Kisah Yang Tertunda...

547 20 0
                                    

Sebuah kebanggan jika akhir baik didapatkan ketika dinyatakan lulus oleh pihak sekolah.

Seperti halnya Siswa siswi di salah satu sekolah menengah atas yang sedang bersuka ria karena kelulusannya. Semua siswa bersorak ketika melihat lembar kertas yang diberikan guru bertuliskan Lulus.

"Setelah ini, kamu mau melanjutkan kuliah kemana, Seila?" Dinda bertanya kepada sahabatnya Seila, ia duduk disamping Seila yang sedang melamun. Tatapannya lurus kedepan, melihat para murid bersorak seraya menyemprotkan cat warna-warna ke seragam mereka.

"Entahlah, Dinda. Aku rasa aku akan mencari pekerjaan dulu baru kuliah mengambil jurusan manajemen! Dan mungkin aku akan tinggal di kampung halaman ibu!" Seila menghela nafas.

"Maksud kamu! Kamu akan ke Palembang"

Seila memgangguk, "kamu itu kan pintar, lagi pula bukankah kamu ingin ambil jurusan hukum. Kenapa ambil jurusan manajemen saja harus jauh-jauh di Palembang? Apa jangan-jangan karena kamu masih memikirkan kata-kata ibu yang waktu itu! Atau karena Lian yang juga ingin masuk kuliah hukum juga?"

"Ini tidak ada hubungannya dengan siapapun! Awalnya aku memang merasa bersalah pada Lian. Selama ini dia yang selalu membantuku, tidak seharusnya aku menyia-nyiakan ketulusannya. Tapi, perkataan ibu yang waktu itu juga benar bahwa aku hanya gadis yang beruntung saja yang dicintai Lian." Seila menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Kamu harusnya tahu diri jangan melunjak. Lian jatuh cinta padamu, itu tidak berarti kemanapun kamu harus mengikutinya. Aku tidak setuju dengan hubungan kalian. Jadi, aku harap setelah lulus SMA aku tidak lagi melihatmu berhubungan dengannya. Jika sampai kamu berani, lihat saja apa yang akan terjadi!" Kata-kata ibu Lian masih terngiang ditelinga Seila.

"La, kalau boleh tahu, apa alasan kamu menolak cinta Lian waktu itu? Aku tahu kamu sangat mencintai Lian!"

Seila kembali menghembuskan nafas lelah, "ceritanya panjang! Juga karena aku tidak pantas berada disisinya, dia bak pangeran berkuda putih dalam dongeng. Sedangkan aku, hanya seorang anak yang tak tahu asal usulnya!" Suara Seila terdengar pilu dan tersenyum getir.

"Tapi, alasan kamu itu tidak masuk akal, Seila. Lian begitu mencintai kamu, kenapa kamu malah mengabaikannya dan malah ingin meninggalkan dia?"

"Din, kamu tahu. Lian anak konglomerat pewaris perusahaan terbesar di negeri ini. Apa kamu lihat perbedaan antara aku dan dia? Aku tidak mau membuat dia malu!"

"Tapi-"

"Cukup, Din. Biarkan Lian menemukan kebahagiaannya sendiri. Aku tidak ingin merusak hidupnya!" Seila menangis meninggalkan Dinda dan teman-temannya yang masih bersuka ria atas kelulusannya.

"Mungkin dengan kembali menemui papah dan mamah, mereka tidak akan memandang rendah hidupku lagi!" Batin Seila

....

10 tahun kemudian

Seila bekerja di kantor pemasaran sebuah perumahan elite di Jakarta atas rekomendasi sang dosen karena kepintarannya saat kuliah di Palembang 5 tahun yang lalu. Dia menjadi karyawan teladan dan tekun. Banyak teman-temannya yang menyayanginya.

"Seila, makan siang yuk?" Ajak salah satu temannya, Tina.

Seila masih menyelesaikan dokumen yang harus dibawanya saat rapat. "Iya, kamu duluan saja!" Sahutnya hanya melihat sekilas.

Tina melengos pergi setelah tawarannya ditolak.

Seila masih pokus pada layar komputer yang menunjukkan grafik penjualan.

"Seila, kamu tidak istirahat?" Tanya Romi teman sekantornya.

Seila kembali melirik sekilas, "eh, Rom, duluan saja. Aku masih ada berkas yang harus diselesaikan."

Kumcer (Kumpulan Cerita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang