Part 19

1.4K 82 1
                                    

Malam ini Ayas pulang dengan pikiran yang bertanya-tanya mengenai perilaku Aira hari ini. Apa Aira sedang menghindar dari dirinya? Atau sedang marah pada dirinya? Pikir Ayas.

Sebelum pulang ke rumah, tadi Ayas sempat ingin menjemput Aira dari tempat mengajarnya. Tapi saat Ayas sampai di sana ia tak menemukan Aira dan ia pun bertanya pada salah satu anak di sana, namun anak itu menjawab jika Aira sudah pulang dari tadi sore.

Ayas pun berjalan masuk ke kamarnya dan di lanjutkan membersihkan badannya lalu menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Setalah selesai melaksanakan kewajibannya. Ayas pun keluar dari kamarnya karena cacing di perutnya sudah berdemo minta di isi. Namun saat Ayas melihat meja makan tidak ada satupun makanan disana.

"Tumben banget nggak ada makanan" monolognya

"Gak mungkin kalo Aira sengaja gak masak. Apa Aira gak ada di rumah, tapi sendalnya ada" monolog Ayas dengan pikiran yang mulai khawatir jika Aira tak ada di rumah.

Ayas pun berjalan menuju pintu kamar Aira dan berdiri dengan memandang pintu kamar Aira. Ayas ingin mengetuk pintu tapi ia ragu, takut mengganggu atau takut jika Aira marah. Dan akhirnya Ayas lebih memilih berdiri di sana sampai Aira sendiri yang keluar.

Sampai akhirnya suara pintu terbuka pun terdengar. Aira keluar karna ingin mengambil minum tapi saat melihat Ayas ada di depan pintu kamarnya buru-buru Aira menutup pintu kembali, namun nihil Ayas lebih dulu menahan pintunya agar tidak tertutup dan alhasil mereka saling dorong pintu.

Sampai akhirnya Aira mengalah dan membuka pintunya lebar dan berdiri di hadapan Ayas dengan kepala yang menunduk melihat ke bawah.

"Ra, lapar" ucap Ayas dengan suara lemas nya.

" Astaghfirullah, kenapa lupa masak sih tadi" ucap Aira dalam batinnya.

"Ayo masakin buat aku, udah lapar ini" ucap Ayas sambil mengelus perutnya yang lapar.

Tanpa menjawab ucapan Ayas, Aira langsung berjalan menuju dapur dan memulai memasaknya. Sedangkan Ayas ia mengikuti Aira dari belakang dan duduk di kursi sambil memperhatikan Aira memasak dengan pikiran yang bertanya-tanya tentang tingkah Aira hari ini.

Beberapa menit kemudian akhirnya masakan Aira pun sudah siap. Setelah menyiapkannya di meja Aira ingin beranjak pergi tapi Ayas menahan tangannya.

"Mau kemana?. Nggak biasanya kamu kaya gini. Aku ada buat salah sama kamu?. Kalo emang aku buat kesalahan tolong bicara dengan jelas, jangan diemin aku kaya gini. Aku gak suka di diemin kaya gini" ucap Ayas dengan meta yang menatap Aira.

"Maaf" lirih Aira.

"Duduk" suruh Ayas.

Aira pun duduk di kursi sebelah Ayas.

"Coba bilang, kamu kenapa? Dari pagi aku gak ketemu sama kamu, aku jemput kamu ke tempat ngajar malah pulang duluan, kamu ini kenapa sih, hah" ucap Ayas dengan nada suara yang cukup naik.

"Aku malu sama kamu mas" jawab Aira menundukkan kepalanya dengan tangan yang memilin ujung baju nya.

"Malu kenapa?" tanya Ayas.

"Gara-gara kemarin malam aku udah lancang ngechup pipi kamu duluan" balas Aira yang menahan malu.

"Hmp... Huahahaha" seketika Ayas tertawa mendengar ucapan Aira barusan, ternyata istrinya malu cuma gara-gara ini.

Seketika Aira mendongakkan kepalanya dan memukul lengan Ayas karna sudah mentertawakan nya.

"Ko malah ketawa sih" ucap Aira kesal dengan tangan yang sesekali memukul lengan Ayas.

Lebih Dari Seorang UstadzahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang