Author's POV
"Iya, Bu. Tentu saja aku ingat."
"......."
"Huft, baiklah. Ah iya, apa Ibu membawa Putriku juga?"
"........"
"Yay! Baiklah, hubungi aku jika Ibu sudah sampai, okay? Love you."
Lynn mematikan sambungan telepon setelah Ibunya membalas ucapan Lynn. Kemudian ia kembali fokus dengan kertas-kertas dihadapannya.
Ia sangat senang karena tak lama lagi ia akan bertemu dengan Ibunya dan juga makhluk kecil menggemaskan itu.
Rasanya sudah sangat lama sekali ia tak bertemu dengan mereka setelah beberapa tahun yang lalu ia memutuskan untuk melanjutkan kuliah disini.
"Warna apa yang bagus untuk gaun bergaya Eropa seperti ini?" gumam Lynn pada dirinya sendiri.
Saat ini, Lynn tengah disibukkan dengan pekerjaan yang begitu menumpuk.
Sebagai seorang Designer, Lynn memang dituntut untuk bisa memberikan produk-produk berkelas dan juga mampu memanjakan mata siapapun.
Tak ayal, sekali mengeluarkan produk buatannya, Lynn selalu bisa menduduki posisi teratas di bidang fashion.
Pakaian apapun yang dirancang oleh tangan ajaib Lynn tidak pernah mengkhianati hasil.
"Aku tidak melihat mobil Tim pagi ini. Kau pergi sendirian?"
Lynn mendongakkan kepalanya, melihat kearah Natasha yang datang sambil membawa dua cangkir kopi ditangannya.
Natasha menaruh satu cangkir di meja Lynn dan yang satu lagi tetap ia pegang.
"Terimakasih." ucap Lynn dan Natasha membalasnya dengan anggukan kepala.
"Aku sedang tidak ingin membicarakan dia."
Lynn meletakkan pensilnya diatas meja, kemudian menyandarkan punggung lelahnya di kursi.
"Kenapa? Kalian bertengkar lagi?" tanya Natasha. Lynn hanya mengangguk lemah.
"Aku tidak mengerti kenapa kau masih bertahan dengan pria itu. Kau bahkan sangat tahu bahwa dia---"
"Nat, kumohon. Bisakah kita lupakan masalah itu sebentar saja?" tanya Lynn yang hampir terpancing emosi.
Natasha terdiam.
Sebenarnya ia sangat marah pada Lynn, karena mereka berdua bahkan tahu kalau ini sudah terlalu jauh.
Lynn sudah berjalan terlalu jauh.
"Tiga tahun. Apa itu belum cukup untukmu? Kau mau menunggu apa lagi, Lynn?" Natasha jadi ikutan geram, tapi ia sadar Lynn adalah Sahabat baiknya sendiri. Maka dari itu ia berusaha menahan diri agar tidak terlalu cepat terbawa amarah.
Lynn memijat pelipisnya pelan.
Kenapa kepalanya selalu terasa pusing jika membahas soal 'ini' ??
Kenapa rasanya ia ingin melupakan semuanya saja barang untuk sesaat?
"Pikirkan baik-baik, Lynn. Kau tidak seharusnya berada di posisi ini." ucap Natasha kemudian berlalu pergi dari hadapan Lynn yang masih diam termenung.
Lynn berusaha mencerna setiap kata yang Natasha berikan. Namun tetap saja, ia merasa terlalu bodoh jika menyangkut soal hubungannya dengan Tim.
--------------------------------
"Apa yang terjadi dengan kakimu?" tanya Nina cemas saat ia melihat cara berjalan Irene tidak seperti biasanya.
"Ah... Ini, semalam Tim---"
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUTH UNTOLD™
Fiksi PenggemarWARNING!! MATURE CONTENT 🔞 THIS FICTION CONTAINS ADULT AND VIOLENT CONTENT. Auxellina Williams, atau lebih dikenal dengan Lynn. Harus merasakan pahitnya berbagai penghianatan dari orang-orang terdekatnya. Namun, saat ia berusaha membalas semua hal...