Helaan napas terdengar bersahutan, hari ini ujian terakhir sudah usai dan banyak siswa dengan wajah lega kembali ke rumah.
Tak terkecuali [Name] dan Akinori yang menampilkan wajah lega bersama dengan matahari yang kian tenggelam di ujung langit sana.
Mereka tak berencana untuk segera pulang, melainkan mengbiskan waktu sekaligus mengapresiasi diri karena sudah berhasil melewati masa-masa sulit.
Tokyo selalu hidup sama seperti biasanya, keduanya memilih untuk menjelahi Harajuku juga mengunjungi satu kedai bebek bakar enak rekomendasi teman yang masih jarang di ketahui orang.
"Terima kasih sudah membuat kan aku bekal seminggu ini, menghemat uang saku," Celetuk Akinori.
"Tidak masalah, semoga makanan ku enak."
Akinori terkekeh kecil, "Sejak kapan makananmu tidak enak, itu selalu menjadi yang terbaik."
Semu merah terlihat pada pipi tirus [Name], pujian singkat yang diberikan Akinori selalu menjadi favoritnya.
Mereka memasuki kedai bebek bakar itu dan melihat di dalam cukup ramai, "Aku tidak menyangka akan begini ramai, Shin bilang tempat ini tidak terlalu terkenal."
"Mungkin mereka sudah banyak yang tahu, kau ingat zaman sekarang berita cepat menyebar dari mulut ke mulut," Sahut [Name] sambil melihat sekeliling mencari meja yang kosong.
Seorang pelayan datang menuntun mereka menuju meja yang kosong untuk dua orang, selesai memesan keduanya kini bertukar pikiran juga tawa.
ʄ
"Bebeknya enak sekali, aku tidak menyesal datang dan juga harganya murah," Seru Akinori dan [Name] mengangguk menyetujui.
"Ke mana kita sekarang? Kamu mau pulang?" Tanya Akinori lagi.
"Ayo kita berjalan-jalan sebentar lagi," [Name] menyelipkan jarinya di antara jemari kasar Akinori dan tersenyum.
Harajuku sore ini dipenuhi orang dan lampu neon pancarona begitu menarik.
Seorang pemuda tak menyadari gelisah yang sang puan tengah hadapi karena lakonnya yang terlihat baik-baik saja.
Setelah puas mengelilingi Harajuku juga membeli eskrim dan yakitori, mereka tiba di stasiun dengan bangunan khas nya itu.
"Keretanya sebentar lagi da-"
"Bisa aku minta waktu sebentar? Ada hal yang harus aku sampaikan," Potong [Name].
Akinori hanya menangguk melihat gelagat aneh puan nya.
"Satu minggu setelah acara kelulusan aku akan pergi ke Prancis," Sebuah kalimat terucap begitu lancar selancar air mata turun dari pelupuk mata orang yang tengah berbicara.
"Apa maksud mu? [Name] jangan bercanda, ini tidak lucu," Wajah Akinori mengeras.
[Name] hanya bisa menggeleng heboh, tak kuasa ia bicara.
"Kenapa kamu baru mengatakannya? Ini sangat tiba-tiba," Akinori mengacak rambutnya, "Kamu anggap aku ini apa?"
Sang puan mendongak dan menatap wajah wira yang lebih tinggi dihadapannya dengan pilu dan tak percaya, "Bukankah aku yang seharusnya bertanya seperti itu? Seharusnya hubungan kita sudah selesai sejak lama dan kamu yang menyudahinya, tapi kamu kembali lagi dan bertingkah seperti tak terjadi apa-apa."
Suaranya parau dan air mata kini makin tak terbendung, persetan orang-orang yang memperhatikan mereka, "Kamu anggap aku ini apa? Kamu menarik ulur ku, membawa ku terbang lalu melepaskan ku. Aku yang harusnya bertanya 'kamu anggap aku ini apa?' jawab aku!"
Hati Akinori terasa dihunus panah kalau melihat wajah [Name], "Kamu tidak mengerti-"
"Maka jelaskan padaku agar aku mengerti, kamu selama ini selalu memendam semuanya dan memperlakukan aku seakan aku tidak ada," [Name] akhirnya pecah karena tak kuasa lagi. Yang awalnya hanya ingin mengucapkan 'sampai jumpa' berakhir menjadi meluapkan segala rasa di dada.
Akinori bergerak memeluk [Name] dan ia tak menolak karena energi nya habis, "Aku khawatir denganmu, biar aku antar pulang."
ʄ
Dan keduanya berakhir bersama di dalam kereta, Akinori terus menggenggam tangan [Name] memastikan gadis itu ada di dekatnya.
[Name] bergeming, energi nya habis karena menangis dan kini kantuk menyerangnya.
Tangan Akinori membawa kepala [Name] untuk bersandar pada bahunya, "Tidurlah, akan aku bangunkan ketika sampai."
Tak banyak protes, sang puan menuruti perkataan wira dan tertidur tak lama kemudian.
Kini Akinori memiliki banyak waktu untuk wawas diri, ia sudah pernah berjanji sebelumnya jika akan menghadapi traumanya. Namun sebelum ia sempat bercerita pada [Name], gadis itu sudah lebih dulu pecah. Nampaknya kesabaran yang ia miliki sudah sampai batas.
"Aku tidak keberatan kamu pergi, tapi biarkan aku menata hidupku lagi sebelum kamu pergi. Biarku perbaiki hatimu yang rusak karena aku."
.
.
.
pan·ca·ro·na kl n bermacam-macam warna; pancawarna
Wawas diri, introspeksi, atau refleksi diri adalah proses pengamatan terhadap diri sendiri dan pengungkapan pemikiran dalam yang disadari, keinginan, dan sensasi. Proses tersebut berupa proses mental yang disadari dan biasanya dengan maksud tertentu dengan berlandaskan pada pikiran dan perasaannya.
[A/N]
Well, keduanya emang miss communication karena kunci berhasilnya suatu hubungan tuh komunikasi. Saling terbuka satu sama lain kalo emang udah saling percaya.
Maaf kalo Mayu bikin Tuan Konoha ini terkesan jahat ke [Name]. Keduanya emang tersakiti sebenernya.
Anyway, apa kabar? Semoga baik ya, have a nice day everyone ♡(*'ω`*)/♡
KAMU SEDANG MEMBACA
We Fall Apart [Konoha Akinori x Reader] - On Going
FanfictionNelangsa datang padamu dan hal yang ingin kulakukan adalah menghapusnya tanpa menyadari bahwa diriku yang menjadi sumber nelangsa. Dan jagat yang menjelma kita pada sandiwara yang ia buat. Atau memang diriku saja yang gentar? Sampul dan cerita milik...