Tersesat!

6 6 6
                                    

T.E.R.S.E.S.A.T

Kata keramat yang tidak pernah ada dalam hidup Dliand. Bagi seorang Dliand, ini adalah sesuatu aib dalam hidupnya, yang tidak boleh orang lain tahu. Karena dalam hidupnya tidak pernah yang namanya merasakan tersesat, apalagi ditempat terpencil yang susah sinyal dan sulit sekali menemukan orang disekitaran sana.

Mana jalanan becek, karena semalam hujan lebat, susah sinyal, susah orang, banyak nyamuk, pepohonan dimana-mana dan jalan yang banyak bercabang.

Ah ... mati saja, sepertinya itu akan lebih baik untuknya, tetapi sayang dia masih berusia 24 tahun, masih belum terlalu lama dia hidup di dunia ini, sayang sekali kalau dia lebih memilih bunuh diri hanya karena tersesat. Begitu pikirnya.

Jadi, dia tetap berusaha bertahan untuk terus mencari jalan benar untuk menyelamatkan hidupnya, setidaknya sekarang dia harus menemukan satu orang penduduk di sana, untuk dia tanyai dimana 'Penginapan berada. Lalu saat esoknya tiba dia akan bertanya dimana letak balai desa berada' di mana asal muasal sebelum dia berakhir yang entah dimana saat ini. Sekalian nungguin asisten pribadinya mencarinya, mau menghubunginya juga tidak ada sinyal. Mana hari sudah mulai agak gelap, ah sial, sial. Namun, sebelum dia benar-benar menemukan orang, seharusnya dia memiliki alasan yang bagus untuk dikatakan selain kata tersesat.

"Handphone saya tidak bekerja, karena tidak ada sinyal."
"Lupa arah jalannya."
"Kehilangan jejak teman."
"Tiba-tiba saya ketinggalan sama rekan saya, karena terkena macet."

Sebenarnya macet di mananya? Orang tadi katanya, gak ada orang satu pun yang lewat 'kan? Yang bener itu dia nyasar!

Selama dia menyetir motor menyusuri jalan berbatu, yang masih di koral, dan beberapa genangan air yang berkubang di sana-sini, membuatnya beberapa kali oleng hampir saja terjatuh kalau saja dirinya tidak memiliki kaki yang panjang dan tenaga yang lebih, tetapi otaknya terus saja mencari ide untuk berdalih jika suatu waktu bertemu dengan salah satu penduduk warga. Namun, semua hal yang telah dia pikirkan tidak ada satupun alasan yang lebih bagus, semuanya tetap mengarah pada kata tersesat dan tersesat.

Rasanya tidak elite banget, mengatakan dirinya tersesat secara langsung. Terlebih ini adalah sebuah pedesaan yang biasanya warga suka nyinyiran, ah apalagi kaum ibu-ibu. Itu dia dapatkan dari hasil nonton drakor. Gila emang, mencari informasi dari drakor. 

Sekalipun tersesat seharusnya dia tetap menjaga kekerenannya, terlebih dia adalah seorang tokoh yang cukup terkenal cerdas dan Mandiri, tidak keren banget jika dia harus nyasar hanya di desa kecil seperti ini. Apalagi sebelum ini, dia yang membuka acara Baksos di Balai Desa, kan parah kalau sampai dia ketahuan nyasar. Begitu pikirnya.

Namun, dia juga dilema, kalau dirinya tidak berkata jujur bahwa dirinya sedang tersesat pasti tidak akan ada orang yang mau mengantarkannya ke balai desa ataupun ke penginapan, tetapi sekali lagi dia berpikir kalau sampai ada orang yang memanfaatkan situasi bagaimana?

"Kau anjing, kau babi, setannya dunia." Samar-samar dia mendengar senandungan lirik kacau. Dia segera memperhatikan sekitarnya, sebelum fokusnya tertuju pada sesosok anak SMA, berjalan menuruni perbukitan tidak jauh dari sana. Mungkin, dia juga tidak tahu sebenarnya itu anak SMA atau K. Sepertinya gadis itu baru pulang sekolah dan sengaja memilih jalan pintas (nakul jalan ceuk Sunda mah), supaya cepat sampai.

"Hey," panggil Dliand setengah berteriak, berusaha memanggil gadis itu.

"Tayo, tayo dia bis kecil ramah, melaju, melambat ...." Bukannya menyahut gadis itu malah bernyanyi tanpa bergerak sedikitpun untuk menoleh. Dia terus melanjutkan langkahnya tanpa perduli. Bukan salahnya, tetapi salahkan saja orang-orang selalu mengerjainya ketika memanggil 'Hey' tanpa nama pasti ujung-ujungnya ke sana.

Mr Oh & Mrs GilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang