1.

1.7K 110 2
                                    

Langit yang semakin gelap dengan turunnya hujan yang cukup deras. Hoseok masih tetap setia duduk di sebuah halte bus, menunggu kedatangan  bus yang menuju rute pulang ke arah rumahnya yang tak kunjung datang. Hampir 1 jam tak berarti, ponselnya yang mati tak bisa mengabarkan supir pribadinya untuk menjemput. Akan tetapi, inilah yang Hoseok inginkan. Ingin hidupnya merasakan warna, tak diatur oleh semua peraturan yang ayahnya berikan. Sepulang sekolah lalu pergi menuju tempat les privatnya, pulang kerumah dan tidur. Sangat monoton, dan Hoseok bosan.

Dalam duduknya Hoseok mengayunkan kaki jenjangnya, pandangannya yang menghadap ke langit melihat air yang turun dari langit. Hoseok menyukainya. Hoseok menyukai hujan, entah sudah berapa tahun ia tidak bermain dengan hujan setelah kepergian ibunya. Hoseok tersenyum sedikit, mengingat kenangannya bersama mending ibu. Tertawa riang ketika hujan turun, bermain bersama ibunya di halaman belakang rumahnya.

"Sebuah payung tidak bisa menghentikan hujan, tetapi ia maupun melindungi kita dari derasnya air hujan. Seperti halnya doa. Doa tidak membuat kita lupus dari masalah, tetapi doa membuat kita tenang, meskipun kita berada di tengah-tengah masalah. Semoga kita selalu diberkahi oleh-Nya."

Kata-kata itu yang sampai saat ini Hoseok ingat. Semua yang ibunya katakan, hoseok mengingatnya. Ia tidak mungkin melupakan semua kasih sayang yang ibunya berikan terhadapnya.

Masih terngiang ketika ibunya menatapnya penuh kasih sampai nafas terakhir.

Tanpa terasa airmata menitik diujung matanya. Hoseok menghapus nya, ia tidak ingin ibunya bersedih melihat hidupnya saat ini. Hoseok tak ingin melihat ibunya bersedih, hanya itu caranya untuk berbakti.

Sebuah ide melintas difikiran Hoseok, menoleh kanan kiri jalan untuk memastikan tidak ada serangan disekitarnya. Setelah merasa aman, Hoseok membuka sepatunya satu persatu. Meletakkan ranselnya dibangku halte, berdiri tegak untuk mengambil nafasnya banyak-banyak. Hoseok ingin membebaskan dirinya, menjadi dirinya sendiri untuk kali ini saja.

Berjalan selangkah demi selangkah walaupun dingin menyerang telapak kakinya yang sudah telanjang dan percaya diri.

Tik... Tik...

Hoseok memejamkan matanya saat merasakan air hujan pertama jatuh diatas kepalanya. Senang, gembira, bebas, melayang, itu yang Hoseok rasakan. Semakin lama ia merentangkan kedua tangannya, tubuhnya berputar gembira seperti pertama kalinya. Tertawa bebas, berterima kasih pada Tuhan dalam hatinya karena Ia menciptakan hujan. Menari ditengah jalan yang sepi dan Hoseok mulai tidak peduli pada sekitar asalkan ia bahagia. Berdansa sendiri seakan bersama orang yang ia cintai nanti.

Hujan semakin mereda namun bus yang ia tunggu sedari tadi tak kunjung datang. Hoseok melihat jam tangannya yang menunjukan pukul 9 malam, ia bergegas kembali ke halte tempat ia menaruh barang-barang miliknya.

"Baiklah, hoseok-ah. Bersiap untuk mendengarkan ocehan bibi Kang ketika sampai dirumah nanti." Gerutunya pada dirinya sendiri sambil memakai sweater cokelatnya walaupun itu akan sia-sia untuknya.

Hoseok yang sudah siap, mulai berjalan menjauh dari halte menuju pulang kerumah nya dengan perasaan puas karena menjadi dirinya sendiri. Dan ia  kembali menjadi Hoseok yang dingin sehingga ia merubah air mukanya dalam sekejap ketika sampai dirumahnya, berhadapan dengan ayahnya.
























Dan Hoseok yang tak pernah menyadarinya, bahwa ada seseorang yang memperhatikannya sedari awal.

O N L Y (VHOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang