Part 6. Kampus

1.3K 146 50
                                    


Jogja 2019


Dara berbandana itu memilih duduk di bangku paling belakang. Pagi tadi, dia sudah dipanggil dosen pembimbing akademiknya untuk mengonfirmasi masalah rumor yang berkembang atas dirinya.

"Masih berani kamu masuk kelas?"

Arin diam. Tidak ada respon apapun dari gadis itu. Wajahnya lempeng, menatap ke arah layar proyektor di depan.

"Heh, nggak usah berisik di kelas. Urusin urasan lu sendiri."

Bima, pemuda yang duduk di samping Arin menegur dua gadis yang tengah mengusik ketenangan Arin.

"Belain teros perek lu."

"Pak! Boleh saya tanya?" Bima mengangkat satu tangan dan memotong penjelasan sang dosen.

Dua gadis tadi akhirnya diam dan menghadap ke depan. Arin tersenyum tipis. Bima melanjutkan pertanyaannya.

"Makasih, Bimbim."

Sebuah coretan di kertas catatan disodorkan Arin ke arah Bima.

"Hm ... hari ini fresh banget. Lucu kamu pake rok gitu."

"Maaciw Bimbim," bisik Arin.

Bima tersenyum. Selama kuliah berlangsung, Arin mencoba untuk fokus.

"Pengumpulan proposalnya maksimal minggu depan. Setelah ini selamat  sibuk dengan skripsi, dan bagi yang perlu mengulang kelas, silakan diulang dulu. Baru menyusul skripsi di semester depan."

Suara para mahasiswa yang mengikuti kuliah seminar itu bergaung bersautan memenuhi ruangan.

"Mau balik, Rin?"

"Iya."

"Bareng yuk?"

"Aku ada yang jemput."

"Siapa?"

Bima mengikuti Arin yang keluar dari pintu kelas bagian belakang.

"Minggir, minggir," seru salah seorang mahasiswi yang menabrak Arin hingga tersungkur keluar ruangan.

"Rin!"

Seorang pemuda yang sedari tadi duduk di kursi koridor samping ruang kelas Arin berdiri dan membantu sang dara.

"Ups. Lemah banget."

"Perek," decih salah seorang mahasiswi.

"Heh! Diam kalian! Jangan memfitnah orang sembarangan!"

"Waah. Bawa pengawal dia."

Sashi yang ikut dalam rombongan itu mengenali Riko. Gadis berjilbab itu beringsut, takut.

"Heh. Kamu! Saya bisa seret kamu ke kantor sekarang juga karena kasus perundungan dan fitnah yang kamu tuduhkan pada Arin!" ancam Riko.

"Sa-saya? Memangnya saya kenapa Pak?"

"Jangan kamu pikir saya tidak tahu apa yang kamu lakukan! Apa perlu saya bongkar kalau kamu pelaku perundungan sejak SMP? Perlu saya ungkap siapa kamu sebenarnya?"

Nyali Sashi menciut.

"Brengsek lu Rin! Beraninya bawa-bawa polisi ke sini."

"Nggak usah nyalahin Arin! Kalau ada yang berani ngejek Arin lagi, saya akan turun tangan! Ingat itu," ancam Riko sembari merangkul Arin dan mengajaknya pergi.

"Njir, itu pacar Arin?"

"Itu polisi yang dulu ribut sama Arin kan? Yang ada divideo lu kan Sas?"

Green or Pink (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang