Tawaran

48K 372 0
                                    

Sean menghubungi seseorang sebelum bersiap pergi ke club tempat Sean biasa ngumpul untuk menghabiskan malam menjelang dini hari.

Tidak butuh waktu lama panggilan via wa tersebut disambut oleh suara seseorang yang Sean kenal. "Hallo bro kenapa?"

"Lu lagi di mana?" tanya Sean tanpa basa-basi.

"Lagi di rumah mau otw ngumpul. Kenapa?"

"Lu mau ke club juga?" tanya Sean dibalik ponsel.

"Yoi bro! Kenapa sih tumben nelpon gua? Gak mungkin kan minta jemput?" tanya pemuda dibalik sambungan suara tersebut.

"Banyak bacot lu! Ke apartemen gua sekarang. Penting," titah Sean arrogan.

"Hah? Ke apartemen lu? Ngapain? Gua udah ditungguin anak-anak ngumpul nih."

"Ck! Sini aja lu gak usah ke club dulu. Gua ada urusan sama lu. Gua tunggu dua puluh menit. Kalo lu gak datang gua aduin lu sama Cea lu ngerekam video b*kep kita berdua. Mau lu?" ancam Sean sedikit nyolot.

"Astaga Sean gak gituh juga kali ancaman lu. Iya udah gua ke apartemen lu. Emang ada apaan sih?"

"Udah sini aja gak usah banyak omong. Bye!"

Setelah mengatakan itu Sean mematikan ponselnya secara sepihak. Sean lalu berjalan hati-hati mengintip dari cela pintu yang terbuka sedikit menampilkan sosok cantik bagai bayi di tempat tidurnya.

Sang gadis masih terlelap tanpa busana dan hanya beralaskan selimut yang menutupi tubuh putihnya.

Senyum Sean tersungging disudut bibir. Sayang...syukur. Kamu masih tidur.

Setelah hampir dua puluh menit berlalu pemuda yang di telvon Sean barusan akhirnya datang. Mereka berdiri di ruang tamu.

Wajahnya melihat bingung Sean yang tampak rapi dan cold.

"Sean kenapa lu nyuruh gua ke sini?!" suara Johan terdengar ngegas.

"Diem lu! Pelankan suara lu nanti Sarah bangun," Sean memelankan suaranya sepelan mungkin.

"Hah?! Kenapa emangnya?" Johan masih tidak mengerti tapi pemuda itu sudah mengecilkan volume suaranya.

Sean mengeluarkan dompetnya dari saku celana jins nya dan menghitung lembaran uang berwarna merah ke arah Johan. Jumlahnya lumayan banyak membuat Johan menelan ludah.

Duh kapan sih nih anak miskin? Duitnya kagak abis-abis dari dulu. Herman gua.

"Nih! Buat lu jajan," dengan enteng Sean menyerahkan lembaran nominal berwarna merah sebanyak sepuluh lembar.

"Hah? Buat gua? Cuma-cuma?!" tanya Johan dengan wajah bahagia luar biasa sambil berteriak senang.

Plak!

"Kecilkan suara lu anjirr!!" tekan Sean sambil memukul kepala Johan.

"Aaww! Sorry, gua lupa," ringis Johan sambil mengusap kepalanya.

"Denger! Gua ngasih sejuta gak gratis ngerti lu. Lu pikir gua nyokap lu ngasih duit gitu aja," ucap Sean tegas tapi masih dengan suara pelan.

"Iya tau gua. Mana ada yang gratisan sama lu," cibir Johan dengan wajah kesal. "Emang lu mau gua ngapain?"

Sean tersenyum miring. "Tahu pun lu. Dengerin gua! Gua mau lu di sini duduk manis di sini awasin Sarah."

"Hah?! Ngawasin Sarah?"

Dari balik tembok Sarah yang hanya berselimut tebal tersebut mendengarkan percakapan mereka berdua.

Sarah menghembuskan napas sesaknya dan didalam hati dia bergumam, "Hufh! Kak Sean mau ke mana sih? Sampe aku gak boleh tahu."

"Gua mau ke club mau main bentar. Lu di sini aja duduk manis. Kalo Sarah bangun chat gua biar gua langsung pulang. Kalo gak lu telvon aja kalo gua gak balas. Gampangkan?"

Sarah diam-diam mendengar perkataan Sean dari balik tembok. Rasanya sakit mendengar Sean mengatakan main sama cewek lain.

"Hah? Gila lu! Gua nungguin sampe jam berapa? Bosan tahu Sean!" protes Johan.

"Ck! Lu mau duit gak? Daripada lu di club gak dapat apa-apa. Mending lu di sini gua bayar. Pinter dikit kenapa sih otak lu," sindir Sean.

Sarah lalu tidak mau mendengar percakapan mereka berdua dia memilih berlalu duduk di sisi tempat tidur.

Sedangkan di ruang depan Sean dan Johan masih berbicara tanpa tahu jika Sarah sudah bangun sejak semenit yang lalu.

"Udah lu di sini aja! Gua janji pulang paling sampe jam tiga gua udah pulang. Lu selonjoran aja di sofa. Lu mau apa aja tinggal ambil di kulkas. Anggap apartemen ini punya lu," jelas Sean enteng.

"Serius?!" wajah Johan mulai kesenangan.

"Asal tau batas lu! Jangan masuk kamar Sarah dan jangan masuk kamar gua! Lu masuk gua hajar lu!" ancam Sean dengan mimik wajah serius. "Ampe patah tulang tangan lu!"

"Anjir! Biasa aja kali ancaman lu gak usah patah-patahin tangan gua," ucap Johan sambil mengusap-usap tangannya sendiri. "Iyee gua gak akan masuk kamar lu berdua."

"Sip! Gua cabut!" Sean lalu melangkah pergi meninggalkan Johan sendirian.

Johan yang bingung di ruang depan sendirian lalu menatap apartemen Sean yang lumayan besar dan perabotannya super mewah tersebut.

"Mau ngapain gua ya?" gumam Johan melirik sekelilingnya.

Johan melihat layar televisi panasonic plasma tv 152 Inch yang terpajang di ruang tengah. Ada PS 5 di bawah laci dan disamping kiri juga kanan tersedia speaker california audio technology elite yang panjangnya kira-kira empat meter.

Johan langsung menghembuskan napasnya.

Gak usah ke bioskop kalo gini caranya. Nonton aja disini udah berasa bioskop. Dasar tajir.

Johan melihat meja yang sudah penuh cemilan lengkap dengan minuman alkohol juga rokok satu slop.

"Ajigile... ada rokok gratis nih," Johan dengan cepat menyambar bungkusan rokok tersebut lalu membuka tutup bungkus rokoknya dan mengeluarkan satu batang rokok.

Saat rokok itu sudah disudut bibir Johan pria itu melirik kesana kemari mencari korek api.

"Mana mancisnya?" gumam Johan sambil terus membongkar isi meja di ruang tengah tersebut.

"Nih," tiba-tiba suara wanita menyerahkan mancis ke arah Johan dan tanpa kaget Johan menerima korek api tersebut.

"Wah! Makasih," Johan yang belum melirik wanita tersebut lalu menghidupkan korek api itu di sudut rokoknya dan menghembuskan asap dari nikotin tersebut ke udara.

Saat itulah Johan tersadar siapa orang yang memberikan korek api tersebut.

Johan seketika menoleh ke samping lalu berteriak kaget melihat sosok gadis yang berdiri tegak dihadapannya.

"HUUUWAAAHHH!!"

⚠️⚠️⚠️

Di tempat yang berbeda Sean yang baru tiba di dalam club langsung disambut sorakan riuh dari semua teman-temannya.

Musik dejay terdengar memekakkan telinga tapi tidak untuk orang-orang di dalamnya mereka semua terhibur dengan suara yang keras tersebut.

"Hai bro! Kirain gak datang lu!" sambut Chiko dan lima teman lainnya.

Sean yang dari dulu tidak suka basa-basi langsung saja melihat sinis ke arah Chiko. "Mana barang barunya gua gak sabar nih mau ng*we?"

Bersambung...

17.25wib
Jumat, 12 November 2021

TERJEBAK PACAR NAKALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang