Scifer • The Cosmos Revenge

28 0 0
                                    

Bedah Buku
The Cosmos Revenge
Karya strawsea

[Kesan & Pesan Sea]

Well, aku deg-degan pas ceritaku ini mau direview sama para member kayak ngerasa piyik dan agak takut soalnya kan membernya rata-rata udah pada berpengalaman gitu loh ngehehe dan jujur aku nulis ini emang butuh banget yang namanya riset, bener-bener aku berusaha ngeriset sedetail-detailnya bangett, dan tentu masih belajar cara nulis yg baik juga ngeheheh, saran dan kritik dari para member bener-bener membantu semoga kedepannya aku bisa lebih baik lagi dan lagi.

Review The Cosmos Revenge

By : Gilang Gazi

Prolog
Pembukaan cerita yang menarik. Dengan gaya tutur cerita sederhana, Sea berhasil menggaet minat baca saya dengan world building yang kaya akan informasi ilmiah sebagai pondasi cerita. Narasi yang dibawakan oleh karakter utama pun nyaman diikuti di tiap paragraf. Another dystopian's story? Well, mari kita lihat bagaimana sang penulis menjalankan kisah ini.
Bab 1
Satu hal yang saya suka dari cerita sea adalah porsi isi babnya yang sangat panjang hingga puas untuk dibaca. Namun harus hati-hati karena tak semua pembaca nyaman dengan bab-bab yang panjang. Tempo cerita di bab ini masih lambat, tapi interaksi menarik Lune -sangat Mc dengan rekannya terasa hangat walau masih canggung di beberapa dialog. Penjelasan Mr. Ciro dalam beberapa dialognya cukup memantik saya untuk penasaran dengan arah cerita ini nanti. Dan tentu saja, apresiasi lagi buat Sea yang berbaik hati memberikan penjelasan ilmiah di akhir bab.
Bab 2
Penggambaran isi hati dan kepala Lune sepanjang cerita patut diacungi jempol. Perasaan takut dan paniknya dalam situasi yang ada cukup sampai ke pembaca. Tapi saya rasa belum terlalu kuat untuk membuat saya bersimpati pada Lune. Harap Sea lebih bisa mengeksplor pribadi sang karakter utama kedepannya. Jujur saja, Saya justru malah lebih tertarik pada Sann ketimbang Lune.
Bab 3
Wow, makin penasaran dengan akar masalah dari cerita ini. Apa benar karena anomali rotasi bumi semata sampai membuat bencana tak kunjung usai? Saya penasaran sih. Beberapa potongan cerita dengan alur maju-mundur pada bab ini membuat saya sedikit kebingungan dengan fokus cerita. Terasa lompat sana-sini. Tapi sepertinya Sea memang berusaha sedetail mungkin menggambarkan keseluruhan situasi dunianya disertai kepingan misterinya.
***
Overall, kerja bagus buat Sea. Sea selaku penulis terlihat percaya diri dengan world building dengan pondasi cerita yang cukup kokoh. Pembawaan karekter utama masih terasa ngambang tapi bisa dikembangkan lagi kedepannya. Hal yang sekiranya perlu diperbaiki adalah terkait penyajian alur yang terbilang lambat dan penataan fokus cerita. Oh iya, masih perlu perbaikan pada penulisan kata dan tanda baca ya.

by: Ica

Bab 1
Ide yang dibawakan Sea cukup cemerlang dan disaat yang sama menyeramkan. Saya jadi prihatin bagaimana kondisi mood saya andai langit gelap selama 120 jam. Penjelasan tentang rotasi bumi yang melambat disertai dengan fakta-fakta benar-benar merepresentasikan sebuah cerita science-fiction, dan terlihat disini Sea sudah melakukan riset yang luar biasa.

Bab 2
Cerita dengan vibe kebarat-baratan yang berlatar di dalam negeri, sungguh unik dan memikat! Saya sudah lama menanti-nantikan cerita dengan latar macam The Cosmos Revenge ini. Cara Sea membawakan adegan adegan membuat pembaca turut tegang dan bisa membayangkan suasananya dengan jelas.

Bab 3
Satu kata untuk bab ini: TRAGEDI. Bencana beruntut yang terjadi seperti tragedi akhir zaman. Saya merinding membacanya, apalagi dengan ilustrasi-ilustrasi yang disajikan. Sungguh, saya tidak mau hidup di zaman itu, apalagi sebagai nenek-nenek. Btw, sepertinya Zafar akan menjadi the next crush saya :"

Bab 4
Disini saya baru "ngeh" kalau Lune memakai hijab. Sea lumayan handal dalam mengolaborasikan unsur dystopia dan futuristic di ceritanya dengan hal-hal yang terasa relate bagi pembaca. Sekali lagi, saya menemukan cerita ini unik. Semoga Lune bisa bertemu adiknya dalam kondisi selamat.

By: Rahma_Ad

Prolog
Whoa keren! Itu kalimat pertama yang muncul saat baca cerita The Cosmos Revenge karya Sea. Pembukaan cerita dengan pemaparan sejumlah informasi kondisi bumi waktu itu dengan rangkuman berita sukses membuat saya ikutan merasa miris. Namun, ada hal yang perlu Sea perhatikan. Pada bab ini saya masih menemukan adanya sedikit kesalahan ketik, seperti penempatan kata preposisi 'di' yang kerap keliru. Oke, bab prolog ini cukup menarik diikuti. Mari melunjur ke bab selanjutnya.
Bab 1
Bumi melambat 10 kali lipat, hmm, topik yang menarik. Baca ini jadi keingat sesuatu, menurut saya itu benar-benar buruk bila terjadi sunguhan. Kemunculan Mr. Ciro di chapter ini, membuat sebuah gambaran kecil akan tujuan Lune, sepertinya mereka akan mengemban misi yang besar. Kemudian, di akhir bab 2 disuguhkan dengan kejadian kereta yang mendadak mati beserta spekulasinya. Hohoho siapa yang tidak penasaran untuk baca bab selanjutnya. Apa benar karena tempat tujuan mereka sedang terkena bencana?
Bab 2
Terjebak! Ternyata semua kekacauan itu hanyalah bayangan dari kepala Lune saja. Itu tandanya masih ada harapan untuk Hiver selamat, 'kan? Bagian ketika helikopter mendarat, suasana evakuasi yang saya kira akan menegangkan berubah mencair. Yap! Saya terkekeh dalam hati menyaksikan hubungan kakak beradik antara Sann dan Zafar. Oh, ya semoga adiknya Lune (Hiver) bisa selamat.
Bab 3
Menegangkan! Baru saja bencana datang, mendadak ada kejutan bencana lagi. Ya, sepertinya benar kata mereka, tiap harinya akan ada kejutan saat hidup di zaman seperti itu. Jadi merasa beruntung hidup di zaman ini, setidaknya bumi untuk saat ini tidak terlalu buruk kondisinya. Sejauh ini cerita yang Sea suguhan ini terbilang unik, belum terlalu jelas inti konfliknya apa, tapi saya bisa menikmati paduan yang pas antara narasi dan dialog yang disajikan penulis. Untuk Sea semangat terus berkaryanya!

By: Rams
[TCR 01: TRAIN & Prolog]


Mungkin alam sudah jenuh dengan eksistensi kita sebagai perusak bumi.


Saya tersadar, bahwa "The Cosmos Revenge" sebenarnya dibuka dengan untaian kalimat yang sarat dengan pesan moral, seputar isu pemanasan global, dan ini merupakan cara cerdik untuk memulai setting pada suatu karya fiksi ilmiah.


Sebab orang-orang, sejatinya, cenderung membandingkan kisah fiksi dengan realita dunia nyata. Saya percaya, mungkin dengan menambah beberapa perbaikan di sana-sini, akan membuat unsur kejutan yang berusaha ditampilkan oleh penulis di akhir bab, lebih bernuansa thrill.



[TCR 02: MUTTER]


Ini adalah bab yang dinamis. Di satu sisi, saya mulai merasakan pergerakan plot yang kian cepat dan konflik baru yang menegangkan, namun di sisi lain, juga berharap penulis mampu mempertahankan temponya.


Hati-hati, deskripsi tell yang terlalu panjang sesekali dapat membuat lelah. Kebijakan penulis dalam meletakkan timing premis-premis serta tentang apa yang seharusnya ditampilkan akan menjadi sangat krusial. Walaupun demikian, resiko itu terbayarkan dengan diungkapnya hubungan antar para tokoh pada cerita ini. Saya menangkap bahwa, mungkin, penulis berusaha memperlihatkan motivasi emosional sang protagonis.



[TCR 03: BLUE]


Mudah-mudahan, hanya perasaan saya saja yang dibuat bingung oleh alur cerita nan mencekam dalam bab ini. Akibatnya, segala kengerian fenomena alam yang digambarkan oleh penulis tidak mudah saya cerna dengan baik.


Harus saya akui, jika menulis sesuatu seperti ini sangat menguras logika dan emosi. Amat disayangkan-terlebih diawal-awal pondasi cerita ini diletakkan-bila seluruh riset rumit yang mendalam itu menjadi sia-sia. Apalagi, mengingat dengan dipilihnya sudut pandang orang pertama tunggal untuk menggerakkan plot, sudah barang tentu memerlukan fokus dan konsistensi yang kuat dalam mewujudkannya.


Mungkin, hal ini menjelaskan kenapa sang penulis secara tiba-tiba mengganti sudut pandang ceritanya. Sepertinya, tindakan tersebut dilakukan penulis demi merumuskan latar belakang masalah dari cerita ini. Namun secara keseluruhan, tema yang diangkat penulis berhasil menggelitik rasa penasaran saya terhadap apa sebenarnya penyebab dari semua bencana mengerikan itu.



[TCR 04: I WANT]


Selalu ada ketenangan setelah badai. Kali ini menurut saya, penulis memaparkan latar belakang dan character arc dari tokohnya melalui dialog-dialog santai bergaya khas remaja. Saya tidak tau, apakah hal ini berkaitan dengan tema yang diangkat, namun bagi saya, bab ini cukup menghibur untuk dibaca.


Salam manis,
Tim Scifer

Recensio BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang