Sudah hampir seminggu Kyara dan Dama tidak saling menyapa, jangankan menyapa, saat tak sengaja bertemu saja seperti orang asing.
Lagipula, ini bukan pertama kalinya mereka bertengkar seperti itu. Yah, persahabatan tidak akan lengkap tanpa pertengkaran 'kan?
"Lo kenapa lagi sama Dama?" tanya Lea
"Kenapa apa? Emang gue sama dia kenapa?" balas Kyara tak acuh.
"Yeu, dipikir kita bego? Ini udah hari ke berapa lo diem dieman sama dia?" sarkas Vanya yang diikuti anggukan setuju Lea. "Nah!"
Kyara menghembuskan napasnya pelan. "Devan." Lea dan Vanya serempak mengangguk mengerti.
"Si Devan teh ganteng-ganteng belegug nya? Sebel pisan abi da astaghfirullah! Pengen ngumpat tapi takut dosa." Lea mengepalkan tangannya tanda bahwa ia sedang kesal ditambah lagi wajahnya yang sedikit memerah.
Vanya tertawa kecil. "Bagus, Le. Lo ngejelek jelekin tapi sekalian muji, bravo!" Setelah mengatakan hal itu, ia berdehem untuk menghilangkan rasa geli diperutnya.
"Tapi gue pikir omongan Lea juga gaada salahnya si. Kek ... dia tuh harusnya ngerti dong kalo apa yang dia omongin ke lo itu nyakitin lo? Bukan maksudnya dia ga boleh friendly sama orang lain, tapi maksudnya tau batasan aja." Vanya menarik napasnya dan kembali berucap, "Lagian udah tau ceweknya juga gatel masih aja diladenin, ga abis pikir sama dia."
"Dia cuma gatau kalo hal-hal kecil itu ngelukain hati gue, Nya," balas Kyara.
Balasan sama yang ia lontarkan pada Dama hari itu.
"Lo pikir dia sampe sebodoh itu untuk ga tau? Itu emang ga tau apa pura-pura gatau?" tanya Lea yang langsung membungkam mulut Kyara.
Bukannya Kyara tak tahu, hanya saja ia berusaha menolak kenyataannya. Ia paham bahwa Devan pasti mengerti jika ia tersakiti olehnya, tapi ia hanya dapat mengelak.
Berpikir seperti itu membuatnya merasa lebih baik, seperti berpura-pura bahagia, ia akan berpura-pura tidak tahu dan melanjutkan hubungannya dengan damai.
"Lo ga salah, Dam. Gue yang salah. Tapi dengan egoisnya gue berharap lo yang minta maaf sama gue duluan dan nyangkal semua yang lo omongin sama gue kemarin. Maaf, Dam." Batin Kyara.
Ia tersenyum sedih, menyesali perkataannya pada Dama. Bahkan selama beberapa hari ini saat memikirkan pertengkarannya dengan Dama ia merasa sangat kesal.
Kyara segera berdiri dari bangkunya dan melangkah pergi ke luar kelas.
"RA!! MAU KEMANA LO?!"
"Kantin!"
Dengan sedikit berlari, Kyara melangkahkan kakinya mantap untuk meminta maaf pada Dama. Dan ia berharap Dama akan memaafkannya lagi kali ini.
Namun langkahnya terhenti saat melihat punggung Dama dari jauh. Buru-buru ia bersembunyi dibalik pilar kantin sebelum ada teman Dama yang menyadari keberadaannya.
Padahal tinggal beberapa langkah lagi, ia sampai di depan meja Dama. Tapi makin dekat dengan Dama, perasaannya makin tak karuan.
"Anjir enak banget asli!"
"Mie ayam punya Bu Lelis emang gaada duanya! Top markotop pisan pokona mah!"
"Nyesel banget selama hampir dua taun gue sekolah di sini baru beli ni mie."
"Makanya gausa sok-sokan bilang gasuka mie ayam sekolah deh kalo belom nyoba."
KAMU SEDANG MEMBACA
Armada : A Way to Find Your Heart
Teen FictionDama mencintai Kyara, sedangkan Kyara mencintai Devan. Kadang, hidup selucu itu. Mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka hanya akan saling menyakiti satu sama lain. Entah salah Dama yang terlalu tulus, entah salah Kyara yang terlalu bodoh, at...