"Kangen banget gue ama lo, Liiii!" Gandi ber high five dan memeluk tubuh Ali.
"Sama gue juga kangen dooong." cerocos Nathan.
"Iyee, kangen bacot lo." jawab Gandi namun tetap memeluk tubuh Nathan.
"Gila lo, di Jogja makan gudeg berapa porsi per hari? Kenapa jadi melar badan lo?" ujar Nathan.
"Iya nih, subur ya bos Cafe." tambah Ali.
"Hehehe, maklum gais. Makanan Jogja uenak tenan." jawab Gandi dengan logat Jawa nya yang terdengar aneh.
"Tante Santi nggak bareng lo?" tanya Nathan kepo.
"Nyokap berangkat besok karena masih ada urusan katanya."
"Ooo."
"Loh, Li, Prilly sama Theo nggak lo ajakin?" Gandi bertanya setelah menyadari kedua sahabatnya ini tidak ditemani siapapun saat menjemputnya di Bandara sekarang.
Ali menggeleng. "Prilly ada jadwal. Anak gue sekolah dong."
"Weits, masih kecil, Li. Nggak perlu ambis kayak bokapnya! Kan bisa bolos sehari doang."
"Tau nih, Gan. Gue udah nyaranin Ali buat ngajakin Theo aja. Tapi bapak ambis satu ini nggak mau anaknya ketinggalan pelajaran TK kecil yang padahal isinya cuma mewarnai sama nyanyi-nyanyi doang. Ye nggak?" Nathan berceloteh sembari mereka berjalan menuju mobil Ali. Hari ini Ali menjemput Nathan yang baru saja menyelesaikan shift prakteknya di Rumah Sakit. Mereka berdua memang sudah berjanji untuk menjemput Gandi setibanya ia di Jakarta.
"Mana gue tau, Nat. Lo kan tau sendiri kalo gue nggak pernah TK karena gue males tiap disuruh bangun sama nyokap. Gue mah langsung SD." jawab Gandi diiringi senyum kocaknya.
Ali tertawa. "Parah lo. Masih TK tapi udah akselerasi ya? Hebat!"
"Anjir lo."
"Hahahahaha.."
***
"Theo, sini Nak, kenalan dulu sama Om Gandi." Prilly menuntun tangan kanan Theo untuk menyalami Gandi.
"Theo, Om." ucap Theo sesuai apa yang diajarkan Prilly.
"Halo, Theoo. Aku Om Gandi. Tapi kalo mau panggil Abang juga boleh." ucap Gandi yang disambut pelototan oleh Prilly.
"Ntar jadi seumuran dong aku sama Theo. Kan aku manggil Bang Gandi Abang." protes Prilly.
"Hehehe. Iya, Prill. Maap."
Gandi pun melirik Ali yang sedang sibuk dengan tabletnya. Ali harus memikirkan desain untuk sebuah perusahaan swasta yang hendak membuka cabang di Kalimantan. Nathan tidak ikut bergabung malam ini di rumah Ali karena ada pasiennya yang butuh dioperasi mendadak.
"Wah, Li. Kalo ini mah fotokopian lo banget." ucap Gandi. Ali tertawa tanpa menoleh.
"Ya iyalah fotokopian gue, orang anak gue." jawab Ali.
"Cuma mata cokelatnya aja yang warisannya Prilly. Ya kan, Prill?"
Prilly mengangguk. "Hmm, gitu deh, Bang."
"Alya apa kabar, Prill?"
"Ya kayak biasa, Bang. Kangen-kangen sama Bang Aldi. Namanya juga pacaran setelah nikah, jadi bucin banget deh. Eh Bang, diminum dulu lah tehnya,"
"Iya, Prill. Ntar. Lah emang si Aldi pulangnya tiap kapan?"
"Ya nggak nentu sih, tergantung jadwal cuti Bang Aldi juga. Kadang sebulan sekali, kadang sebulan dua kali. Kadang mereka juga ketemu di kota lain, katanya biar sekalian jalan-jalan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Unrighteous 2
FanfictionMenjadi seorang istri dari Zefalio Dirgantara setelah melewati banyak lika-liku hidup tentunya menjadi anugerah bagi Prillyka Maury. Apalagi dirinya dikelilingi orang-orang tersayang seperti mamanya, kedua mertuanya, Alya yang merupakan sahabat seka...