara untuk membunuh monster di depannya ini.

Haruskah dia terus mengirisnya sampai tidak bisa beregenerasi lagi? Dia bisa melindungi dirinya dari racunnya dengan Invisible Air dan juga dengan keberadaan Avalon ditubuhnya, tetapi bagaimana dengan keberadaan Masternya. Arthuria tidak mungkin mempertaruhkan nyawa Masternya.

Itu bukanlah sesuatu yang akan dia lakukan. Apapun yang terjadi dia harus melindungi Masternya, apapun situasainya.

"Jawab aku!" Orochimaru meraung.

Arthuria telah memutuskan, dengan tanpa berbalik dia berbicara kepada Masternya.

"Master, tolong mundur ke tempat di mana racunnya tidak akan mencapai keberadaanmu. Aku akan membunuhnya lagi dan lagi sehingga dia tidak akan bisa beregenerasi lagi. Aku akan datang dan menemui mu setelah aku selesai dengannya." Ujar Arthuria kepada Masternya.

Dibelakangnya, Masternya menatapnya.

"Dia memiliki teknik yang memungkinkan dia untuk mentransfer pikiran dan jiwanya ke tubuh lain." Ucap Masternya sebelum memutuskan pergi menghilang.

Arthuria terkejut. Senang mendengar bahwa nampaknya, Tuannya lebih membantu daripada yang dia duga.

Namun setelah mendengar teknik milik Orochimaru yang mengkhawatirkan, pikiran bahwa binatang buas ini bahkan berani mencoba mengklaim tubuhnya lalu melahap jiwanya sangat menjijikkan dan membuatnya marah sehingga Arthuria merasakan giginya menggertak.

Sekarang semuanya benar-benar membuatnya murka, murka seorang raja.

Begitu Masternya menghilang, ular itu atau mungkin Orochimaru menerjang ke arahnya dengan raungan. Sejumlah besar sisiknya menampakkan diri sebagai ular, menyerang secara bersamanya.

"Tubuh Sasuke-kun adalah milikku!" Ujar Orochimaru.

Rasa jijik di wajah Arthuria sekarang mungkin lebih besar dari pada seharusnya, pedang tak terlihatnya memotong ular yang menyerang.

Dia berputar, menghindari ular yang tidak bisa dia potong, sambil menggunakan Invisible Air sebagai penghalang di sekelilingnya sehingga asap racun yang menyebar tidak menghalagi pandangan matanya.

"Invisible Air!" Arthuria meraung dengan angin yang menerpa ular di sekitarnya dengan kekuatan pendobrak.

Strike Air : Hammer of the Wind King adalah cara lain untuk menggunakan Noble Phantasm Invisible Air sekundernya.

Itu menembakkan selubung angin dari pedangnya seperti palu yang dilemparkan oleh para dewa ke target mana pun dalam jangkauan yang dia tuju. Biasanya, itu adalah senjata jarak jauh, tapi sekarang Arthuria merasa dibenarkan untuk menggunakan segala cara yang mungkin untuk melarikan diri dari kesulitannya.

Itu tidak terlalu kuat dan tentu saja tidak cukup kuat untuk membunuh seorang Servant. Namun, itu lebih dari cukup kuat baginya untuk meledakkan perut Orochimaru yang menjijikan.

Ular itu meledak dan menghujani ruangan dengan ususnya. Arthuria menyeka wajahnya hingga bersih, memandangi sisa-sisanya pertarungan. Ini adalah pertarungan yang bisa dia jalani.

Dia menunggu selama beberapa menit, memotong tubuh Orochimaru yang lebih besar yang tergeletak di sekitar menjadi bagian yang lebih kecil. Dia memastikan dan puas bahwa Orochimaru akhirnya tampak mati, melihat tidak ada potongan yang mencoba untuk meregenerasi.

Arthuria mengaktifkan sihirnya untuk mengakses penyembuhan avalon, cahaya bersinar terang dari luka yang terdapat di lengannya.

Setelah memastikan bahwa semuanya selesai, dia hendak pergi untuk mencari Masternya. Tapi nampaknya itu tidak diperlukan, karena Masternya sudah kembali dan berada di hadapannya sekarang.

Pedangnya terhunus ke arah leher Arthuria, dan mata merah semerah darah itu menatapnya dengan tatapan tajam yang menyala nyala.

"Siapa kau?"

To be Continued














Jangan lupa vote💚

[✓] 𝐃𝐢𝐟𝐟𝐞𝐫𝐞𝐧𝐭 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝 - Naruto x Fate SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang