2. No Choice

1.6K 237 20
                                    

PoV Rakha

Aku tersenyum puas saat melihat wajah Raynia yang terlihat panas. Apalagi saat melihatnya terjebak dalam situasi ini.

"Terima kasih, Kakak," ucapku menyeringai saat menerima struk pembelian kue dari perempuan yang sudah masuk dalam daftar targetku.

"Sama-sama," balasnya singkat, sesaat sebelum ngeloyor pergi meninggalkanku dan juga Kak Kinan.

"Duh, maaf ya, Mas Rakha, si Ray lagi PMS kali yah. Pagi-pagi mukanya udah ditekuk gitu."

"Santai aja, Kak. By the way, gue cabut ya, Kak, lanjut ngantor."

"Sip, thank you juga udah borong cake pagi-pagi."

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu kembali ke mobil. Belum juga melanjutkan perjalanan, dering teleponku berbunyi.

"Mama?"

Aku memilih untuk menyambungkan panggilan melalui bluetooth agar bisa aman sambil menyetir.

"Ya, Ma?"

"Rakha, Mama lupa semalem bilang sama kalian."

"Apaan, Ma?"

"Nanti malam 'kan Tante Laura sama Om Ramon bikin acara anniv, Mama pengin ngajak kamu sama Raynia. Kalian bisa, kan?"

"Nanti malem? Mendadak banget, Ma?"

"Sebenarnya nggak mendadak, Tante Laura udah ngundang dari seminggu yang lalu. Cuma Mama baru inget pengin ngajak Raynia sama kamu."

"Rakha nggak janji, Ma. Lagian Raynia juga belum tentu bisa, dia pulang dari toko biasanya malem."

"Ya tolong kamu usahakan lah, Kha. Kan nggak setiap hari Tante sama Om kamu bikin acara. Mama pengin kenalin calon kamu ke keluarga besar."

Aku mengembus napas, malas. Sudah kuduga, Mama pasti akan gercep ngenalin Raynia ke keluarga besar. Tapi nggak harus malam ini juga, kan?

"Rakha! Kok diem aja? Pokoknya nanti malem kamu sama Raynia harus dateng! Wajib! Terserah mau bareng Mama Papa atau ketemu di lokasi, oke?"

"T-ta--"

Belum sempat kujawab, telepon sudah dimatikan sepihak.

"Ck! Rusak semua acara gue!"

Aku lalu memilih melanjutkan perjalanan ke kantor. Persetan dengan acara Tante Laura.

Sesampai kantor aku sudah disambut dengan tumpukan dokumen dan rentetan jadwal meeting yang tak kenal waktu. Kesibukanku sebagai seorang Head of Marketing Development di sebuah bank multinasional, membuatku lupa untuk mengabari perempuan itu.

Tentu saja, sampai dering telepon kembali jadi alarm. Siapa lagi kalau bukan Mama yang terus menelepon saat aku sedang meeting.

"Ya, Ma?"

Terpaksa aku keluar ruangan meeting untuk menerima telepon.

"Rakha! Susah banget sih, ditelepon orang tua!"

"Iya, Ma, maaf. Rakha lagi meeting nih. Kenapa lagi, sih?" jawabku dengan nada kesal.

"Ck, kamu ini! Orang tua telepon itu diangkat dari dering pertama, siapa tahu urgent. Ini Mama udah telepon berkali-kali baru diangkat!"

Aku menggusar rambut kasar, mendengar ocehan Mama.

"Iya, Ma, iya. Ini 'kan udah diangkat. Ada apa?"

"Gimana udah bilang Raynia, nanti malem bisa ikut ke acara Tante Laura, kan?"

RAINBOW CAKE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang