"Dibalik juteknya sikap seseorang tersimpan jatidiri yang sebenarnya menguak misteri yang sulit terungkap dan terselubung dalam hati yang cukup dalam.
-Agaraya-
"Raya," panggil Rain membuat gadis itu mendongakan kepalanya.
"Iya. Gue mulai sekarang ya," balasnya dibalas anggukan kepala gadis itu.
"Sebelum itu gue mohon jangan kaget, emm jangan baper." Peringatan dari Raya membuat Rain mengerutkan keningnya.
"Maksudnya?"
"Biar elo ga salah faham aja." Gadis itu menyinggungkan senyumnya.
Rain hanya manggut-manggut sebagai tanda dia mengerti apa yang diutarakan oleh sahabatnya.
"Gue waktu habis pulang sekolah diajak Bintang ke Pantai." Raya mulai menceritakan kejadian tadi siang, waktu dimana membuat perubahan dikehidupan gadis itu.
"Iya, terus, kok elo bisa baikan secara mendadak gimana?" tanyanya mendekatkan tubuhnya ke arah Raya.
"Saat disana dia spontan minta maaf saja gue."
"Beneran Ray? Wah-wah ini sebuah keajaiban si Bintang Yeraham yang kerjaannya bikin usil bisa berubah 180 derajat," pekik gadis itu membuat telinga Raya sedikit terganggu mendengarkan suara Rain yang menggelegar layaknya petir yang hadir saat hujan tiba.
"Raina Zalia Azzahra, awas elo ya." Raya menaikkan alisnya dan mendengkus mendengar suara sahabatnya seperti toak masjid saja.
"Hehe maaf, Ray. Gue tadi reflek," kekeh Rain.
"Ya ga gitu juga kali, untung rumah gue sepi." Raya mengerucutkan bibirnya karena kesal.
"Iya-iya, gue ga bakal ngulangin lagi kok." Rain menelungkupkan kedua tangannya sebagai tanda permintaan maaf.
"Iya gue maafin," balas Raya masih dengan nada sedikit kesal.
"Makasih Raya." Rain langsung memeluk tubuh sahabatnya membuat Raya bahagia.
"Mau dilanjut ga, soal perubahan tadi?" ajak Raya membuat Rain melepaskan pelukannya.
"Mau lah, kali ini gue ga bakal refleks kayak tadi."
"Gitu dong."
Raya kembali memulai kejadian membuat perubahan dikehidupannya dan kehidupan orang lain.
Rain hanya menatap seksama mulut sahabatnya berkomat-kamit menceritakan perubahan tadi siang. Telinganya telah siap menangkap segala ucapan dari sahabatnya.
Mulai dari kejadian waktu diparkiran sekolahnya. Bintang yang membuyarkan lamunannya tentang awal pertemuannya dengan Rain. Selepas itu ajakan Bintang untuk pergi ke suatu tempat yang mulanya ditolak mentah-mentah oleh gadis itu.
Sampai kejadian waktu Bintang mengajaknya ke pantai yang membuat gadis itu merasa teramat damai, tenang, dan nyaman. Sebab sudah lama dia tak menghirup udara segar di pantai.
Membuat dia seakan ke masa lalu dimana saat itu rasanya amatlah bahagia mendapatkan kasih sayang kedua orangtuanya. Mungkin jika saat ini dia memiliki seorang adik hidupnya tidak akan sesepi ini.
Setidaknya akan ada tangisan juga rengekan sang adik yang bisa menemaninya. Sampai sekarang orangtuanya belum menginginkan anak lagi setelah kehadiran Raya di dunia ini. Bagi mereka mendapatkan seorang anak perempuan seperti Raya itu sudah lebih dari cukup.
Berbeda dengan kisah hidup Rain, yang merupakan anak pertama dan memiliki dua adik kembar yang usianya terpaut sepuluh tahun darinya. Sungguh berbeda sekali dengan keluarga Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agaraya [END]
Teen Fiction"𝙺𝚒𝚝𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚔𝚒𝚛 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚍𝚞𝚔𝚊." ㅡ𝙰𝚐𝚊𝚜𝚊 𝙷𝚊𝚛𝚢𝚖𝚞𝚛𝚝𝚒ㅡ Aga dan Raya tidak salah hanya ingin saling menjaga justru berujung kesalahfahaman karena yang salah adala...