Part 8. Enriko Zein

1.4K 136 20
                                    


Jogja 2019

Dinginnya udara malam tidak membuat pemuda yang tengah mengisap rokok itu beranjak dari tempat duduknya. Dia sengaja menunggu di luar meski Kayla dan ibu mertua wanita itu menyuruhnya masuk. Jam menunjukkan pukul 21.00 dan Arin belum juga muncul.

"Makasih ya Bang. Hati-hati."

Suara Arin kemudian terdengar sejalan dengan deru motor yang tadi dekat sekarang perlahan menjauh. Gadis berdress hijau dengan skinny jeans putih itu menenteng tas pakaian.

"Kenapa baru balik?"

Bentakan Riko membuat Arin yang tengah melepas helmnya terkejut.

"Ih, marah-marah mulu. Kenapa sih? Lagi datang bulan ya?" balas Arin.

"Kalau ada orang nanya, dijawab!"

Nada suara Riko meninggi.

"Mas kenapa sih marah-marah? Aku habis ambil baju di kosan. Kepo banget jadi orang."

"Kamu itu tanggung jawabku! Aku berhak tahu semua yang kamu lakukan!"

"Ha? Emang Mas Riko siapaku? Pacar? Suami? Tunangan? Bukan kan? Apa hakmu ngelarang aku?"

Riko membanting rokoknya.

"Aku nggak suka kamu pergi sama laki-laki itu."

"Kenapa emangnya?"

"Dia orang asing Rin! Dia bukan siapa-siapa kamu! Dan kamu nggak inget first impressionnya jelek sama kamu? Kenapa kamu bisa gampang banget percaya sama dia?"

Arin mendongak menatap Riko.

"Kamu juga orang asing, Mas. Pertama kali ketemu, kamu inget? Kamu nuduh aku jadi pelakor. Kamu ngejar-ngejar aku di bandara. Apa bedanya kamu sama dia?"

"Aku bakal lapor sama bang Harun kalau dia bikin kamu jadi pembangkang kayak gini." Riko mengancam.

"Bilang aja, dan aku akan bilang ke Kak Atina kalau adik kebanggaannya mesum di kafe sama pacarnya yang seksi itu."  Arin tak mau kalah.

"Kamu cemburu sama Kamila?"

"Astagfirullah, jangan halu deh. Mas pikir aku suka sama Mas? Denger baik-baik. Aku nggak suka orang ngerokok. Aku nggak suka dilarang-larang tanpa alasan yang jelas. Aku nggak suka dibentak-bentak tanpa kejelasan salahku dimana."

Riko terdiam. Dia sendiri tidak tahu kenapa bisa semarah itu.

"Ini kenapa malah pada ribut sih? Udah malem. Bang Riko masuk deh, sudah aku siapin kamarnya. Tolong kunci gerbangnya ya. Kamu juga Rin, sana mandi terus tidur."

Pemuda itu akhirnya diam. Dia kemudian masuk ke kamar yang berada tepat di samping garasi. Riko merebahkan tubuhnya yang terasa begitu letih.

"Ko! Lu kenapa sih marah-marah sama Arin! Bego banget!" Monolog Riko sembari mengacak rambutnya.

Dia berusaha tidur dan tidak bisa. Berkali-kali mengubah posisi tidurnya tapi tetap saja gagal untuk pergi ke alam mimpi. Akhirnya pemuda itu keluar dari kamar dan pergi ke dapur mengambil minum.

Kayla, kedua mertuanya, dan Arin tidur di lantai atas.

"Belum tidur?"

Pertanyaan itu membuat Riko terkejut. Arin masih duduk di meja makan.

"Nggak bisa tidur," lirih Riko.

Arin beranjak dari kursinya dan mengambil cangkir kemudian membuat coklat hangat.

"Nih minum. Aku biasanya kalau nggak bisa tidur minum coklat hangat."

Riko tersenyum tipis.

"Rin, maaf ya."

Green or Pink (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang