"Ketika kejamnya dunia menghantam dirimu. Bersyukurlah. Tandanya Allah sayang. Tidak membiarkanmu larut dan tenggelam dalam kenikmatan duniawi yang akan membinasakanmu. Karena di luar sana, banyak orang terbuai dengan semunya dunia fana. Membuat mereka lupa akan akhirat, tempat kekal yang menjadi tujuan akhir semua makhluk, untuk berpulang."
-- Ubay --
KALAM MAYA****
Lembayung senja telah usai bertahta, bergelung gelap kini langit merangkul rembulan. Berharap dirinya tak kelam dan suram. Meski hanya temaram, sinar chandra begitu menentramkan.
Kejora tak sudi menemani, hanya kedip intan lain yang sedikit kabur melebur sendu kelabu. Jikalau ada netra sempat menyorot, mengabadikan suasana atap semesta kala itu, pasti mereka akan menyebut 'langit cerah' meski tak ada sang surya yang merekah.
Tabir cinta semesta seolah tersibak, seiring lembayung senja yang berakhir manis, disusul takdir akan kisah masa lalu dan masa depan para penghuni semesta. Dalam kalam maya, tertoreh warna hijau semesta yang menggambarkan gairah hidup dan warna merah muda yang menggambarkan gairah cinta.
Sejatinya sebegitu indahnya hidup manusia. Meski dalam gelap malam, Allah masih memberi temaram chandra yang siap memeluk raga dan jiwa yang rapuh akibat kerasnya ditempa dunia.
Selepas chandra mengurai derai letih, ia pamit dan menitipkan raga yang kembali segar itu pada sang surya. Kembali menantang dunia untuk ditempa menjadi sosok-sosok pejuang hidup di dunia.
Beberapa dari mereka, hanya menantang hari dengan tujuan dunia. Beberapa yang lain menantang hari dengan tujuan surga.
Beberapa hanya berporos pada harta dan tahta, sedangkan beberapa yang lain berpegangan pada iman dan taqwa.
Manusia bebas memilih jalan hidupnya. Bebas, meski terbatas. Karena beberaoa takdir telah terukir dan tak dapat ditaksir serta ditafsir. Semua mengalir seperti air, ya begitulah takdir.
"Mbak Sa."
Akhwat berjilbab hitam itu menoleh.
"Dalem, Pa?"
"Kenapa ngelamun?"
Sahla, gadis dua puluh satu tahun yang baru dua hari lalu menamatkan jenjang pendidikan strata satunya itu, menggeleng.
"Nonton langit," ucap Sahla.
"Langit kok ditonton. Kamu jadi lanjut sekolah kan?"
Gadis itu tersenyum dan mengangguk. "Insyaallah, Pa. Besok, Sa baru mau ke kampus lagi. Cari info pendaftaran magister."
"Kosnya masih mau lanjut di sana?"
Sahla mengangguk. "Sayang Pa kalau mau pindah, kan udah bayar setahun. Sa mau sambil penelitian sih, cari bahan tesis. Jadi mungkin minggu depan, Sa udah balik ke Solo lagi."
Gustam mengangguk. "Papa itu ndak masalah kamu di sana apa di rumah. Papa cuma takut kamu kebawa pengaruh temen-temenmu. Tugasmu hanya belajar, ingat itu. Ndak perlu dolan-dolan. Besok kalau udah sukses, baru boleh kamu santai."
"Nggih, Pa."
Gustam menepuk bahu putrinya.
"Papa sudah nyiapin dana sampai kamu selesai doktoral. Kalau kamu bisa kejar dua tahun ini magister, kamu bisa lanjut lagi, sebelum 27 kamu sudah bisa jadi doktor."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLAH GUIDE ME (TAMAT)
Romance"Ya Allahu Ya Rabb, tuntun aku ke Jalan-Mu. Jalan lurus yang Engkau ridhoi."