1.

91 9 15
                                    

"Ih dongo banget lo! Sini gue aja!"

"Jangan sat! Ntar rusak buku gue."

"Anjing lo bentar lagi gue pukul juga tuh anak."

Wasweswos

Bunyi kicauan burung penghuni sangkar yang sempit. Saling bersahut melantunkan omong kosong. Suasana ricuh selalu tercipta dari pagi hingga siang. Jika jam menunjukkan jam 2 siang, mereka berhambur meninggal sangkar begitu saja. Tanpa meperdulikan pemilik yang senantiasa merawat meskipun sangkar yang ia punya memang terlihat tidak mampu untuk menampung semuanya.

"Yang! Lo ga pulang?"

Padahal sekarang masih jam 12 siang, namun ada salah satu murid yang ingin membolos.

"Ntar."

Orang yang dipanggil tadi berjalan ke depan kelas. Mengambil kapur putih dan mulai menuliskan sesuatu.

"Yangyang emang parah anjir, ntar Bu Sasa tau kalo ini semua perbuatan lo gimana?"

"Sans, kaga bakal ketauan. Yok cabut"

Keduanya berjalan meninggalkan kelas yang sudah kosong (karena siswa lain sedang menikmati istirahat makan siang).

"Lo mau langsung pulang apa nongki dulu?"

"Yaelah bahasa lo, anak SMP serasa anak STM aja."

"Ye mang ngapa si? Gue mau nongki."

"Ya, gue ikut."

Mereka pun mampir ke sebuah angkringan. Mereka memesan es teh dengan gorengan, dasar anak muda. Bahasa yang digunakan sudah setinggi langit.

"Eh lu tau ga sih? Katanya kelas kita bakal ada murid baru?"

"Kata siapa?"

"Pak Jaehyun lah, siapa lagi."

"Ohh.."

Yangyang cuma ber'oh ria sambil menyandarkan punggung yang semakin lama semakin sakit.

"Lo ga kepo yang?"

"Buat apa?"

"Katanya sih ya, dia tunarungu."

"Tuli maksud lo?"

"Iyee"

Yangyang terlihat tertarik dengan siswa baru itu. Ia tidak sabar ingin melihat wajah anak itu.

Akhirnya, ada sasaran baru.

"Lo pasti mau bully dia kan? Sans gue temenin"

"Yeuuu yang ngajarin gue ngbully kan elo Chan!"

"Bener juga, udah lah ya. Balik, gue mau nemenin papa gue belanja."

"Papa lo ya yang cerewet soal lo yang sering ngluyur."

"Iyee semenjak bapak gue nikah sama papa gue, gue jadi serasa dikandangin. Tapi gitu-gitu papa gue baik sih orangnya."

"Yodah yok pulang."

Yangyang dan Haechan pun pulang dengan saling merangkul, lalu berpisah dengan salam tangan.

Keesokannya, Yangyang sengaja berangkat pagi.

"Dah gue duga, lo penasaran kan. Ngaku lo!"

"Mana ada! Ngawur!"

Tak lama, Jaehyun masuk ke dalam kelas sambil diikuti seseorang. Jaehyun dengan rahang tegas menandakan jika dirinya sangat berwibawa itu mulai mempersilakan anak laki-laki di sampingnya.

"Selamat pagi. Hari ini, kita ketambahan siswa baru, perkenalkan dirimu."

Lelaki di sampingnya mengangguk. Semua mata tertuju pada dirinya. Postur tubuh tinggi yang terlihat rapuh, rambut hitam sekelam langit malam, mulut yang tertutup rapat. Semua tidak dapat mengalihkan pandangan darinya.

Silent Voice | Henyang (Threeshot)Where stories live. Discover now