最初の詩。
Aku marah pada diriku sendiri. Tidak mampu mengucapkan satu kata yang selama ini aku pendam.
Mentari kembali bersembunyi di pelukan pertiwi. Gumpalan-gumpalan awan hitam memenuhi pelataran di atas badannya berbaring. Tetesan air hujan tidak serta merta membuat anak kecil itu berlari dan mencari perlindungan.
Tubuhnya terbaring di atas jembatan kayu di atas danau. Matanya terpejam, dengan kedua tangan dan kaki terlentang. Tidak ada siapapun yang lewat di daerah danau itu. Hanya si bocah, Uchiha Sasuke, yang masih asik bermain dengan bayangannya sendiri.
Membayangkan semua kejadian itu hanya mimpi belaka. Membayangkan ia akan pulang ke rumah dimarahi ibunya karena tiduran di bawah hujan. Membayangkan ayahnya akan kembali membandingkannya dengan sang kakak yang terlalu sempurna. Membayangkan kakaknya akan di sana, membela semua perlakuan nakalnya.
Air matanya kembali mengalir, menyatu dengan guyuran hujan. Dadanya kembang kempis dengan cepat, giginya gemeretak dan bibirnya bergetar, menahan semua teriakan kesakitan yang ingin ia keluarkan.
Tubuhnya mulai menggigil kedinginan, namun ia masih enggan bergerak. Hujan telah berhenti beberapa waktu lalu, tangisnya sudah berhenti sedari tadi, namun oniks kembarnya masih bersembunyi. Ia sedang tidak mau memikirkan apapun. Hanya ingin tidur sebentar sebelum kembali ke tempat tinggal barunya.
Dua minggu sudah bocah itu absen dari kelas. Baik teman kelas maupun pengajarnya jelas tidak bertanya dan mempersalahkan hal itu.
Siapa yang tidak tahu berita hangat tentang 'Uchiha Massacre'?
Namun ada yang berbeda. Tepat sebelum Iruka memulai pelajarannya pagi ini, pintu kelas tiba-tiba tergeser. Menampilkan bocah berambut hitam dengan matanya sehitam jelaga menatapnya kosong seperti tidak ada kehidupan. Ia berjalan tanpa bersuara, netranya seakan terpaku ke tempat duduknya yang sudah ia tinggal beberapa waktu.
Iruka hanya bisa diam, begitupula dengan murid kelas yang menatapnya dengan berbagai komentar yang mereka telan mentah-mentah dalam pikirannya masing-masing.
Pelajaran berjalan sebagaimana mestinya. Seakan tidak ada yang berbeda, hingga saat makan siang, semua murid berhambur keluar dengan membawa kotak bento mereka masing-masing.
Sasuke menatap malas, hanya melipat kedua tangannya di atas meja, mengampukan kepalanya ke atas lipatan tangannya. Matanya terpejam, berniat menjemput mimpi siangnya.
Namun kegiatannya terusik dengan suara benturan kayu di dekatnya. Kepalanya terangkat, memperhatikan sekotak bekal makanan di mejanya. Ia melihat ke depan kelas, tidak ada siapapun. Lalu menengok ke belakang.
Sepersekian detik netranya menangkap gerakan anak itu; keluar meninggalkan kelas lewat pintu belakang dengan pakaian ungu.
Sasuke terdiam sesaat, memperhatikan kotak bento coklat muda dengan lambang api merah di tengahnya.
Tangannya terulur, membuka kotak bento dengan perlahan. Tiga buah nasi kepal dengan irisan tomat dan beberapa helai daun selada.
Seandainya waktu bisa diulang. Seandainya aku punya kesempatan. Seandainya aku berani mengejar dan menghampirimu, kata itu akan terucap, tidak lagi mengganjal.
Arigatō.
Happy belated Halloween 2021!
and
Welcome November 2021!
<3