45.Please, Stay With Me

704 68 16
                                    







Malam dimana mereka berdua akhirnya tiba di rumah sakit menjadi kali pertamanya salju turun di kota Seoul. Jungkook menolehkan wajahnya, tersenyum tipis saat melihat pria cantik di sampingnya itu masih menutup rapat-rapat kedua matanya.


"Sayang, kita sudah sampai di rumah sakit. Sekarang buka matamu dan lihat bagaimana cantiknya bunga salju yang ada di luar. Bukankah kau pernah bilang ingin sekali melihatnya bersamaku."



Kedua kelopak mata itu bergerak pelan. Sebelum akhirnya terbuka dengan perlahan. Jungkook tersenyum lebar, memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi dan juga lucu. Dan itulah yang menjadi pemandangan yang Jimin lihat saat pria itu membuka matanya untuk pertama kalinya. Jimin sendiri tidak ingat kapan terakhir kalinya ia melihat Jungkook tersenyum manis seperti itu di hadapannya. Itu mungkin ada saat di awal-awal keduanya baru menikah. Jimin jadi menyesal karena selama ini sudah begitu banyak membuat pria itu menangis daripada tersenyum bahagia. Padahal Jungkook adalah suami yang pengertian. Pasangan terbaik yang Tuhan kirimkan kepadanya. Tapi kenapa hampir separuh dari kehidupan rumah tangga mereka berdua hanya diisi oleh air mata dan juga perasaan kecewa pria itu terhadapnya. Jimin benar-benar bodoh untuk tahu tentang hal itu. Katakanlah jika ia terlambat untuk memberikan warna baru dalam hidupnya dan juga Jungkook.



Pintu mobil di buka, dengan Jungkook yang kemudian memapah Jimin untuk keluar dari dalam mobil. Awalnya Jungkook ingin menggendongnya, namun pria itu buru-buru menolak tawarannya. Mengatakan jika dirinya masih mampu berjalan walaupun pada akhirnya harus di bantu oleh Jungkook.


Bagian depan mantelnya di rapatkan, sementara Jimin melihat ke arah sekelilingnya dimana hampir seluruh bagian dari jalan yang mereka pijaki kini telah tertutupi oleh salju. Jimin tersenyum bahagia, ini adalah kali pertamanya bagi dirinya bisa menikmati salju bersama dengan Jungkook. Sebenarnya sudah lama sekali Jimin ingin melakukan hal seperti ini tapi katakanlah jika di saat itu ia masih terlalu gengsi. Memilih menolak Jungkook, saat pria itu ingin mengajaknya keluar rumah. Mengatakan jika pola pikir Jungkook benar-benar kuno. Berbanding terbalik dengan dirinya yang tidak akan merasakan ketenangan jika sampai melewatkan kesempatan untuk membeli dan mengoleksi barang-barang mewah.



Sejak awal gaya hidup mereka memang sudah bertolak belakang. Jungkook yang menyukai kesederhanaan, lebih memilih menyisihkan uangnya setiap bulan untuk kemudian ia tabung di bank. Hitung-hitung untuk persiapan masa depannya bersama dengan Jimin. Mengingat seperti apa mewahnya gaya hidup pria itu yang begitu gemar untuk menghambur-hamburkan uang Jungkook setiap hari. Mulai mengoleksi jam tangan, sepatu hingga pakaian dengan merek fashion ternama.



Namun Jungkook tidak pernah mengeluhkan tentang kebiasaan buruk Jimin yang satu itu . Ia justru selalu menuruti setiap permintaan pria itu, tidak peduli bahkan di saat kondisi keuangannya saat itu sedang tidak stabil. Karena bagi Jungkook kebahagiaan Jimin adalah nomor satu. Menjadi hal yang paling penting di dalam hidupnya. Seperti yang selalu ia katakan jika Jimin bahagia maka ia juga akan ikut berbahagia.



.


.


.



.





"Jungkook, bisakah kau menemaniku duduk disini sebentar. Aku hanya ingin sedikit lebih lama lagi melihat bunga-bunga salju ini."

Senyumnya bermekaran dengan begitu cantiknya. Membuat Jungkook yang berada di sampingnya jadi ikut tersenyum. Jungkook suka sekali melihat mata Jimin yang akan membentuk bulan sabit yang cantik saat pria itu tersenyum manis padanya. Dan selamanya itu akan menjadi bagian terfavorit Jungkook dari pria itu. Ya walaupun pada dasarnya Jungkook menyukai semua hal yang ada pada diri Jimin. Pria itu sempurna. Seperti tidak memiliki kekurangan di matanya.




Jungkook meletakkan kedua tangan Jimin di atas pangkuannya. Beralih untuk melepaskan sarung tangannya dan memakaikannya di tangan pria itu. Jimin yang mendadak merasa begitu kecil di hadapan Jungkook. Melihat bagaimana manisnya pria itu dalam memperlakukan dirinya. Membuat ia dengan diam-diam menjatuhkan air matanya. Mengambil kesempatan untuk menghapus jejak air mata di pipinya saat pria di sampingnya melihat ke arah lain.

"Kau kedinginan tapi kenapa kau memberikan sarung tanganmu padaku." Jungkook tersenyum tipis, menggelengkan kepalanya mendengar perkataan pria itu.
"Aku tidak apa-apa. Lihat, aku bahkan tidak memakai mantel tapi aku baik-baik saja, bukan?" Jimin mendongakkan wajahnya ke atas. Menatap jauh kedalam bola mata indah milik Jungkook. Berniat untuk memastikan apakah pria itu benar dalam keadaan baik atau justru hanya berpura-pura.



Bisa Jimin lihat bagaimana bergetar nya bibir pria itu saat ini. Ternyata benar jika pria itu berbohong padanya. Oleh karena itu tanpa mengucapkan sepatah katapun Jimin langsung melepaskan mantel di tubuhnya dan meletakkannya di tangan Jungkook. Membuat pria itu kemudian menggelengkan kepalanya. Bagaimana bisa Jimin lebih memprioritaskan keadaannya di saat dirinya sendiri sedang dalam keadaan yang tidak baik. Mereka berdua kedinginan namun tetap kekeuh pada pendirian untuk lebih memprioritaskan pasangan mereka masing-masing.


"Aku sudah agak baikan. Jadi sekarang giliranmu untuk memakai mantelnya, Jungkook." Namun tidak semudah itu untuk membuat Jungkook menurut padanya. Karena buktinya sekarang pria itu malah memakaikan kembali mantel itu pada Jimin.


"Aku tidak berpikir jika ini adalah solusinya. Jadi daripada hanya aku yang mengenakan mantelnya, bagaimana kalau kita memakai mantelnya bersama. Itu akan membuat tubuh kita sama-sama hangat." Jungkook agaknya merasa kebingungan untuk sesaat. Tetap mematung di tempatnya, bahkan ia tak sadar saat Jimin memakaikan mantel itu di tubuhnya.


Barulah saat Jungkook merasakan tekanan pada bagian depan tubuhnya, ia langsung terlonjak di tempatnya. Benar-benar kaget melihat Jimin yang kini berada di dalam pelukannya. Jimin berbalik, tersenyum dan mengeratkan tangan Jungkook untuk memeluk tubuhnya yang tak kalah kedinginannya dari pria itu saat ini.


"Aku senang saat kau memelukku. Karena rasanya begitu hangat dan juga nyaman. Itu membuatku jadi berpikir hanya di dalam pelukanmu saja maka aku akan merasakan aman."


Jungkook sama sekali tidak menyangka jika Jimin akan berbicara seperti itu padanya. Itu membuat Jungkook mendadak ingin menangis. Ini adalah pertama kalinya Jimin membuat sebuah pengakuan manis.


"Terima kasih sudah mengatakan itu, sayang. Aku berjanji, akan menjagamu dan memperlakukanmu dengan cara yang paling baik. Aku akan membuatmu terus tersenyum sampai kau lupa bagaimana caranya untuk menangis." Jimin menganggukkan kepalanya, berjinjit untuk kemudian meraih wajah pria itu dan membawanya ke dalam ciuman yang hangat dan juga sarat dengan kasih sayang. Jimin dan Jungkook memejamkan matanya. Menangis dalam diam dan menikmati kebersamaan mereka hingga pada akhirnya waktu yang akan memisahkan mereka berdua.



Hanya berselang beberapa menit setelah itu tubuh Jimin pun terkulai lemas di dalam pelukan Jungkook. Masih dengan air mata yang membasahi kedua sudut matanya.


"Sayang, ayo buka matamu. Hiks... Hiks... Kumohon buka matamu. Kau tidak boleh meninggalkan aku dengan cara seperti ini. Masih ada begitu banyak hal yang ingin aku lakukan bersamamu. Aku bahkan belum membuatmu bahagia. Jadi tolong jangan tinggalkan aku. Kau harus tetap hidup agar kita bisa menua bersama. Hiks... Hiks... "


.

.

.


Tbc

Can I Make You Love Me? (Dalam Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang