Kesurupan

274 38 1
                                    


**

"Jangan mendekat, aing maung!" racau Nathan, Rini dan yang lain menatap ngeri pada Nathan, dia kerasukan.

"Ngeri gue bro, si Nathan jadi maung," ujar Rini. Nathan dipegangi oleh Kaivan dan Leo. Sedang Devin mulutnya komat-kamit gak jelas.

Tiga puluh menit yang lalu, mereka turun gunung, namun entah kenapa mereka bisa kesasar dan Nathan kerasukan, mana jadi maung pula tuh.

"Kalian akan aing culik!" ujar Nathan, matanya merah.

"Kalau nyulik, please nyulik Aldira aja ... dia anak orang kaya!" tawar Rini.

"Eh, kenapa aku?" beo Aldira.

"Udah lu diem aja, ikutin dialognya." Rini maju selangkah, kini dia dan Nathan bertatapan.

"Apa liat-liat?" tanya Nathan kasar.

"Wah, nih jin mabuk amer keknya ... matanya merah banget," ujar Rini menatap Kaivan dan Leo bergantian.

"Apa perlu kita buat cacat nih setan, Rin?" tanya Dito yang telah memegang tongkat baseball.

"Heh, jangan main-main loh, ini anak orang yang aing rasukin," pucat Nathan, Rini menatapnya polos.

"Terus? Apa urusannya? Yang cacatkan bukan lu," tunjuk Rini pada Nathan.

Rini segera memberi kode, Dito maju dan mengangkat tinggi-tinggi tongkatnya.

"Weh jangan main-main, anak orang ini! Ampun-ampun, aing pergi dah!" teriak Nathan, tidak lama kemudian dia pingsan.

"Rin, gimana nih? Dia pingsan!" ujar Leo.

"Yaudah, angkat terus banting ... langsung bangun itu," ujar Rini cuek, dia segera mengupil dan menelisik ke sekeliling.

"Kita beneran tersesat deh Rin, gak ada pos yang keliatan," ujar Devin.

"Rini, sini ke belakangku ... biar aku yang lindungin," panggil Salsa. Rini memutar bola matanya malas.

"Udah jam berapa ini?" tanya Angga. Dia mulai menyalakan api.

"Jam tujuh lewat, kita kesasar gara-gara nih si maung satu," tunjuk Dirga pada Nathan.

"Woii bangun! Jangan tidur maghrib-maghrib, nanti gak dapet jodoh," ujar Kaivan sambil menampar pipi Nathan.

"Sakit njer! Lu banguninnya yang sellow dong!" adu Nathan yang tersadar dari pingsannya. "Kita di mana ini? Serem banget!"

"Kita di Mars," jawab Rini pendek.

"Intinya kita tersesat, udah diem tutup mulutmu!" perintah Salsa galak.

"Bangun tenda cepat, kita istirahat," perintah Rini yang segera dilaksanakan oleh semuanya.

"Rin, ini pakai selimutnya ... udaranya mulai dingin," Dirga menyerahkan selimut untuk Rini.

"Utututu ... ada Kaivan ke dua, senangnya,"  ujar Rini lalu tersenyum.

"Muncul satu lagi rakyat jelata bodoh," gumam Aldira, Devin yang di sampingnya tertawa lebar.

"Dira, kamu benci banget sama Rini, ya?" tanya Devin. Pipi Aldira memerah, untungnya suasana sedang gelap, jadi tidak ada yang melihatnya.

"Iya, benci banget," jawab Aldira gugup.

"Oh," Devin hanya ber-oh ria.

"Duh, gue laper banget," kata Rini lalu menepuk-nepuk perutnya.

"Rini mau makan sate punyaku?" tawar Dito. Rini menggeleng.

"Pengen seblak," jawab Rini.

"Kita lagi tersesat ya neng, mana ada seblak!" ketus Angga, dia kesal dengan sikap Rini.

Si Cewek GesrekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang