✴️5✴️

190 27 2
                                    

₹Reader POV₹

Ah, that fucking soldier.

Pada akhirnya aku kembali lagi ke penjara.

Tawanan yang kabur sepertiku pasti mudah tertangkap bagi mereka.

Tapi sepertinya markas yang berbeda.

Lebih dingin.

Mataku ditutup kain, jadinya aku tidak tahu ini di mana.

Bruk!

Aku didorong masuk ke suatu kurungan dan kain di mataku di lepas.

Ini markas yang lain.

"Well, well, well, senang melihatmu kembali"

Cih, pakaian itu memuakkan!

"Biar kutebak, ini bukan di Amerika, ini negara lain, dingin, aha! Sokovia!"

"Benar nona, kau memang seperti doctor Zola"

Aku tidak tahu siapa dia kenapa orang-orang ini terus sebut namanya sih?

"Kau pun juga akan berakhir seperrinya jika kau tidak mau menurut"

"Jadi program komputer? Semacam IA dengan pikiran sendiri? Itu lebih baik", aku berdiri dan menghadap langsung ke mukanya. "Agar aku bisa hancurkan kalian"

Pip!

"Argh!"

Sialan mereka memasangiku listrik kejut!

Aku baru sadar ketika melihat tangan dan kakiku terpasang semacam gelang.

Sepertinya leherku juga.

"Kau menyerang kami akan kami setrum, kau melangkah keluar markas bom di dadamu akan aktif dan kau akan mati"

Aku langsung melihat ke dalam bajuku.

Sialan mereka! Ada bom menempel di dadaku!

"Hail Hydra"

"FUCKING HYDRA! ARGH!"

Ngatain juga disetrum!?

Dasar orang-orang maniak!

Aku benar-benar dikurung sekarang.

Aku tidak tahu daerah Sokovia.

Aku saja tidak punya handphone.

Kalaupun punya pasti sudah mereka hancurkan.

Tok. Tok.

Penjara kaca memang bagus ya.

Hangat lagi.

Sampai tahanan di sebelahku mengetuk.

Ada dua, perempuan dan laki-laki.

"Hai?", sapa saja timbang stress.

"Aku bisa lepas itu", kata si cewek.

Aku mengangkat tangankunyang ada gelang laknat.

Tiba-tiba tangannya bercahaya merah.

Wow, penyihir ya?

Bagus sekali, mereka menciptakan penyihir sekarang.

Gelang-gelang yang membelengguku berhasil dilepas.

"Thank you"

Sekarang aku bisa menonaktifkannya.

Tinggal otak atik dengan jepit rambut semua beres.

Aku memakainya lagi agar mereka tidak curiga.

"Agar mereka tidak curiga", kataku padanya terlihat bingung. "[Y/n], namaku [y/n]"

"Wanda dan dia kembaranku Pietro"

"Nice to meet you", kasihan yang lelaki.

Aku fokus lagi untuk melepas bom dari dadaku.

"Jangan!", teriak Wanda.

Aku menatapnya terheran. "I can do this"

Ini gampang untukku.

Sedikit lagi juga le-!

"[Y/n]!"

✴️✴️✴️

₹Author POV₹

Tubuhmu kejang-kejang saat akan melepas bom itu.

Dengan susah payah kau memperbaiki bom itu.

Dengan tangan yang gemetar kau memperbaikinya.

"Hah!"

Akhirnya kau bisa bernafas dengan normal.

Kepalan tanganmu memukul lantai penjara milikmu.

"Shit!", umpatmu.

Lenganmu menutup matamu untuk menutupi air mata yang akan keluar.

Wanda Maximoff, perempuan yang dijadikan manusia super itu mengintip ke dalam pikiranmu setelah melihat air mata yang mengalir di pipi.

Semua kejadian lampau yang kau lalui terlihat bagai film.

Ia menghentikan acara mengintip masa lalumu itu dengan perasaan sedih.

"Kau bisa melihat pikiranku ya", katamu.

Kau pun bangkit untuk duduk.

Kau tersenyum pada keduanya. "Kalian mau bebas?"

Dua Maximoff saling tatap satu sama lain.

"Aku bisa janjikan itu", senyummu menyakinkan. "Mereka akan ke sini, mereka teman-temanku"

Di markas Hydra yang lain.

"Where is she!?"

Manusia eksperimen mereka mengamuk.

Dia sudah ingat sedikit masa lalunya setelah wajahnya terlihat oleh Captain America.

"Kau hanya sedang tidak stabil"

"Where is she?", tanyanya penuh penekanan di setiap kata.

"Kau tidak akan lagi menemukannya di mana pun, lakukan reset lagi"

"Where is she!?"

B

antalan di mulut terpasang dan verbagai macam alat teepasang.

Teriaknya tertahan begitu alat itu dinyalakan.

Memori yang lampau terhapus kembali.

Tapi tidak akan seseorang.

"Apa dia bernyanyi?"

Erangannya terdengar seperti nyanyian kali ini.

Lagu yang hanya ia dan orang yang dia cari tahu.

Itu satu cara agar dia tidak melupakan orang tersebut.

Hanya cara itu.

Memori kehidupannya yang lalu terhapus dan terpendam sangat jauh di alam sadarnya.

Tapi tidak dengan seseorang itu.

Truly I AmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang