Chapter 35 Sihir Jahat

1.1K 270 56
                                    

'Dingin'

'Siapapun...tolong...'

'Tubuhku..rasanya tidak bisa bergerak..'

'Tolong..aku tidak suka sendiri..'

'L..Leo...kamu dimana...'

Seniya perlahan membuka matanya, keringat dingin menetes dari keningnya. Rasanya dia tadi berada ditempat yang gelap dan dingin, tanpa siapapun.

"Kamu sudah bangun."

Leo berjalan ke sisi samping ranjang dan duduk. Ia mengambil buah apel dan mengupasnya dengan mudah. Potongan-potongan apel yang rapi diberikan ke arah mulut perempuan itu.

"Makan."

Seniya membuka mulutnya dan mengigit potongan apel yang langsung mengeluarkan cairan manis dan segar.

"Aku sakit?" Tanyanya pada Leo.

Leo memberikan satu potongan lagi. "Hanya salah makan saja. Lain kali, aku akan menyuruh para pelayan memeriksa makananmu dengan baik."

'Salah makan? Tapi rasanya ini aneh..tubuhku lemas dan aku mual, tapi hanya salah makan? Leo..apa kamu benar-benar berkata yang sebenarnya?'

Seniya menunduk dan berpikir keras dalam kepalanya tentang perkataan suaminya itu.

"Masih mau?" Sebuah potongan apel kembali diarahkan untuknya. Seniya kembali memakannya dengan patuh.

Leo juga mengambil buah jeruk dan mengupasnya, sikapnya hari ini sangat aneh. Terlalu diam dan tenang. Tidak seperti biasanya, yang selalu bersikap manja, kini berubah sangat tenang.

Seniya ingin menutup matanya, tapi dia harus makan dulu. Ia selalu merasa bahwa ia harus makan, tidak boleh tidak. Rasanya ada yang menyuruhnya untuk tidak malas makan.

Leo menyerahkan potongan jeruk untuknya. Memakan buah itu, Wajah Seniya seketika berubah menjadi cerah. "Manis!"

Senyum Leo terlihat tidak terlalu lebar, malah seperti senyum yang dipaksakan. "Maka itu bagus,"ujarnya dan kembali memberikannya makan jeruk.

Setelah beberapa saat, Seniya menggelengkan kepalanya dan menolak makan lagi.

"Kenyang? Kembali tidur. Aku harus pergi ke kantor dulu, masih ada pekerjaan yang belum ku selesaikan."

Seniya belum membuka mulutnya, pria itu sudah bangun dan berbalik pergi. Ia menatap bingung dan sedih pada sosok punggung pria itu. Ini bukan perasaannya saja, Leo benar-benar sangat aneh.

"Kamu menangis," ucap sosok pemuda yang muncul dibawah cahaya bulan. Rambut birunya berkilau terang. Qin berjalan ke sisi perempuan itu dan memberikan beberapa permen untuknya.

"Qin..kamu tahu aku disini?"

Tak!

Sebuah jitakan tangan diberikan di keningnya. "Sakit!!"

"Wanita bodoh." Ejek Qin dan mendesah kecil. "Aku sudah berjanji menjagamu. Tentu saja aku selalu tahu tentang keadaanmu."

"Apakah kamu penguntit!?" Seru Seniya dengan tatapan waspada kepada Qin.

Tak!

"Akh!"

"Dasar! Kamu jangan terlalu suka menonton drama-drama."

Seniya dengan wajah pucat kali ini, membuatnya terlihat seperti mayat hidup. Qin mengulurkan tangannya dan menyentuh kening gadis itu.

Aliran mana miliknya mulai mengalir masuk ke dalam tubuh Seniya. Wanita itu meringis tiba-tiba dan langsung mendorong tangan Qin menjauh darinya.

"Ah..sakit..tolong hentikan...."

Qin merubah ekspresinya menjadi serius. Ia bisa merasakan ada jiwa lain yang menolak sihirnya untuk memeriksa tubuhnya.

"Seniya..apa kamu hamil?"Qin bertanya dengan sedikit ragu.

Mengangkat kepalanya kebingungan, Seniya menggelengkan kepalanya tidak tahu. "Dokter belum datang untuk memberitahukanku...."

"Kenapa sangat lambat?" Gumam Qin mulai curiga. Bukankah seharusnya dokter atau perawat sudah memberitahukan kepada pasien mereka jika ada masalah..atau mungkin saja sudah diberitahukan, tapi pada pihak keluarganya.

"Leo..mungkin saja dia sudah diberitahu." Jawab Qin.

"Tapi...sejak aku bangun dan ia pergi. Leo tidak pernah mengatakan apapun padaku." Seniya tidak tau harus berkata apa lagi.

"Aku akan pergi dulu," ujar pemuda itu dan langsung berbalik menghilang dihadapan Seniya.

•••

Di Kantornya Leo duduk di kursi kebesarannya dengan kedua alisnya berkerut. Dia mulai sibuk mengurus beberapa dokumen penting dan menumpuk diatas mejanya.

Klik!

"Kamu masih kerja saja,Honey." Sosok langsing dengan gaun merah yang menampilkan lekukan tubuhnya, berjalan masuk dan mendekati meja itu.

Mata Leo menatap wanita itu dan membiarkan wanita itu duduk di pangkuannya. Leo seperti robot yang hanya diam dan tidak melempar wanita itu.

Alexa tersenyum bangga melihat betapa patuhnya pria itu padanya. "Bagaimana jika bermalam denganku di apartemen milikku?"

"Iya," jawab Leo patuh.

Alexa langsung bangun dan menarik tangan pria itu keluar dari perusahaan. Di lantai dasar yang mana masih ada beberapa karyawan yang belum pergi, langsung melongo melihat Wanita lain yang berada disamping Bos mereka.

"Astaga! Apa yang aku lihat ini..bos..dan wanita lain? Apa wanita itu selingkuhan bos?"

"Wah...Bagaimana dengan istri bos..padahal baru beberapa minggu mereka menikah..."

"Bukankah dia calon yang melamar pekerjaan dulu...Alexa,kan."

"Ckckck..susah juga jadi bos. Terlalu banyak wanita yang ingin mengaetnya."

"Tapi...bagaimana perasaan Istrinya nanti..apa tidak hancur?"

"Benar. Pastinya akan ada berita heboh beberapa hari ke depan."

Saat beberapa karyawan itu asik mengobrol dengan semangat tinggi. Mereka tidak merasakan bahwa ada orang lain yang juga menonton pemandangan itu.

Qin dalam wujud burung merpati, menatap penuh kebencian dan kekecewaan pada pasangan yang baru saja keluar itu.

"Kau melanggar janjimu sendiri, Leo." Geramnya dan terbang menjauh dari sana.





Bersambung...



Please: Remember Me [SELESAI]✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang