"Jagalah kepercayaan dalam menjalin suatu hubungan, sebab jika rasa kepercayaan sudah mengilang entah itu karena kesalahfahaman ataupun kurangnya komunikasi akan membuat merusak semuanya dengan sangat mudah."
-Agaraya-
"Gue kecewa sama elo, Ray," parau Raindengan raut wajah menekuk. Betapa nestapanya dia sahabatnya kini malah diam-diam memilih laki-laki itu dibanding dengan dirinya.
Padahal sebenarnya yang merasa ditikung sebenarnya menikung sahabat sendiri. Hanya saja karena kurang komunikasi membuat permasalahan ini semakin rumit.
Memang benar jikalau salah satu kepercayaan hancur dalam suatu hubungan itu hancur, pasti yang lainnya juga ikut merasakan kepahitan tiada tara. Luka, lara, sembilu, pedih, perih, pahit bercampur menjadi satu menjadikan hidupnya hancur.
Bukan hancur secara fisik, tapi hancur dari dalam secara batin yang membelenggu dan menyiksa dirinya. Kini hanya menyisakan rasa lelah, letih, rapuh, hancur dalam jiwa.
Andaikan saja Rain tahu, bahwa sebelum dia menaruh perasaan kepada Aga. Aga justru sudah memulai menaruh perhatian ke Raya secara diam-diam.
Jika dilihat secara sudut pandang yang berbeda-beda harusnya Rain sadar diri, sebab cinta tak bisa dipaksakan. Raya juga sudah menyuruh Aga untuk tidak mendekatinya saat di luar sekolah. Namun, laki-laki itu masih kekeuh mendekati Raya dengan alasan ingin menjaganya.
Memang yang dilakukan Aga tidak sepenuhnya salah, sebab dia hanya ingin menjaga gadis itu saat yang lain tidak tahu tentang rasa sakitnya, halusinasi yang membuat Raya seakan tidak mengenali jati dirinya sendiri saat sedang mengalaminya.
Yang salah hanya keadaan yang tidak pas, entahlah melihat kondisi Raya, dia khawatir Raya akan mengalami halusinasi lagi bahkan lebih parahnya akan melukai dirinya sendiri karena sudah tidak kuat lagi menghadapi masalah yang menusuk dalam dada.
Raya menggeleng lemah, "Kejadiannya ga seperti itu, Ren. Dengerin penjelasan gue dulu," pintanya dengan mata berkaca-kaca.
Ucapan Raya tak hiraukan oleh Rain,
dia malah berlari secepat mungkin meninggalkan mereka disana. Dia tak menyangka bahwa malam ini adalah malam yang membuat rasa kepercayaan terhadap Raya perlahan hancur karena kehadiran cowok cupu itu."Gue kira elo mau nerima gue, ternyata--" Bintang menarik baju Aga dengan teramat kasar. Dia menaikkan alisnya. "Sekali lagi elo ulangi, gue akan kasih pelajaran yang lebih daripada ini."
Bintang memutar badannya ke arah belakang lalu meninggalkan Aga dan Raya disana. Mendengar ucapan dari Rain dan Bintang membuat hatinya remuk menahan pilunya rasa penyesalan yang berkecamuk di dalam dada.
Haruskah Raya menghilang saja agar dia tidak merasakan sakit lagi?
"Argh..." Rancau Raya belum bisa menerima kenyataan yang begitu pahit. Baru saja kemarin semuanya baik-baik saja. Sekarang semuanya berubah. Apakah dia bisa bertahan meskipun tanpa dukungan sahabat karibnya?
Dia mungkin bisa ditinggal oleh kedua orangtuanya, dibenci Bintang, tapi sangat sulit untuk harus bertahan sendirian.
Berkat dukungan Rain, dia bisa berubah menjadi lebih baik, tidak melakukan sesuatu sebelum dipikirkan baik-baik, tapi sekarang sosok yang selalu menjadi malaikat penjaganya kini telah pergi meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agaraya [END]
Teen Fiction"𝙺𝚒𝚝𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚔𝚒𝚛 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚍𝚞𝚔𝚊." ㅡ𝙰𝚐𝚊𝚜𝚊 𝙷𝚊𝚛𝚢𝚖𝚞𝚛𝚝𝚒ㅡ Aga dan Raya tidak salah hanya ingin saling menjaga justru berujung kesalahfahaman karena yang salah adala...