Sayang

47.4K 426 3
                                    

Sesampai di mobil Sean tidak lagi memasang wajah emosi karena sudah berdua dengan Sarah. Sean sudah bisa menghilangkan rasa cemas, marah dan kecemburuannya yang berlebihan. Tapi Sean tetaplah manusia yang tingkat keposesifannya diatas rata-rata cowok normal.

"Tadi ngapain aja sama Jo?" Sean bertanya sambil menyetir mobil.

Sarah mendelik menatap Sean heran. Entah apa yang maksud ucapan Sean barusan. Apa kak Sean sedang menuduh Sarah melakukan hal gila?

"Maksudnya?" Sarah balik bertanya karena memang gadis perawan itu tidak paham.

"Ck!" Sean berdecak kesal sambil menoleh ke arah Sarah untuk beberapa detik saja dan kembali melihat arah jalan raya. "Sarah kamu jangan pura-pura b*go! Masa' gituh aja kamu gak paham? Kamu jalan sama Johan br*ngsek itu ngapain aja dari tadi?"

Suara Sean yang terdengar sangat menuduh Sarah tersebut membuat gadis itu sedikit sakit hati. Apalagi dia mengatakan Sarah b*go. Emang sebodoh itu apa Sarah hingga dia bisa dihina seperti itu. "Cuma jalan Kak! Jalan! Emang Kak Sean mikir aku ngapain? Ng*we gitu sama dia kek Kak Sean yang ng*we sama cewek lain."

Seketika dada Sarah bergemuruh perih saat mengatakan kalimat terakhir itu. Sungguh rasanya sakit banget. Sarah tidak kuat.

Sean terkejut mendengar ucapan Sarah barusan. Pria itu lalu melihat Sarah dengan bias wajah shock sedangkan Sarah wanita itu enggan beradu pandang dengan Sean jadi dia memutuskan melihat keluar jendela yang pemandangannya diisi dengan cahaya lampu mobil di malam hari.

"Kok kamu bilang gitu sayang?" suara Sean melembut seketika. "Aku gak pergi ng*we kok tadi."

Sarah menghembuskan napasnya mengatur napas yang mulai sesak didada. "Bohong aja terus gak apa-apa kok. Kan aku emang b*go."

Seketika Sean berubah emosi. Dia lalu mengumpat, "Shit! Anying Johan! Udah di kasih duit ngadu lagi."

Sarah lalu kembali berkata pelan sambil melihat Sean, "Ngadu?"

"Kak Johan gak salah! Dia gak ngadu apa-apa kok. Kan aku denger sendiri percakapan kak Sean sebelum pergi ke club buat ng*we," jelas Sarah nyolot.

"Hah? Apa?" Sean kembali menoleh untuk melihat Sarah. Hanya lima detik lalu kembali menoleh ke depan dan fokus pada menyetir mobilnya.

Sean terdiam untuk waktu yang cukup lama. Sean sedang berpikir. Sarah denger? Terus kenapa dia gak cegah gua? Apa Sarah mulai bosan sama kelakuan gua? Apa nanti akhirnya Sarah ninggalin gua dan milih ikut Bunda ke Amsterdam? Atau malah ikut orang tuanya?

Sial!

Sean lalu menghembuskan napas. Sean berpikir dan menoleh menatap Sarah yang melihat keluar jendela, "Sayang maaf."

Sean berucap tanpa melihat Sarah lalu Sarah yang dari tadi tidak peduli dengan Sean tiba-tiba menoleh ke arah pria itu. "Iya aku pergi ke club tadi tapi belum sempat ng*we kok. Maaf udah bohong terus gak bilang sama kamu. Maaf ya sayang."

Sean melihat Sarah wajahnya tidak ceria dia terlihat sedih. Pria itu menggenggam satu tangan Sarah yang mungil, putih dan mulus. Dia meremasnya kuat.

Hati Sarah makin ngilu. Walaupun Sarah senang Sean jujur tetap saja kejujuran Sean membuat Sarah sakit hati. Sarah tetap manusia biasa. Mana ada orang yang tidak sakit hati mendengar pacarnya minta maaf karena belum sempat tidur dengan wanita lain. Walaupun wanita itu cuma cewek yang dibayar sekalipun.

Sarah menghembuskan napasnya berusaha menormalkan paru-parunya yang terasa kehabisan oksigen.

Dia menarik tangannya tidak mau digenggam Sean. "Ntar aja ngomongnya kalo udah sampai di rumah."

"Sayang beneran tadi aku belum sempat ng*we," Sean masih berusaha mengembalikan mood Sarah yang sudah berantakan.

Tidak ada reaksi apa-apa dari Sarah. Wanita itu memilih bungkam seribu bahasa hingga di dalam unit apartemen.

⚠️⚠️⚠️

Mereka sudah sampai di unit apartemen sejak setengah jam yang lalu. Sarah melepaskan sepatunya asal lalu segera berjalan cepat hendak masuk ke dalam kamar tapi dari belakang Sean menarik tangan gadis itu.

"Sayang katanya mau ngomong," Sean berbicara sambil mengusap pipi Sarah yang berwarna merah alami. Pria itu ingin mengecup bibir sang wanitanya tapi Sarah menjauh dari Sean.

"Ya ngomong tapi gak usah modus juga," ucap Sarah kesal.

"Apa?" Sean tersentak saat mendengar penuturan Sarah barusan. Hati Sean sakit, "Sejak kapan aku gak boleh nyentuh kamu?"

"Kan Kak Sean mau ngomong ya udah ngomong aja tapi jangan megang!" sungut Sarah mundur dari langkahnya.

Sean terkekeh lalu melihat Sarah geli, "Ya udah kalo gituh kita ngomong abis itu boleh megang lagi kan?"

"Iya boleh," Sarah melangkah ke arah pintu kamarnya yang tidak terkunci  dan mulai masuk ke kamarnya. "Tapi cuma megang gak boleh cium sama grepe-grepe la--"

Baru saja masuk kamar Sean yang mengikuti Sarah dari punggungnya sudah maju dan memeluk wanita itu dari belakang. "Jadi ceritanya kamu ngambek?"

Tangan Sean mengunci perut Sarah yang ramping.

"Iiihhhhh... Kak Sean lepas ah! Lepas!" titah Sarah sambil berusaha melepaskan kedua tangan Sean yang melilit perutnya. "Lepas gak?!"

"Hmm..hmm..hmm..," Sean menggeleng dua kali sambil mengatakan hm dengan wajah imut. "Gak--ma-u. Abisnya sayang marah."

Sarah yang menampakkan wajah emosi lalu memekik kencang, "Gak usah sok imut gituh deh. Jelek kok!"

Sean berusaha menahan tawanya yang keras sambil berbicara dengan suara di buat-buat. Sean lalu berkata, "Iya aku tahu aku memang jelek. Jelek banget lagi. Gak apa-apa yang penting pacarku cinta."

CUP!

Sean yang memiliki daya pikat sempurna itu lalu nyosor mengecup pipi Sarah yang chubby sangat lama.

"Iihhhh.. di bilang jangan cium!!" pekik Sarah kesal bercampur senang.

Sean tidak peduli. Dia malah semakin mengunci Sarah lalu menenggelamkan kepalanya di pucuk rambut Sarah. "Bodo! Punyaku juga."

Sarah tidak lagi mau berdebat dia memilih diam saja. Membiarkan Sean dan dirinya larut pada suasana yang mulai canggung tersebut.

Lama terdiam dalam posisi saling berpelukan tapi Sarah masih di depan dan Sean di belakang punggungnya.

"Maaf ya sayang aku tahu salahku menumpuk hari ini. Tapi kamu masih mau kan maafkan aku?"

"Emang maaf aja cukup kak?"

Sean terdiam lalu mencium pipi Sarah lagi. "Ya udah kamu minta apa kakak nurut. Asal jangan marah lagi?"

Sarah lalu menoleh memandang mata Sean yang biru menggoda itu. "Benar boleh minta apa aja?"

Sean mengangguk sambil tersenyum.

Sarah tidak lagi melihat Sean dia kembali melihat ke depan ke arah jendela kamarnya yang menampilkan indahnya langit dan gedung malam dari atas unit apartemen ini.

Dia tersenyum.

"Sarah mau Kak Sean ijinin Sarah ikut latihan seni pertunjukan drama sekolah buat acara dua minggu lagi."

"Hah? Apa?" Sean membeo kaget lalu saat kesadarannya pulih dia berteriak lantang. "NGGAK BOLEH!!"

bersambung...

01.39wib
Selasa, 16 November 2021

TERJEBAK PACAR NAKALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang