24.

14.4K 1.2K 339
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.
________________________________________

"Lo ngapain di sini?"

Perlahan Cia berbalik, ia begitu terkejut saat mengetahui siapa yang berada di hadapannya sekarang. Dia adalah Aksa.

"Ci, jawab pertanyaan gue," ucap Aksa karena Cia tak kunjung menjawab pertanyaannya. Jujur, ia merasa khawatir karena malam-malam Cia berada di luar dan seperti habis berlari dari kejaran seseorang.

"Bukan urusan lo!!!" Cia menatap sinis ke arah Aksa.

Saat ia hendak pergi, Aksa menggenggam erat tangan Cia, hingga mau tidak mau Cia harus menghentikan langkah kakinya.

"Gue khawatir sama lo, gue nggak mau lo kenapa-napa, Cia! Lo harus balik ke rumah, sekarang!"

"Nggak!" tolak Cia cepat.

"Gue mohon ...." Aksa menatap penuh harap ke arah Cia.

"Apa lo tau, Cia? Semenjak lo pergi dari rumah, gue ngerasa sendirian. Tolong maafin gue. Gue janji, gue bakalan nebus semua kesalahan gue ke lo," tutur Aksa.

Jujur saja, Cia bingung harus menjawab apa. Akan tetapi, jika ia tinggal bersama Aksa, ia bisa mempunyai peluang besar untuk membongkar semua kejahatan Luna. Dan ia juga harus memberi satu kesempatan lagi untuk Aksa, mungkin apa yang diucapkan Aksa tadi itu benar.

"Ci, lo harus percaya sama gue. Mulai sekarang gue akan jadi suami yang baik buat lo."

"Terus, gimana sama Luna? Lo mau buang dia ke tong sampah?" Cia sengaja memancing kemarahan Aksa. Walaupun ia tahu kalau kehamilan Luna hanyalah akal-akalan gadis itu, namun ia harus tetap diam seperti tak mengetahui apa-apa.

"Gue nggak yakin itu anak gue," jawab Aksa.

"Kenapa begitu?"

"Karena gue nggak ngerasa ngelakuin hubungan suami istri sama dia, Cia! Gue nggak ngelakuin hal itu!" Aksa menekan setiap kata yang ia lontarkan, menegaskan bahwa apa yang diucapkannya bukan kebohongan.

Sudah Cia duga, pasti Aksa akan berkata demikian.

"Lo mau ya tinggal lagi sama gue."

Awalnya Cia hanya diam saja tak membalas, namun setelah beberapa menit diam, akhirnya ia mulai membuka suara. "Iya, gue mau tinggal lagi sama lo."

Sumpah demi apa pun, jawaban dari Cia barusan membuka ketenangan hati bagi Aksa. Aksa senang, dia merasa sangat senang.

"Makasih banyak, Cia." Untuk melampiaskan rasa senangnya, tanpa sadar ia mendekap hangat tubuh Cia.

Cia yang mendapat dekapan hangat dari suaminya hanya bisa mematung di tempat. Benarkah ini? Aksa memeluknya? Semoga saja apa yang dirasakannya sekarang bukan sekadar mimpi belaka.

°°°°°°

Sinar mentari pagi mulai merangsek masuk ke dalam ventilasi kamar Aksa, suara alarm jam yang terus saja berbunyi sejak tadi tak membuat Aksa--sang pemilik kamar terbangun dari tidurnya.

Lain halnya dengan Cia, wanita itu sudah rapi mengenakan seragam sekolah. Sekarang, dirinya sedang berkutat di dapur--memasak makanan untuk Aksa.

"Rasanya pas," gumam Cia ketika mencicip sedikit makanan yang ia masak.

Setelah selesai, barulah ia menata makanan-makanan itu di meja makan. Di rumah sebesar ini memang tidak ada pembantu, hanya Cia saja yang mengurus rumah. Namun ketika Cia tidak ada di rumah, rumah ini sudah mirip seperti kapal pecah. Semuanya berantakan.

AKSAFA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang