Prologue

117 2 0
                                    


"Kejar dia! Jangan sampai lolos!" terdengar suara seorang pria yang tampak memimpin gerombolannya.

Wanita yang berpakaian serba hitam itu terus berlari dari kejaran mereka. Tubuh rampingnya meliuk-liuk di gang sempit. Bersembunyi dalam temaram malam diantara himpitan bangunan-bangunan apartemen lama di Hongkong.

"Kita berpencar!" terdengar suara pria itu lagi.

Terengah-engah wanita itu terus mencari tempat yang aman. Ia memandang berkeliling, apartemen lama di Hongkong tampak seperti bangunan yang mau roboh. Banyak kabel-kabel dan tulang-tulang besinya sudah mencuat. Jemuran para penghuninya menggantung di mana-mana. Ia akhirnya meraih pijakan besi dan mulai memanjat. Ia melakukannya tanpa kesulitan, karena Ia memang sudah terlatih untuk hal itu. Ia menyembunyikan dirinya di salah satu lekuk kusen jendela dan menutupi dirinya dengan jemuran baju-baju yang menggantung.

"Disana!"

Wanita itu dapat merasakan para gerombolan berlari dibawahnya tanpa menyadari keberadaan sebenarnya diatas sana. Ia menunggu sampai aman dan Ia pun sudah sangat terlatih bersabar untuk hal itu.

"Duar!" mendadak terdengar suara tembakan itu.

"Bukan dia! Cepat pergi dari sini!"

Gerombolan yang mengejarnya berangsur-angsur lari meninggalkan tempat itu.

Wanita itu turun dari tempat persembunyiannya. Seraya mengendap-endap Ia menuju ke tempat tembakan itu terjadi untuk memeriksa keadaan.

Ia menemukan seorang wanita terkapar disana. Dadanya terkena tembakan, darahnya merembes kemana-mana. Sepertinya karena suasana gelap, gerombalan itu telah salah menembak. Ialah seharusnya sasarannya, bukan wanita itu.

Keadaan telah aman, Ia tahu seharusnya Ia pergi dari tempat itu, namun sebaliknya, Ia malah menghampiri wanita yang terkapar itu. Ia masih hidup, paling tidak untuk beberapa saat lagi. Tangannya yang berdarah menggapai-gapai seperti ingin meraih dirinya. Ia pun anehnya menyambut tangan itu.

"Berikan.... Padanya....." rintihnya dan dalam genggaman tangan wanita itu memegang sesuatu dan memberikannya dalam telapak tangannya.

Wanita itu pun tidak sadarkan diri.

Ia pun melakukan hal normal yang belum pernah dilakukannya.

Beberapa jam kemudian di rumah sakit...

"Silahkan anda memeriksanya, Inspektur" Dokter mempersilahkan seorang pria memeriksa dikamar jenasah.

Diruangan itu hanya ada beberapa jenasah, Dokter, seorang inspektur muda dan seorang suster yang sebenarnya samaran dari wanita buronan itu.

Inspektur muda itu dengan tangan gemetaran perlahan meraih selimut yang menutupi jenasah wanita yang tertembak. Dengan profesinya di kepolisian, Ia sudah terbiasa melihat jenasah apapun bentuknya. Ia sudah sering juga melihat para keluarga yang depresi ketika harus menghadapi situasi seperti ini. Ia tidak menyangka, kini Ia yang harus dihadapkan pada situasi itu.

Ketika selimut tersibak Ia melihat wajah pucat kekasihnya disana. Ia seorang wanita yang cantik, namun kini terbaring membiru.

"Tidak...." Pria itu terguncang "An Qi..... tidak mungkin....!" Ia menunduk merengkuh jenasah kekasihnya.

"Tidaaaaaak!" pria itu berteriak berulang-ulang, menangis sejadi-jadinya. Raungannya bergaung di kamar jenasah itu. Ia memeluk kekasihnya erat dan tidak mau lepas.

Wanita buronan yang menyamar sebagai suster itu, dibalik maskernya dia hanya bergeming tanpa ekspresi. Ia tahu seharusnya yang terbaring disana adalah dirinya. Ia berhutang nyawa pada wanita itu. Dan tangisan pria itu, Ia bertanya-tanya, apakah benar ada didunia ini seseorang mencintai orang lain sedalam itu?

Beberapa jam kemudian polisi mulai berdatangan untuk menyelidiki kasus itu. Ia tahu sudah saatnya dia menjauh. Ponselnya bergetar ketika jaraknya sudah jauh dari rumah sakit. Ia memeriksa surelnya.

Kau gagal. Bersembunyi lah sampai perintah berikutnya....

Dan surel itu pun menghilang otomatis ketika Ia telah selesai membacanya. Ia menghela napas. Anggap saja ini masa liburan untuknya. Kemudian Ia merogoh saku jaketnya dan meraih benda yang diberikan wanita yang kini Ia tahu bernama "An Qi" sebelum meninggal. Ternyata itu adalah kalung dengan liontin perak berbentuk malaikat. Ia mengangkat alisnya, An Qi memang berarti malaikat. 

Dark Princess I & II (PUBLISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang