39

4.1K 607 139
                                    

Dengan berat hati bang Akbar menerima keputusanku, pesta pertunangan semalam kandas di sore ini ketika sebuah fakta terungkap, meskipun bang Akbar bilang jika dirinya sudah tertarik padaku sejak di pertemuan pertama, tapi keputusan dirinya melamarku adalah bentuk tanggung jawab yang bagiku bukan karena kesalahannya.

Aku pun tak ingin menyakitinya, karena bagaimanapun aku tak ada rasa cinta padanya, setelah kuresapi semalaman sampai tak tidur, aku tak ada rasa padanya.

Untuk saat ini aku ingin sendiri, menikmati kehidupanku hingga perasaan yang kutahu siapa pemilik hati ini akan mendapatkannya.

Malam ini disaat masih ada Eci di rumah ayah, aku mendeklarasikan jika pertunangan semalam ingin ku selesaikan, aku sudah tak ada lagi ikatan dengan bang Akbar untuk saat ini, entah bagaimana nanti kedepannya, siapa jodohku, tetapi aku tak ingin masa depanku penuh dengan keterpaksaan, jika dahulu aku gagal karena terpaksa akan perjodohan dan kali ini aku tak ingin terulang kembali.

"Kenapa mbak?"

Ayah dan bunda yang kuberitahu di dalam kamar beliau, begitu terkejut dan aku sangat tahu jika saudari kembarku telah mendengarkan obrolan kami ini di luar kamar.

"Dek Eci nguping ya"

Suara bunda berteriak agar terdengar hingga keluar, Dan saat pintu kamar terbuka ternyata bukan hanya Eci tetapi juga bang Saka, mereka begitu kompak tak lagi bertengkar.

"Tutup pintunya"

Ayah memerintah agar bang Saka menutup kembali pintu kamar, dan kedua saudaraku itu ikut bergabung bersama kami di atas kasur milik ayah dan bunda.

"Aku mohon dek Eci jangan cerita ke mbak Talita, apalagi mama"

Eci menyembikan bibirnya, kemudian kepalanya mengangguk tanda setuju.

"Bang Akbar orang baik menurut Eca, tapi Eca enggak mau dia bertanggung jawab yang mana bukan kesalahannya meskipun dia tetap berteguh jika itu karena dirinya"

"Langsung lah mbak"

"Sabar"

Bang Saka meluku kepala Eci yang tak sabar akan ceritaku, membuatku sedikit terhibur melihat dua saudaraku yang bagiku lucu, bertengkar seperti anak kecil di usia dewasa dan sudah menjadi orang tua.

"Bang, jangan salahkan Eci dia detektif handal loh, bang Akbar itu mantan pacar mbak Rima, mereka pacaran saat SMA"

"Tuh kan gue bilang apa, anak ayah bunda yang paling cerdas ya gue"

Dengan percaya dirinya Eci menepuk dadanya bangga.

"Tapi dek, kamu juga jangan negatif thingking bang Akbar itu gak ada niatan jelek ke mbak, malah dia baik, dia rela berkorban demi mbak bahagia, meskipun kebahagiaan mbak bukan itu"

Kumulai ceritaku yang tadi sore di ceritakan oleh bang Akbar, mulai dari pulang tugasnya bang Akbar kali ini dan kembali bertemu dengan bang Saka hingga bersilaturahminya bang Akbar atas permintaan kakak sulungku yang ingin mengenalkan diriku.

Bertemunya kembali bang Akbar dan mbak Rima, dan permintaan mbak Rima agar bang Akbar tak menyakitiku hingga kejujuran mbak Rima akan yang terjadi di tiga tahun yang lalu.

Perasaan bersalah bang Akbar kepadaku akan masa lalu terus mengiang sepulang dirinya dari Yogjakarta, dan melalui renungannya beberapa hari mulai dari tak menghubungiku hingga akhirnya di putuskannya untuk melamarku kepada ayah dan bunda.

"Gila, gue speechless"

"Terus perasaan mbak gimana sekarang?"

"Lu sedih enggak dek?"

Jodoh Dentist (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang