Haruto malah tambah gusar di balkon kamarnya, sebab Wonyoung sedari siang tak mau beranjak pergi meninggalkan rumahnya. Dengan meminum cokelat panas yang Mama buatkan, cowok itu memikirkan cara untuk mengusir Wonyoung secara halus.
"Nanti juga aku pergi, tenang aja."
Cowok berbadan tinggi itu lupa kalo hantu yang lagi duduk di bawah lantai sembari memainkan rambut panjangnya itu bisa mendengar isi hatinya.
"Yaudah, sekarang aja napa si. Betah amat lo." Sarkas Haruto.
"Kamu galak banget sama aku, waktu pertama ketemu kamu biasa aja deh." Keluhnya sembari mengerucutkan bibirnya.
Haruto tak membalas dan beranjak masuk kedalam meninggalkan Wonyoung yang masih setia dengan duduknya. Tangan besar cowok itu mengambil ponsel yang sejak pagi tak di sentuh, lalu menggeser ke arah hijau. Mengangkat telepon.
"Apa?"
"Ini gue mau jenguk, tapi sama si Yoon."
Cowok itu melamun, siapa nama yang di sebutkan Jeongwoo tadi. "Yoon siapa?"
"Temen sekelas lo, dia bilang suka sama lo To." Kata si Park dengan nada pelan di akhir.
"Jangan deh, gue ga mau deket-deket dia Woo. Aneh banget kelakuannya."
"Yowes, gue aja da yang ke sana. Sediain makanan."
"Setan. Harusnya gue yang lo bawain makanan." Kata Haruto lalu memutuskan sambungan telepon nya.
"Kalo dari deket kamu ganteng ya."
Lantas Haruto terjengat kaget, pasalnya hantu perempuan itu sudah ada di depannya sembari menahan pipi menggunakan tangannya. "Gue emang ganteng si. Jadi kalo lo naksir gue ya bisa-bisa aja."
"Haruto kamu ga inget aku?" Tanyanya dengan nada bicara yang berbeda dari sebelumnya dengan tatapan lurus memandang mata Haruto.
Kening mengerut, mengingat siapa hantu di depannya ini. "Ah ga inget gue, lagian kita baru ketemu pas di perpus."
"Aku Vicky, teman kecil kamu waktu di Jepang."
Matanya melotot tak percaya, bahwa yang didepannya ini teman seperngompolannya dulu, dan Haruto tidak percaya. Dia percaya bahwa Vicky-nya masih hidup sampai sekarang.
"Bohong lo."
"Aku serius Ruto, nama panggilan mu jarang di sebutin orang-orang karena kamu cuma mau Mama, Papa, Airi dan aku aja yang manggil."
"BOHONG, Vicky gue itu masih hidup. Dia bakal janji mau ketemu gue di umur tujuh belas, ya walaupun gue udah gatau kabar dia lagi semenjak pindah dari Jepang waktu itu dan liat muka waktu gedenya."
"Sekarang kita udah ketemu Ruto walau beda alam."
"Engga, lo jangan ngada-ngada Won. Vicky ga bakal ninggalin gue, dan kalaupun lo itu Vicky kenapa lo ga bilang dari awal?"
"Aku pikir kamu inget...." Lirihnya.
Entah mengapa tiba-tiba buliran air mata Haruto meluruh keluar tanpa seizin pemilik. Dia begitu merindukan teman kecilnya, Vicky atau Wonyoung.
"Vic, kenapa lo ninggalin gue? gue masih bisa terima kalo lo ninggalin, tapi ga dengan ke alam lain gini, bodoh."
"Maaf." Katanya lalu menghilang, meninggalkan Haruto dengan mata yang terus menerus mengeluarkan buliran air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Ghost; Travicky
Fiksi PenggemarWonyoung seneng akhirnya ada yang bisa melihat dia, terlebih lagi itu Haruto.