Gentleman

822 90 18
                                    

*ohm pov*

Hari ini adalah hari yang sangat tak terduga karena, bos ku sekaligus teman terdekatku melakukan hal yang sangat mustahil dia lakukan untuk orang lain terkecuali pada keluarganya sendiri.

Mau tau apa?.

Dia menolong seorang nenek tua yang nyaris remuk hatinya.

*Flash back*

"Sudah jam berapa sekarang?". Tanya tin padaku seusai rapat disalah satu restoran.

"Jam 4". Jawabku.

Tin tidak merespon lagi. Dia hanya melirik ke arah ponselnya dan terlihat sedang memikirkan sesuatu.

Ah benar juga, saat ini kami sedang berada diluar negri dan beberapa hari lagi kami akan kembali ke thailand.

"Ingin menghubungi can?". Tebakku.

"Hmn". Tin mengangguk namun dia terlihat ragu.

"Kalau begitu hubungi saja".

"Tidak. Aku menunggu can saja yang menghubungiku. Jika aku sembarang menghubunginya dan momo mendengar suaraku, momo akan menangis seharian dan minta aku segera pulang". Ucap tin dia terlihat sangat stress.

Aku bisa tebak saat ini dia merasa sangat rindu can dan momo.

"Pft...". Aku tertawa kecil.

*puk* *puk*

Aku merangkulnya dan menepuk bahunya. "Bagaimana rasanya jadi ayah?".

"Tsk!". Tin tak menjawab dan hanya mendelik malas.

Kami berjalan menuju posisi mobil kami berada disebrang hotel karena tempat parkir khusus tamu hotel sudah penuh.

"Lihat tidakkah hari ini sangat ramai?. Mereka bahkan mengabaikan seorang tin medhtanan hanya karena acara ulang tahun seseorang yang akan mati". Ucapku kami melihat banyaknya papan ucapan selamat ulang tahun yang tiba di hotel mewah itu.

Lagi lagi tin tak merespon ucapanku dan hanya menatap ke ponselnya.

"Ibu lihat semua ini?!. Ini tak cukup?!. Aku harus berkorban seperti apa lagi untuk memenuhi mau ibu?!!!".

Tak jauh dari posisi kami, kami mendengar suara pria yang memaki kuat dan sangat emosi.

Bukannya ingin menguping, tapi posisi pusat suara itu tak jauh dari dimana mobil kami diparkir.

"An.....". Kami mendengar suara ringkih nenek tua yang memohon.

Nenek itu memakai tongkat dan dipapah oleh pria muda yang usianya mungkin berkisar 20 tahun.

"Ayah...". Pria muda itu juga memohon.

"Cukup...., aku sibuk". Pria yang di panggil dengan sebutan ayah itu tak membiarkan anaknya menyelesaikan ucapannya.

Dia berbalik dan berjalan masuk ke dalam mobilnya.

"Nenek..., kembali ke dalam ya. Aku akan mengejar ayah". Mohon pria muda itu dia kemudian menaiki motor sport mengejar mobil ayahnya.

"Untuk apa semua acara ini jika anakku satu satunya tak hadir".

Nenek tua itu berjalan tertatih dengan tongkatnya mencoba mengejar mobil yang tak mungkin bisa dia susul.

Dia berjalan begitu ringkih dan rentan, hingga rasanya menatapnya berjalan saja sudah terlihat menyedihkan.

"Waw, drama apa ini?.". Ucapku. "Tin, kita perg..... eh?. Tin?".

Aku terkaget ketika tiba tiba saja tin berjalan mendahuluiku dan menghampiri nenek tua itu.

"Anda baik baik saja?". Tanya tin dia memapah nenek yang bahkan tidak kami kenal itu.

My Can Medhtanan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang