queen-wanna-be (Ravenska)

3.5K 175 4
                                    

karna minggu ini kelas 9 US dan gue libur satu minggu penuh, gue bakal update se-sering mungkin. okay, happy reading!



Shania membuka pintu rumahnya dengan tidak bersemangat. Mukanya lesu dan pandangannya buram. Kepala gadis itu mengalami pusing yang lumayan hebat, membuat Shania ingin membenturkan kepalanya sendiri ke dinding kamarnya.

Dengan langkah gontai, dirinya menaiki tangga yang ada di rumahnya. Sesampainya di atas, dia melihat Calvin sedang berkutik dengan gitar kesayangannya. Shania melihat Adiknya dengan tatapan tidak suka.

"Apa lo liat-liat gue?" tanya Calvin tanpa membalas tatapan Shania

Shania melirik Adiknya dengan tatapan sinis, tanpa membalas ucapan Adiknya, dia langsung memasukki kamarnya yang berada tepat di depan kamar Calvin.

Calvin. Adik satu-satunya yang dipunyai Shania. Kalau tidak ada Calvin, Shania tidak mempunyai saudara kandung lagi. Calvin dulunya adalah anak yang periang yang sangat atraktif. Dirinya dan Calvin sering bermain bersama layaknya Kakak dan Adik pada umumnya.

Dari awal Shania memang sudah membenci Calvin, namun, semua itu dia tutupi. Sampai satu kejadian datang dan menghancurkan hubungan dua orang itu.

Shania tidak lagi berpura-pura suka dengan Calvin. Dia terang-terangan membenci Adiknya sendiri. Begitu pula dengan Calvin, dirinya berubah 180 derajat. Calvin mulai menjadi anak yang bandel, yang tidak tau terimakasih, dan Calvin berubah menjadi orang yang sangat membenci Shania, Kakak kandungnya sendiri.

Tidak ada perbedaan yang nyata diantara kedua saudara itu. Shania yang cantik sangat mirip dengan Calvin yang dapat menaklukan cewek manapun. Dulu, kalau mereka sedang jalan berdua, mereka akan dikira sepasang kekasih. Calvin benar-benar duplikat Shania dari mulai sikap, wajah, postur badan yang ideal, dan kemampuan berpikir yang cerdas.

Namun, benteng kokoh sudah terlanjur keduanya buat. Dan, benteng itu sangat menghalangi kedua hati Kakak-Adik itu. Shania membenci Calvin, begitu pula sebaliknya. Entah sampai kapan perang ini berlangsung.

---

Shania melangkahkan kakinya menuju kelasnya dengan bimbang. Suatu perasaan tidak enak sedang menghantam hatinya. Gadis itu jadi resah karna perasaannya. Shania menggelengkan kepalanya. Mencoba meyakinkan pada dirinya sendiri kalau semua baik-baik saja.

"Oh, ini dia si cewek yang soknya minta ampun." ucap seseorang di depan Shania

Shania membalas tatapan orang itu tak kalah tajam. "Minggir. Gue mau jalan."

"Wow, santai. By the way, gimana kabar Calvin?" tanya gadis di depannya sembari melihat kukunya yang lentik

"Gue ga peduli. Sekarang, tolong minggir, Ravenska."

Gadis yang dipanggil Ravenska itu tersenyum licik. "Jadi, ini tingkah laku ratu bolos? Gaada nakal-nakalnya!"

Shania hanya diam sembari melihat Ravenska dengan tatapan sengit. Dia malas membalas omongan gadis yang ada di depannya. Sungguh, Shania lelah dengan Ravenska yang selalu mengejar-ngejar Adiknya. Padahal, Ravenska lebih tua dua tahun dari Calvin.

"Akui aja lah, My baby Shania, lo itu kalah eksis sama gue. Di sekolah ini gue primadonanya!" ucap Ravenska lumayan keras

Shania tersenyum licik. "Primadona sekolah bukan cuma harus cantik dan punya tubuh yang ideal. Primadona sekolah juga harus memakai barang-barang mahal. Dan, otak sang primadona harus sepadan dengan semua barang yang dia pakai."

Behind The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang