8

961 156 30
                                    

Bentar deh kok bisa sih kalian nyasar di book gw yang gajenya kebangetan ini.

Padahal gue bikin ni book buat healing dan ini tu beneran acakadul bahasanya.

Okeh gak mau menyemenye terlelu panjang lagi mari kita review chap ini.

....

"Semua persiapan sudah beres. Jaehyun kamu serius sama rencana ini, saran saya lebih baik kamu pertimbangkan sekali lagi"

Suara seseorang dari sebrang telepon berhasil membuyarkan lamun Jaehyun.

Dia bergeming "Cuma ini satu-satunya jalan"

Ucap Jaehyun yakin namun air wajahnya menunjukkan kebimbangan. Usapan sayang di bingkai foto sang istri menyadarkan Jaehyun bahwa ini waktu yang tepat untuk mengabulkan keinginan sang istri bertahun-tahun yang lalau.

'Ngomong-ngomong apa keadaan Taeyong sudah membaik?'

Jaehyun mendengarkan pertanyaan sahabat karib istrinya sembari berjalan menuju nakas berniat mengembalikan bingkai foto sang istri pada tempat semula.

"Sejauh ini nggak ada perubahan, dia masih trauma dan terus nyalahin dirinya sendiri" Ucap Jaehyun lemah. Pandanganya mengabur seiring dengan dadanya yang tiba-tiba terasa kosong mengingat bagaimana istrinya selalu berteriak histeris dan melukai diri sendiri setiap kali dia berkunjung ke tempat rehabilitasi orang penderita gangguan mental atau umum di sebut ruma sakit jiwa.

Jaehyun merasa hidupnya kosong 2 tahun terakhir ini, kekosongan itu benar-benar terasa nyata walaupun masih ada putra-putranya yang sekarang menemaninya.

"Jaehyun, jangan terlalu larut sama kesedihan, saya yakin Taeyong bakal sembuh total apalagi kalau tau keinginannya sebentar lagi akan tercapai"

Jaehyun tersenyum simpul segera mengusap lelehan air mata yang lancang keluar membasahipipinya, dia harus tetap kuat menjalani tugasnya sebagai tulang punggung keluarga, dia harus semangat menjalani tugas sebagai ayah sekaligus ibu untuk putra-putranya.

Ceklek.

"Pa Beomgyu ganggu gak?"

Jaehyun refleks mematikan sambungan telepon secara sepihak.

"A-ah enggak" gagapnya menaruh Hp di nakas.

Beomgyu termenung beberapa saat, yang awalnya hanya kepala yang menyembul di balik pintu sekarang tubuh berbalut hodie hitam dan celan jeans sobek di bagian lutut itu berjalan mendekati sang papa yang masih berdiri memunggunginya.

"Beomgyu boleh kan malam ini keluar sama temen Beomgyu" izin anak itu.

Gak ada jawaban. Beomgyu jadi takut Jaehyun gak ngijinin dia buat pergi, padahal ini Heseeungnya udah stnby di rumah Soobin, tangan Beomgyu milin ujung hodie bibirnya ngepout sambil nunduk masih nunggu jawaban dari Jaehyun.

"Cuma Soobin, sama Heesung kok gak yang lain" timpalnya.

Akibat masalah kemaren sekarang papanya jadi lebih cuek sama Beomgyu. Kalau biasanya posesive banget mau kemana-mana pasti Beomgyu di tanya dulu sama 24/7 jam bakal telpon beomgyu nanyain Beomgyu di mana, 3 hari terakhir udah enggak. Malah sekarang abang sama adeknya yang sering teror Beomgyu kalau Beomgyu belum pulang dari sekolah.

Bully | TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang