You're a Liar!

892 22 3
                                    

"What are you doing here? With..."

"Lo?!" lelaki itu tersentak

"Brengsek!"

Plakkk
Suara tamparan itu menggema.

"Hey! Lo siapa? Berani banget nampar pacar orang sembarangan!"

"Bitch!" Jane hanya menyengir

"Apa lo bilang?" gadis berambut merah itu sudah melayangkan tangannya, namun lelaki disebelahnya menahan tangannya.

"Jane gue nggak bermaksud buat..."

"Buat apa? Selingkuh? Udah berapa kali? Haa? Ini lima kalinya gue mergokin lo jalan sama cewek, dan parahnya setiap ketahuan gue, lo pasti lagi ngebelai rambutnya."

"Jadi lo udah punya pacar sebelumnya? Brengsek!"

Plakkk
Satu lagi tamparan mendarat dipipi lelaki itu.

"Rasain! Kita putus dan nggak ada kata balik lagi Frans!"

Jane meninggalkan Frans, lelaki itu masih bertahan mematung ditempatnya, tak menyangka gadis itu benar-benar meninggalkannya kali ini.

-

"Sumpah gue nggak abis pikir Rex. Gue kurang apa coba sama dia? Ini udah lima kali Rex." Jane tersedu-sedu.

"Kan gue udah bilang sama lo Janetha Westhon, jangan lagi ngasih kesempatan cowok brengsek itu, lo tetep aja ngasih kesempatan, kalo dia udah ngulangin lebih dari batas sewajarnya berarti dia ngeremehin lo cantik, karena dia tau setiap dia ngelakuin kesalahan pasti lo bakal maafin dia. Udah ah lupain dia, gue males denger cerita lo tentang cowok brengsek itu, nyebut namanya aja gue nggak sudi." Rexi berdiri dari kasurnya dan berpindah ke sofa untuk memeluk sahabat perempuannya itu.

"Jangan sampek Vando denger bakal ngamuk tuh anak." batin Rexi.

-

Rexi mengambil iphone-nya yang berada di meja rias, ia mengecek beberapa chat dan ia membuka chat dari Jane, sahabatnya itu mengirimkannya sebuah screen shoot, seketika wajahnya berubah jadi masam, lalu dengan segera ia mengetikan sebuah pesan.

"Starbucks jam 3 sore. Don't be late"

Sekarang masih jam 12 siang masih ada waktu 3 jam untuk Rexi mempersiapkan diri. Tiba-tiba iphone-nya berbunyi dan tertulis jelas dilayar tersebut "ok". Rexi tersenyum kecut, ia tak tahan lagi sekarang.

Pukul 14.35 ketika ia melihat jam yang melilit pergelangan tangan kirinya. Ia segera menuju garasi untuk mengambil mobilnya dan segera berangkat menuju tempat yang telah ia tentukan untuk bertemu orang tersebut.

Ketika ia sampai terlihat jelas sesosok yang sangat ia kenali sedang duduk menghadap kaca. Rexi terpaku tapi dengan segera ia memberanikan diri dan mengontrol emosinya.

"Hai udah lama?"

"Baru kok, udah gue pesenin tuh"

"Makasih."

"Kenapa? Nggak biasanya lo ngajakin ketemu dadakan kayak gini."

Tanpa basa-basi ia mengeluarkan iphone-nya dan menunjukan sebuah screen shoot kepada yang sosok yang berada dihadapannya.

"Terus?"

"Maksud lo apa kek gini?"

"Cuman gitu doang."

"Gitu doang? What do you mean huh? You think I'm stupid?"

"Cuman sekedar komentar nggak ada kata ataupun kalimat yang menunjukan gue ngegodain ataupun ngemodusin dia, lagian gue juga udah nggak punya pin, id line, nomernya dia."

"Lo pikir dengan bercandain dia kek gini lo nggak bermaksud ngemodusin dia? Seorang Oka Geraldy nggak mungkin nggak ada maksud seperti itu, gue kira lo udah berubah ka, ternyata lagi-lagi masalah cewek." Rexi tersenyum kecut.

"Gue pikir lo yang nggak ngerti gue Rex...."

"Apa? Nggak ngerti lo? Apa nggak cukup selama ini ka? Gue selalu usaha yang terbaik buat lo, gue selalu percaya sama lo ketika diluar sana banyak yang bilang lo kayak gitu ginilah, gue selalu minta maaf walaupun itu lo yang salah, gue selalu mentingin diri lo daripada gue sendiri, gue kurang ngerti apa hah?" butir-butir bening mulai turun dari kelopak matanya.

"Kita udah nggak sejalan Rex."

"Maksud lo?"

"Kita selesai."

"Segampang itu lo ngomong selesai?"

"Kita udah nggak sejalan."

"Nggak masuk akal. Lo pikir gue bodoh Oka Geraldy? Yang lo lakuin mungkin demi cewek itu lagi. Oke kita selesai, gue nggak bakal maksa lo buat stay sama gue, gue nggak bakal bertahan buat merjuangin hubungan ini lagi, gue udah capek. Capek sama semua kebohongan lo dan semua permainan lo. As your wish kita selesai."

Rexi meninggalkan tempat itu dengan sedikit berlari, ia tak ingin orang lain menyadari pipinya yang sudah basah, cukup ia terlihat lemah didepan Oka, jangan yang lain.

--------------------------------

Hallo readers.
Akhirnya update walaupun pendek. Tapi setelah ini siap-siap konflik dimulai. Thank you buat kalian yang udah vote, makasih banget. aku mohon ada yang mau komentarin ceritaku, aku butuh kritik dan saran, soalnya aku masih pemula jadi butuh banyak support juga. Okay, thank you and love you readers.

Ichasa-

The GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang