karina: pulang sama siapa?
Winter mengintip layar ponselnya yang menyala. Lalu beralih lagi menatap layar laptop sebab merasa pesan dari pacarnya tidak begitu penting.
Doy tersenyum mendekat. Menaruh minuman menyegarkan terlebih dulu di dekat Winter. Memang sudah kebiasaannya memberi cewek mungil ini perhatian.
"Chat dari siapa Win? Penting?"
Kepala Winter cepat menggeleng. "Enggak, temen. Nanyain pulang bareng siapa" Jawab Winter.
Mendengar itu Doy kentara wajah sedihnya. Dia menundukkan kepala. "Lo dicariin temen lo ya? Jadi gak bisa jalan sama gue?"
Winter terdiam. Terkekeh kemudian menjelaskan.
"Gakpapa, dia cuma nanya doang. Kita jadi jalan, tapi gue selesaiin tugas gue dulu ya"
Anggukan penuh semangat langsung Doy lakukan.
Jujur saja, Winter dan Doy kini makin dekat. Mengingat memang hampir setiap waktu Doy selalu sempatkan buat mendekati pujaan hatinya itu. Ditambah dukungan dari banyak siswa siswi, membuat saingan Doy yang lain insecure duluan. Tentu saja, ini kapten basket. Sudah yang paling top. Gak mungkin bisa disaingi.
Bagaimana dengan Karin? Wah dia tidak diam. Terkadang dia selalu melakukan berbagai distraksi supaya Winter tidak lupa jika Karin adalah pacarnya. Karin juga sudah mengajak Winter ngobrol tentang topik ini, Winter cuma bilang 'Pokoknya lo gak usah mikir yang aneh-aneh'
"Ukhm biar gue bawain tas lo, Win"
"Gak usah. Gue bisa sendiri"
"Gakpapa, gue bawain"
Mata Winter tepat bertemu dengan mata kecoklatan milik Doy yang menunjukkan binar. Duh sial, Winter memalingkan wajahnya. Dia rasa jantungnya sedang tidak beres, mungkin dia harus periksa ke dokter akhir minggu besok.
"Temen lo udah lo bales chat nya, Win?"
Winter menoleh dan ber-oh lupa. Memberhentikan langkahnya sebentar, menyempatkan untuk mengetik beberapa kata untuk balasan kepada pacarnya.
karina
| pulang sama siapa?
tmn |
| temen siapa?
| cowok cewek?
| doy?bkn |
| teruss?
tmn |
Hela nafas kesal keluar dari mulut Winter. Memangnya apa-apa harus dijelasin? Bisa tidak sih kalau dijawab 'Temen' yasudah selesai. Tidak perlu spesifik.
Bahunya di tepuk pelan. "Lo oke, Win?"
Kepala Winter gerak naik turun. "Iya. Cuma agak capek ini tadi, biasa lo tau kan gue sibuk terus"
Doy memberikan pengertiannya. "Capek? Kalau gitu gue anter ke rumah lo langsung ya?"
Refleks tangan Winter menahan lengan Doy yang buru-buru sudah mau jalan ke parkiran.
"Aku bisa kok! Eh maksudnya, gue bisa"
Suasana panas malu-malu tercipta antara keduanya. Yang benar saja? Winter menggunakan aku-kamu? Kemajuan yang sangat luar biasa bagi sang kapten basket ini.
"O-oke. Jangan dipaksain Win"
"Gue mau. Yuk buruan" Winter jalan lebih dulu. Meninggalkan Doy yang ketawa ketiwi sendiri berusaha menetralkan rasa berdebar di jantung.
Ya gimana? Masalahnya Doy itu memang cowok yang benar-benar baik. Usahanya mendekati Winter memang gencar, tapi masih dalam batas. Dan entahlah, sepertinya kali ini Winter bisa menerimanya.
Perasaan memang tidak ada yang bisa mengatur kan?
[]
"Wah temennya ganteng juga, Rin"
Giselle menghembuskan rokoknya sembari terus fokus meneropong ke bawah. Lebih tepatnya ke parkiran. Sedang Karin cemberut. Dia bisa saja berdiri dan melihat langsung yang Giselle maksud, tapi hatinya lembek. Takut kalau dia harus nangis lagi sepanjang sisa hari. Jadi dia cuma duduk pasrah.
"Beneran Sell. Siapa temennya?" tanya Karin udah lemes narik-narik celana Giselle.
Giselle melirik Karin. Haduh kalau gini gak tega juga dia. "Temen laki pokoknya" jawab Giselle lanjut neropong. Hampir dia misuh pas nangkep tangan Winter melingkar di perut Doy. "Bangsat tuh cewek" Batinnya.
"Siapa?" Tanya Karin lagi.
Giselle lalu duduk. Menghisap rokoknya dulu, menghembuskan dengan sok sokan lama, baru menatap Karin prihatin.
"Doy"
info:
lanjut, double up
KAMU SEDANG MEMBACA
backstreet • winrina
Fanfictionjiminjeong | winter mana mungkin pacaran sama sejenis. © 2021 SAMUELSAID