16. Kakak Pertama

4.2K 588 12
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen ya guys!
Sorry guys aku jarang update
Banyak typo mohon dimaklumi y guys
Happy reading readers ^^

👑👑👑

Sosok pria menggunakan jubah berwarna hitam sedang memainkan pedangnya di tengah hutan. Pria itu dengan lihai menggerakkan pedangnya. Surainya yang berwarna perak sesekali berterbangan tertiup oleh angin. Wajahnya terpahat dengan sempurna membuatnya terlihat seperti keindahan yang tidak nyata.

"Mohon maaf tuan," Luke menunduk di belakang pria itu.

Lieven masih fokus dengan pedangnya.
"Katakanlah,"

"Ini tentang bangsa penyihir,"

Ucapan Luke mampu membuat tuannya menghentikan aksi bermain pedang. Lieven berbalik menatap Luke.
"Apa yang kau ketahui,"

"Mereka berencana akan mengambil beberapa energi di kolam Palvilum Lotus,"

"Kapan?"

"Pada saat ajang pemilihan permaisuri,"

"Biarkan saja," Lieven tersenyum miring. Pria itu kembali bermain dengan pedang kesayangannya.

Luke sedikit mengangang, ini bukan pertama kalinya tuannya itu bersikap seperti tidak akan terjadi apa-apa. Namun dengan mudahnya putra mahkota mengabaikan sesuatu tentang bangsa penyihir.
"Mohon maaf jika saya lancang tuan, apakah tuan memiliki rencana?"

"Aku tidak memilik rencana," Lieven memasukkan pedangnya kedalam tempatnya. Pria itu berjalan meninggalkan Luke yang semakin mengangang.

Pria bersurai perak itu berjalan mendekati kuda hitamnya. Namun tiba-tiba ada seorang gadis bersurai peach yang mendekatinya.
"Flora memberi hormat kepada putra mahkota semoga diberikan 1000 kehidupan," ucap Flora dengan lembut.

Lieven hanya melewati gadis itu. Pria itu menaiki kudanya. Melihat Lieven yang mengabaikannya membuat rahang Flora mengeras. Namun detik kemudian kembali normal dengan wajahnya bak peri. Gadis itu kembali mendekati Lieven.
"Maaf putra mahkota, apakah kita bisa berburu bersama? Saya berlatih memanah untuk mengikuti ajang pemilihan permaisuri yang akan diadakan beberapa hari lagi,"

"Aku tidak punya waktu,"

"Tapi-"

"Luke berlatihlah memanah bersama Nona Flora," setelah mengucapkan itu Lieven pergi dengan kudannya.

Flora menatap punggung Lieven yang semakin menjauh. Ia tersenyum kecut namun ia mengembalikan raut wajahnya dengan cepat.
"Luke kau tak perlu mengajariku memanah. Aku tahu tugasmu lebih penting daripada aku," katanya tersenyum manis. Siapa pun yang melihatnya akan tidak tega padanya.

"Tapi ini adalah perintah dari tuan,"

"Lebih baik kau mengerjakan tugasmu yang lain agar tuanmu tak marah,"

"Terima kasih Nona,"

***

"Nona, nona, nona!" Bella berlari terbirit-birit memasuki kamar milik Evelin.

Evelin menghentikan tangannya yang sedang menulis.
"Ada apa?"

"Pangeran Kelima mencari nona didepan,"

"Kenapa dia mencariku?"

"Aku tidak tahu nona, tapi dia sekarang menunggu nona di aula,"

"Baiklah aku akan kesana," Evelin berdiri, gadis itu berjalan menuju Aula Kediaman Duke Bextor. "Kenapa Mick mencariku? Apakah dia benar-benar ingin mengetahui alasanku berada di hutan terlarang?" batinnya. Dari kejauhan Evelin dapat melihat Mick yang duduk dengan wajah tampan.

Fake Villainess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang