CHAPTER 2

550 9 0
                                    

Toni berjalan menuju lorong ruang rawat inap vip. Ia mengetuk sebuah pintu yang di sebelahnya sudah tertulis nama pasien tersebut Ahmad Rudi. Ia masuk kedalam dan melihat sosok laki-laki yang dulu sangat gagah,sangat di hormatinya,terbaring lemah,kurus dengan kulit kuning karena fungsi hatinya sudah rusak. Di dalam ruangan itu terdapat seorang pria berpakaian batik yang menjaga di sampingnya. Toni menghampiri ke sebelah ranjangnya dan memeriksanya dengan stetoskop dan tiba-tiba dia membuka matanya perlahan lalu melihat ke arah toni. Mr.rudi membelagakan matanya melihat toni yang ada di sebelahnya.

"assalamualaikum pak.." toni lalu menyalami tangannya. Mr.rudi terdiam melihat toni,lalu ia memanggil penjaganya di sebelah

"KELUAR...KELUAR... SAYA TIDAK MAU MELIHATNYA DISINI" teriak Mr.rudi dan menyuruh penjaganya mengusir toni. Penjaga itu tampak segan karena toni yang berjas dokter,bukan orang yang mencurigakan

"bapak,mungkin bapak kaget,tapi saat ini bapak ada di bawah perawatan saya."

"PANGGIL REZA KESINI,AKU TIDAK MAU MELIHAT WAJAHMU!!!" Teriaknya lagi. Toni mundur ke belakang dan memandang sedih ke arah Mr.rudi

"Dr.reza yang menyerahkan bapak ke saya" terangnya. Penjaganya menyuruh toni dengan halus untuk keluar ruangan saat Mr.rudi mulai terbatuk-batuk. Pintu tiba-tiba terbuka,dan Lydia masuk ke dalam ruangan sendiri tanpa perawatnya.

"selamat sore ayah rudi.....kita periksa dulu yuk" sapa Lydia dan membaringkan Mr.rudi ke ranjangnya. Lydia melihat ke arah toni yang masih terpaku.

"neng, ayah gak mau ngeliat beruk satu itu, suruh dia keluar!" pintanya pada Lydia, tapi Lydia tersenyum dan mengukur tekanan darah Mr.rudi

"wah tinggi banget ni, dokter toni tekanan darah ayah rudi 160/100, tadi sudah di periksa belum?" Tanya Lydia

"dibilang ayah gak mau ada beruk itu." Katanya tegas ke Lydia

"ayah, dokter toni bukan beruk,dia sekolah dokter tinggi-tinggi,bukan naek pohon tinggi-tinggi lho. Nanti, saya dan dokter toni resepin obat ya." senyumnya ke Mr.rudi dan raut wajahnya melunak. Toni melihat semuanya,cara Mr.rudi melihat Lydia sama seperti ia memandang alm istri toni. Lydia berdiri menghampiri toni dan menarik lengannya untuk keluar ruangan. Mereka berada di depan ruangan Mr.rudi, Lydia melihat ke arah toni dengan wajah penuh pertanyaan

"apa yang terjadi dokter toni,apa kamu mencoba menyuntikan sesuatu padanya? Teriakannya menggema sepanjang lantai ini!" Tanya Lydia

"no.. dia hanya tidak suka melihat wajahku sejak 5 tahun lalu."

"kudengar kamu yang akan menanganinya,pikirkan sekarang bagaimana ia akan menyukai wajahmu. Beliau tidak hanya menolak tranpalasi,tapi sejak kemarin juga dia tidak mau meminum obatnya." Terang Lydia, toni memandang Lydia yang wajahnya tampak khawatir.

"kita adalah seorang dokter, kamu tidak akan membiarkannya begitu saja kan" Tanya Lydia. Toni terdiam dan menarik nafasnya seraya mengangguk .

Secangkir kopi panas terletak di meja kerja toni,tidak ada seorangpun di ruangan dokter. Toni menyesap kopi tersebut, ia tidak pulang semalam Karena perkataan lydia. Ia bekerjasama dengan penjaga Mr.rudi agar bisa mengunjunginya ketika ia tertidur. Dr.reza masuk ketika toni sedang meminum kopinya.

"pagi sir.."

"aku sudah dengar apa yang terjadi kemarin." Katanya dengan wajah lesu dan menarik nafas

"ya, saya rasa dia belum bisa menerima saya,bahkan setelah 5 tahun." Dr.reza tampak berfikir lalu melihat toni

"kita harus mencobanya terus,pihak RSCM sudah menemukan donor yang cocok,kita di beri waktu sampai minggu ini atau namanya akan di coret dari daftar penerima donor utama."

THE SUNFLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang