7. Perjodohan

37 9 1
                                    

__________**********__________

Haikal dan Marvin kini sedang berbaring dalam satu ranjang, menatap sticker glow in the dark yang tepat berada di langit langit kamar Marvin.

Setelah kepergian Umma kini Haikal lebih dekat dengan Marvin, tidur ingin dengan Marvin, jika tak bisa tidur, Haikal ingin di peluk Marvin.

"Abang, Abang udah tidur?" Haikal memecah keheningan

"Belum, kenapa Haikal belum tidur?" Marvin memiringkan tubuhnya, menatap Haikal yang masih memandang lurus langit langit kamar.

"Abang, Haikal kangen Umma" Suara Haikal terdengar serak

Marvin tak menyahut, memilih menarik Haikal yang mulai terisak dalam dekapannya

"Abang, kenapa ya? Sekarang Umma jarang datang ke mimpi Haikal lagi? Padahal Haikal kengen banget sama Umma" Curah Haikal diiringi dengan isakannya

"Abang, apa Umma udah bahagia ya di sana? Kapan ya Bang, Haikal bisa ketemu Umma lagi?"

Mendengar itu Marvin mengeratkan pelukan itu

Jika boleh jujur Marvin juga begitu merindukan Umma, sudah 3 tahun Umma meninggalkan keluarga, namun luka masih terasa, masih membekas yang mungkin takkan bisa hilang begitu saja.

Setelah kepergian Umma, Haikal menjadi anak pendiam, sering melamun, jarang makan, pipi cubbynya sempat menghilang, namun dengan kegigihan Marvin dan keluarga dalam membujuk Haikal, memberi wajengan pada Haikal, kini Haikal kembali menjadi anak yang ceria dan banyak tingakah lagi, walau tak seaktif dulu, setidaknya kini Haikal sudah mau tertawa, bercanda, dan makan dengan baik.

*****

Chanisa mengernyit, mendengar ajakan Orang Tuanya untuk berkumpul bersama, tak seperti biasa, bukan, Chanisa bukan mau bernegatif thingking, malah Chanisa berfikir mungkin saja mereka ingin mencoba berubah.

Namun untuk ini, terlalu mendadak, sebenarnya, walau kedua orang tua Chanisa ada di rumah, tapi mereka tetap saja sibuk dengan pekerjaan masing.

Chanisa terduduk tanpa kata, menatap sang Ayah yang sedang mengutak atik ponselnya

"Pih, Chanisa udah di sini" Suara Mami yang berhasil mengalihkan atensi Papi

"Oh, ok" Sahut Papi, meletakkan ponselnya tepat pada meja di depannya

"Emm, Papi mau kali ini kamu nurut sama ucapan Papi" Mulai Papi, tanpa di sahuti oleh siapa pun

Chanisa intens menatap, dan mendengarkan kelanjutan ucapan Sang Ayah

"Kamu mau Papi jodohin"

Chanisa melotot kaget, menatap Sang Ibu berusaha meminta penjelasan

Melihat respon Anaknya, Mami mengelus punggung sempit Chanisa

"Maksudnya apa?" Tanya Chanisa

"Iya, kamu mau Papi jodohin, dan kali ini kamu jangan ngebantah lagi"

"Jadi, dari kemarin kalian baik sama aku itu karena ini?"

"Enggak, sayang gak gitu" Mami menepis ucapan Chanisa

"Aku gak mau di jodohin, aku bisa pilih pendamping hidup dengan cara aku Pih"

"Pilihan apa? Pilihan kamu itu cuma bisa nyakitin kamu doang"

Chanisa diam tak membantah, merasa bahwa kata yang keluar dari mulut Sang Ayah kali ini benar adanya.

"Selama ini Papi bebasin kamu walau pun kamu ngelanggar aturan Papi"

Hijrah Dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang