2. Kamar 12. Elgina-Meilia(Name)

21 4 115
                                    

Tutup mata dan baca mantra!
.
.
.
💎💎💎

Elgina

Apapun yang menjadi alasan gue buat pindah dari rumah itu hanya alibi semata biar gue gak di atur-atur lagi. Kuping gue tiap hari panas mulu di ceramahin hanya karena gue kekeuh dengan pilihan gue. Please lah, anak jaman sekarang tuh harus hidup dengan pilihannya sendiri, gak ada tuh istilah anak adalah investasi bagi orang tua. Lu kira gue emas yang menjadi jaminan keluarga jika sewaktu-waktu butuh dana.

Gini, gue tuh di keluarga anak kedua yang selalu berada di posisi serba salah. Kakak gue udah kerja dan sukses berkat dorongan dan petuah dari orang tua, dia anaknya nurut banget, ya bisa di bilang boneka orang tua lah tapi gue lihat dia bahagia aja dan orang tua gue juga selalu membanggakan dia sampe-sampe adik-adiknya di tuntut untuk mengikuti jejaknya. Gue mau? Tentu saja tidak.

Gue punya adik toxic, dia selalu menuntut perhatian dari orang tua gue. Selalu aja dia perlakukan gue kek pembantu, kalau gue lawan pasti jurus jitunya ngambek dan ngadu ke orang tua biar gue di hukum. Keluarga gue tuh keras, tapi sekeras-kerasnya orang tua pasti punya sisi sayangnya. Iya, sayang ke kakak dan adik doang. Gue mah apa? Anak tak kasat mata, hanya di anggap saat mereka butuh dan selalu di lewati bahkan tak di lirik usahanya sekarang, adanya cuman makian karena sudah berani menentang peraturan yang di kukuhkan dalam keluarga.

Drama gue keluar dari kost itu panjang banget sumpah. Mulai dari nyulik Meilia dari keluarganya dengan alasan yang sama sampai keluarga gue ceramahin Meilia semalam suntuk. Bagi gue, bohong juga perlu untuk mengeluarkan kita dari toxic keluarga hingga menemukan bahagia sendiri. Gue kalau di tanya masih sayang keluarga, tentu saja masih sayang. Karena keluarga tetaplah keluarga, gue gak akan ada jika bukan karena mereka.

"Yakin kost ini yang paling deket dari kampus?" tanya Meilia di saat gue masih sibuk membaca pesan dari group keluarga yang isinya adek gue julidin gue, padahal gue masih ada dalam group. Ok, abaikan saja. "Lumayan sih, standar gue banget ini."

Gue mendelik, "Baru aja kemarin kosong nih kost. Kata orang sekitar, kost ini paling aman soalnya yang punya melihara arwah maung." gue bermaksud bercanda karena Meilia sedang masang wajah tidak percaya.

"Serius lo?"

"Canda ih, kita disini aja ya? Soalnya kost sebelah kost khusus cowok." jelas gue sembari melepaskan pegangan pada koper dan beralih memegang pagar besi untuk melihat ke dalam, siapa tau ada yang lewat.

"El, mau yang di sebelah." rengek Meilia yang langsung gue geplak kepalanya.

"Ngomong jangan suka ngelantur, lo mau jadi cabe-cabean di sana?"

Meilia mendengus kesal, tangannya kini mengelus sabar kepalanya yang gue geplak, "Anjir, lo serius amat nyet. Gue cuman bercanda elah. Gue juga masih waras kali." racaunya.

"Diem,"

Begitulah kita berakhir di depan kost yang di rekomendasikan penjual sayur ketika kita tadi gak sengaja bertanya padanya. Beberapa menit menunggu karena sungkan masuk melewati pagar, gue akhirnya ketemu seseorang yang sepertinya salah satu penghuni kost ini. Gue jelasin tujuan gue dan Meilia berada di depan kost ini, dia bersedia membantu mencarikan pemilik kostnya. Katanya juga kebetulan ada kamar kosong di kamar 12, tapi untuk jelasnya gue bisa tanyain pemiliknya langsung. Itu sih katanya.

"Juni,"

Gue agak akward dengan candaannya. Bermaksud bercanda kan dia? Gue kenalin nama gue dan Meilia yang gue singkat Mei, eh dia malah lanjut perkenalkan namanya dengan nama Juni, "Maksud gue, namanya Meilia." jelas gue.

Livin with Caratto✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang