11-D. Pertengkaran Kecil

2.6K 361 8
                                    

Brak..

Suara pintu utama terbuka paksa oleh sepasang suami istri, nampak sedang beradu mulut diruang tamu tepat disaksikan oleh ketiga putranya dan satu bayi berumur satu tahun.

"Please! Kamu salah paham Koslova." Smith mengejar istrinya dengan langkah kakinya yang lebar. Pria itu nampak sekali guratan wajah frustasi dan lelah, harus dengan apa lagi untuk memberitahukan bahwa apa yang dilihat oleh istrinya itu adalah sebuah kesalahpahaman.

"Diam Smith! Jangan katakan lagi! Bukti itu telah menjawabnya." Kaslova menutup lubang kedua telinganya rapat-rapat dengan telapak tangannya. Cukup! Koslova tidak akan percaya lagi dengan penjelasan apapun dari mulut sang suami.

"Daddy, mommy. Kalian kenapa?"

Smith menoleh ke arah Vincent, putra pertamanya yang sedang menggendong adik terakhirnya, Darrel. Bocah berumur sebelas tahun itu bingung dengan situasi seperti itu. Sementara Koslova mengacuhkan pertanyaan putranya tanpa menoleh sedikitpun dengan menaiki tangga panjang menuju kamar tidur.

Smith berusaha tersenyum lebar. Menatap bergantian putra-putra kecilnya dengan mengecup singkat kening mereka secara bergantian. Smith berusaha bersikap tenang seolah-olah mereka baik-baik saja. Putra-putra itu jangan sampai mengetahui permasalahan mereka, mengingat mereka masih kecil dan belum saatnya untuk mengetahui permasalahan rumah tangga.

"Daddy sama mommy sedang bermain drama nak jadi, kamu tenang saja." Ujarnya berbohong. Mengelus pipi putra bungsunya yang terlihat tidur didalam gendongan Vincent tanpa terusik sedikitpun.

"Tapi kenapa mommy menangis?" Kini suara anak kedua Smith, Diego yang usianya hanya terpaut dua tahun dengan Vincent.

Tinggi Diego hanya setinggi lututnya membuat Smith merendahkan tingginya dengan berjongkok, agar jarak muka antara Smith dengan putranya itu sejajar.

"Sekolah Diego gimana tadi? Pasti putra daddy ini punya temen baru." Smith mengalihkan pembicaraan. Menyingkirkan anakan rambut putranya yang menutupi dahi.

Diego tersenyum lebar, rupanya pengalihan topik bicara putranya itu berhasil. "Betul. Temen Diego banyak, bentar dad! Diego mau itung dulu." Bocah sembilan tahun itu bergerak fokus mengitung jari jemari kecilnya.

"Sebelas.. duabelas.. Temen Diego ada dua belas dad." Diego berjingkrak bahagia karena ia berhasil menghitung jumlah temannya dengan bantuan jari.

Smith mengusap puncak kepala Diego, terkekeh pelan.

"Kalo Arlard?" Kepala Smith tertoleh ke arah samping. Sadar jika putra ketiganya itu sedikit pemalu apabila tidak dipancing terlebih dulu untuk berbicara.

"Masih dikit. Soalnya Arlard malu buat perkenalan sama teman baru." Sahut bocah itu yang baru memasuki sekolah dasar disaat usianya berumur enam tahun.

"Lama-lama rasa malu Arlard akan hilang dan punya temen banyak kayak kak Diego." Smith berusaha menghibur. Sadar jika wajah putranya tersebut sedikit muram tanpa ada senyuman.

Diego tiba-tiba merangkul bahu Arlard, "bener kata daddy, senyum dong dek! Iya kan kak Vincent." Segera dibalas sebuah jempolan mantab berasal dari Vincent.

Mendengar perkataan Diego membuat Arlard melengkungkan sebuah senyuman. Menatap malu-malu kucing ke arah kakak keduanya itu yang terlihat menaik turunkan alisnya.

Tak.. tak

Langkah sepatu high heels milik Koslova menepak turun di setiap tangga demi anak tangga dengan membawa sebuah koper hitam besar dtangan kanannya.

KAVAMIRO DARREL (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang